Perjuangan Mengikut Tuhan

Hakim 4: 10 – 16

Debora memimpin pasukan 10.000 orang dari suku Naftali dan Zebulon yang ada di Israel Utara (ay 10). Mereka menyusun strategi perang di Kadesh (markas/posko). Mereka membuat perhitungan cara melumpuhkan 900 kereta besi. Perjuangan mengikut kehendakNya ada rencana. Tidak sembarangan memukul musuh. Mereka memilih taktik jitu.

Sementara Sisera menyusun kekuatan tentaranya di gunung Tabor. Ia mengerahkan seluruh penduduk Harosyet-Hagoyim di sungai Kison (ay 12-13). Jadi jumlah pasukan Debora tidak seimbang melawan pasukan Sisera. Pasukan Sisera terlalu banyak jumlahnya.

Debora mendengar perintah dari sorga, bahwa Sisera pasti diserahkan kepada mereka (ay 14). Namun tidak ada hadiah otomatis, selain harus berjuang dan bekerja keras. Debora memerintah Barak bergerak dari Kedesh ke gunung Tabor (ay 14) dan terus turun untuk menjumpai pasukan Sisera. Mereka harus bertempur dan memukul musuh.

Perjuangan yang tidak mudah. Menyedot tenaga, menguras mental. Sebab jarak Kedesh ke gunung Tabor sejauh 69 km. Pasukan 10.000 ini berjalan kaki menyusuri jalan berliku hingga ke gunung Tabor. Dari gunung Tabor mereka menuju Kiishin (Kishon). Jarak antara Gunung Tabor ke Kison sekita 23km. Jarak keseluruhan yang ditempuh oleh tentara Debora adalah 92km.

Mereka termotivasi oleh ketekunan, kesetian, kekuatan Debora dan Barak. Terutama karena keyakinan pernyertaan Tuhan. Mereka diberikan kemampuan, keberanian melewati medan yang sulit. Kelelahan, kelaparan, cuaca dingin, panas, hujan angin. Debora sangat handal membentuk mental militan pasukannya. Mereka digembleng dengan kuasa Firman Tuhan. Debora memimpin perjuangan untuk mengikut Tuhan.

Ya, memenuhi dan menggenapi kehendak Tuhan ada pengorbanan, perjuangan, semangat pantang menyerah. Mereka diingatkan Debora untuk melayani Tuhan, untuk segera melenyapkan kejahatan yang ditimbulkan pasukan Sisera. Pasukan Debora tidak ada mundur dan lemah mental. Sebab mereka dipimpin oleh seorang pejuang wanita yang bertamengkan kekuatan Tuhan. Nabi sekaligus panglima perang.

Debora dan Barak bersama pasukan 10.000 yang terdiri dari dua suku dan bantuan orang Heber maju menyerang Sisera atas petunjukNya. Tuhan menolong pasukan Barak (ay 15) mengacaukan tentara Sisera. Seluruh tentara Sisera tewas oleh pasukan Barak (ay 16).

Nama Barak kita temukan dalam Ibrani pasal 11 yang berisi daftar saksi-saksi iman, “Dan apakah lagi yang harus aku sebut? Sebab aku akan kekurangan waktu, apabila aku hendak menceriterakan tentang Gideon, Barak, Simson, Yefta, Daud dan Samuel dan para nabi…” (Ibr. 11:32). Tampaknya Barak bukan lelaki yang memiliki iman raksasa, iman Barak hanya sebiji sesawi dan ia masih membutuhkan orang lain –dalam hal ini Debora– untuk memantapkan imannya, tetapi iman itu diarahkan pada Pribadi yang benar, yaitu Tuhan sendiri. Dan nyata kemudian, seluruh tentara musuh habis binasa (15) hingga tinggal Sisera, sang panglima, yang hidup. Ia pun kemudian mati oleh Yael, yang rumahnya dijadikan tempat pengungsian oleh Sisera. Tidak semua orang memiliki iman yang luar biasa, tetapi itu bukan hambatan untuk maju. Yang penting, jangan duduk berpangku tangan melainkan bergerak maju seraya mengarahkan iman kepada Tuhan Perkasa dan Maha kuasa.

Orang Kristen harus menyadari bahwa hidup ini adalah perjuangan rohani. Perangan rohani melawan musuh yang tidak terlihat (Iblis), dan yang terlihat (manusia yang diprovokasi Iblis). Ia harus senantiasa meminta petunjuk dari Tuhan untuk dapat memenangkan perang rohani. Ia bersenjatakan pedang Roh, keadilan, kebenaran untuk melawan egoisme, melawan kelaliman, melawan ketidakadilan sosial.

Prajurit Kristus masa kini tidak mengangkat senjata AK47. Senjatanya adalah kebenaran Kristus. Seorang Kristen sebenarnya sudah berkemenangan di dalam kebangkitan Kristus maka dia senantiasa sigap, siaga, berdiri teguh untuk giat bekerja (melayani) bagi TUHAN (bdk 1 Korintus 15:55-58).

Selamat berjuang menghadapi perang rohani

Ev. Tonny Mulia Hutabarat
28 Desember 2020