I Samuel 5: 1-12

I Samuel 5: 1-12

Pada pasal 4 Israel gegabah dengan berperang tanpa petunjuk SUARA TUHAN yang akan dikonfirmasi melalui Samuel, hambaNya. Ketidakpercayaan telah menewaskan 34.000 jiwa. banyak orang mengatakan bahwa Tuhan di PL itu tidak berbelaskasihan, tetapi manusialah yang kejam dimana mereka meragukan kemampuan Tuhan dalam hidup mereka. Tua2 ingin mengatur (secara paksa) Tuhan dalam perang itu. Tuhan mengatur sedemikian rupa agar mereka kalah dan akan menjadi pelajaran theologis bagi mereka dan pembaca masa kini. TUHAN YANG MENGATUR SEGALA LANGKAH HIDUP KITA entah “sukses” atau “belum sukses”.

Pada pasal 5 ini Filistin “gede rasa” karena menyangka dapat membawa Tabut ke kuil mereka dengan prinsip telah dapat menaklukkan atau mengalahkan Tuhan. Mereka merasa Dewa Perang berpihak kepada mereka. Ternyata tidak. Kita perhatikan bahwa patung Dagon pun “keok” di hadapan Tabut.

Tak satu orang pun atau pasukan hebat dapat membawa Tabut pergi berjalan2 ke sana kemari dengan sesukanya, kalau bukan Tuhan yang menghendakinya. Tabut Tuhan tak dapat bepergian atau berpindah tempat begitu saja tanpa RENCANA TUHAN. Sekalipun dari sisi kaca mata manusia kelihatannya begitu. Tabut tak akan dapat bergerak kalau bukan digerakkan oleh Tuhan sendiri. Manusia tak dapat diatur oleh Tuhan. Tabut dapat sampai di Filistin, sekalipun dengan bahasa “telah” dirampas (Ibrani: Laqah) tentara adalah dalam PENGATURAN MUTLAK dari Tuhan. Dia memberikan diriNya untuk berada di tengah2 bangsa Filistin. Tabut Tuhan berhenti di tiga kota dalam rangka akan memperkenalkan diriNya dengan cara seperti itu kepada ciptaanNya (Filistin). Demikianlah perjalanan Tabut Tuhan dan selalu ada maksudnya entah memberkati atau mengutuki. Filistian akhirnya mengenal DIA yang tak boleh dipermainkan.

Pada pasal 5 ini sesungguhnya Tuhan ingin berhenti di tiga tempat. Ia akan menunjukkan KegagahanNya, KeperkasaanNya, KekuatanNya, KedahsyatanNya. Tiga kota akan gempar menyambut kehadiran TABUT SUCI. Semua akan mengeluh rintih bersorak2 di dalam kesakitan dan penderitaan ketika Tuhan datang melawat mereka. Bukan berkat tetapi penderitaan. Ironisnya mereka tidak meminta keselamatan dan kesembuhan, tetapi mereka juga dengan paksa agar TUHAN disingkirkan dari kota mereka. Dan tentunya secara theologis hal ini menunjukkan kerusakan total dosa manusia, yaitu secara kejam menyingkirkan Tuhan dari sisi mereka. alhasil Tuhan menghukum.

DIA TUHAN datang dengan memberikan kejutan, kegemparan dan ketakutan. KehadiranNya disambut dengan ketidapercayaan, menolakNya.

Observasi Teks

  1. Ayat 1-2: Tabut Tuhan dibawa secara paksa ke Asdod.

Sebenarnya sangat indah kalau Tuhan (tabut Tuhan) dibawa masuk ke daerah Filistin. Artinya mereka mengundang Tuhan masuk di dalam hidup mereka. Dan Tuhan sangat senang kalau diresponi seperti itu. Dimana Ia ingin dipersekutukan dengan ciptaanNya. Orang2 Filistin juga mengetahui kehebatan, kemahakuasaan Tabut Suci (TUHAN). Tetapi mereka hanya mau menjadikanNya sebatas “jimat” tambahan selain Dagon. Sampai di sini Tuhan Murka karena Ia disejajarkan dengan patung batu Dagon. Tuhan juga sangat murka kepada orang Kristen bila Tuhan Yesus dijadikan seperti koleksi jimat2. Ada beberapa Kristen juga yang mengumpulkan atau membenarkan semua “agama” [objek sembahan]. Tuhan Yesus disandingkan dengan objek agama lainnya. Imannya tidak murni hanya kepada Tuhan Yesus saja. Ia juga mengagumi bahkan percaya kepada dewa2 agama lain.

Filistin dengan rinci merencanakan ingin membawa Tuhan dalam hidup mereka tetapi dengan motivasi yang salah yaitu ingin mensejajarkan diriNya dengan Dagon. Tentu Tuhan tidak sepadan, tidak sebanding, tidak setara, tidak ada yang menyamaiNya. Musa mengatakan bahwa: “TIDAK ADA YANG SEPERTI DIA” dan ada pernyataan lain: “JANGAN ADA Tuhan LAIN DIHADAPANKU. Filistin dengan kesadaran bodoh menyandingkan TUHAN YHWH dengan ciptaan yang disebut dengan Dagon. DIA diperlakukan sama dengan dewa2. Perbuatan ini adalah kejahatan yang tak dapat diampuni seperti Iblis yang ingin menandingi dan melampui.

Tuhan tidak ingin anak2Nya mencampurkan kepercayaannya dengan kepada dewa2 dan agama2, aliran2 keyakinan dunia ini.

  1. Ayat 3- 6 Kehancuran Dagon sebagai peringatan bukan objek sembahan yg benar.
    Tradisi skaral “penyembahan” dewa di saat fajar belum menyingsing. mereka menemukan patung Dagon tertelungkup di depan Tabut. Dagon terjatuh dihadapan Tuhan semalaman. Tak mampu bangun dan berdiri. Dagon diambil dan dikembalikan oleh orang Filistin dalam keadaan lumpuh. Dagon tak punya energi untuk kembali ke tempatnya kecuali dipapah oleh Filistin. Mestinya mereka sadar bahwa “Tuhannya” tak berdaya dihadapan Tabut Perjanjian. dalam keadaan ini sebenarnya mereka harus memandang Tabut Tuhan dan sujud kepadaNya, tetapi merekamasih mengeraskan hati.

Usaha “mendirikan” patung dilakukan kembali tetapi tetap sia2 malah kedaan Dagong semakin lebih parah dari sebelumnya. Tertelungkup di hadapan Tabut, kemudian kepalanya terbelah dua, tangannya patah dan terpelanting ke pintu. Secara theologis ini menunjukkan penghinaan dan kekalahan Dagon Filistin di hadapan Tuhan. Peringatan keras dari Tuhan agar Ia tidak diduakan oleh ciptaan. Dia adalah Tuhan yang cemburu. Cinta Tuhan akan menghanguskan segala sesuatu yang membuat ciptaanNya tidak menyembahNya.

Tujuan kedatangan Tabut Tuhan (Tuhan) ke Filistin agar mereka berhenti melakukan penyembahan berhala (Dagon) sebagaimana pernyataan penulis kitab di ayat 5: “imam Dagon dan semua orang menghentikan langkah menuju ambang pintu rumah Dagon”. mereka menjadi sangat ketakukan dengan kehadiran Tabut Perjanjian. Sayangnya ketakutan itu tidak diteruskan dengan menyembahNya.

Kesimpulan penulis dalam unit ayat 3-6 tentang kehancuran Asdod dan sekitarnya adalah:
a. “Tangan Tuhan menekan dengan berat”. Tangan Tuhan memukul keras sekali sehingga menghancurkan dan membinasakan [menewaskan] banyak orang Asdod.
b. Tuhan membingungkan. Tuhan menyerang mereka sehingga bangunan2 rumah mereka ambruk semua. dalam keadaan ini mereka sangat bingung. kehadiran Tabut Tuhan yang tak dihormati menghancurkan mereka.
c. Tuhan menghajar dengan borok2. Bila kita perhatikan dalam bahasa Ibrani “borok” dipakai kata “o’fel” artinya tumor jahat [benjolan daging] atau kanker. dan semua orang yang terkena tumor jahat ini akan mati semua. Keadaan yang sangat mengerikan.

  1. Ayat 7-8, respon Filistin setelah mengalami tulah kanker massal.

a. Tuhan tidak boleh tinggal diantara kita. Ironisnya diundang datang tetapi diusir juga. ketika Tuhan tidak “IMMANUEL” diantara kita, tentu keadaan menjadi seperti “NERAKA”. Mereka rela hidup tanpa Tuhan. Semestinya mereka bertobat, dan meminta Tuhan tinggal bersama mereka yang akan memberkati. Sayangnya kehadiran Tuhan disertai dengan kedurhakaan. Akibatnya “nasib” mereka mengalami kematian secara perlahan2. Kanker membunuh mereka secara perlahan dan pasti.

b. Pernyataan massal bahwa tanganNya keras melawan kita, bahkan Tuhan kita kalah. Pengakuan moralis dan agamis bahwa Tuhan mereka kalah. Secara positif mereka mengakui keberadaan TUHAN lebih unggul tetapi mereka tidak mau menyerahkan diri untuk berlutut dan bersembah sujud kepadaNya.
c. Tabut harus dipindahkan ke Gat. Pindah ke Gat mungkin keadaan bisa lebih baik.

  1. Ayat 9, Tabut Tuhan di Gat

Keadaan tidak lebih baik sebab Tuhan langsung menghukum mereka (orang gat) dengan memberikan tomur ganas seperti yang di Asdod. Penulis lebih merincikan sasaran tumor kepada anak2 dan orang dewasa. Selalu ada alasan moralis penghukumanNya. Satu generasi akan dihabisi oleh Tuhan karena penyembahan berhala. Reaksi hiperbola yang disebutkan penulis adalah “kegemparan” di kota. Semua orang mendengar kehadiran Tuhan melalui wabah tetapi tak satu pun tercatat yang bertobat dan percaya kepadaNya. Sampai sekarang banyak mujizat yang terjadi karena kehadiran kuasa Tuhan Yesus di beberapa daerah (2021) tetapi tak serta merta menyerahkan diri untuk percaya kepadaNya.

Tabut Tuhan di Ekron. Orang Ekron juga tak membiarkan Tuhan menjadi Tamu Agung di rumah mereka. Alias Tuhan disingkirkan dari hati mereka. Sekali lagi saya katakan bahwa sangat berbahaya bila Tuhan dikosongkan dari persekutuan keluarga. Tabut Tuhan ingin dipuja/i setiap keluarga di Gat. tetapi toh kehadiranNya ditolak. Maka mereka membawaNya pergi ke Ekron.

  1. Ayat 10-12 kejadian di Ekron. Teriakan (doa) Ke Langit di saat sakit tanpa jawaban adalah hukuman dari Sang Empunya Langit.

Tabut Tuhan disambut dengan TERIAKAN kematian (ay 10). sebenarnya Tuhan juga ingin diam bersama dengan orang2 Ekron. Sayang sambutan terhadapNya juga negatif. Ia harus dipindah ke Israel. Pengakuan mereka kepada Tuhan Israel adalah Tuhan Yang Mematikan. Mereka merasakan maut dan tekanan dengan kanker ganas. Yang tidak mati diberikan kanker ganas yang pastinya tidak akan dapat meluputkan diri dari ganasnya murkaNya.

Teriakan (doa dalam bentuk jampi) mereka sampai ke langit. Dalam bahasa Ibrani syawe’ah artinya teriakan pertolongan. Seluruh kota berteriak kesakitan meminta pemulihan tetapi SANG EMPUNYA LANGIT MEMBISU. Tdak ada pertolongan dari langit sebab DIA DITOLAK TINGGAL DI RUMAH2 ORANG EKRON. Sang Immanuel tidak punya tempat di bumi, maka yang disisakanNya adalah penyakit yang mematikan. Semua orang2 di Ekron harus binasa karena mereka tidak menyambut kedatanganNya dengan percaya dengan iman.

Tonny Mulia Hutabarat
1 Desember 2021

Versi Audio:
https://www.youtube.com/watch?v=2H_2YYZGQF8