Wanita Pejuang Tangguh

Hakim 4: 1-9

DEBORA yang hidup di sekitar 1125 sM, satu satunya wanita dalam kitab Hakim yang muncul sebagai “juruselamat” Israel. Umumnya wanita memiliki status subordinasi (rendah) di kalangan Yahudi. Berbeda dengan Debora, Miriam, Hulda perkecualiaan yang mengambil bagian dalam pekerjaan Tuhan.

Debora sorang nabiah (nevi’ah), wanita (ibu) yang luar biasa yang setia memberitahukan kehendak Tuhan. Selain itu ia berperan sebagai pemerintah, hakim, yang duduk (bekerja, berpikir) di rumah pengadilan (di bawah pohon korma). Bermarkas di antara Rama dan Betel. Ia rutin (setiap hari) memimpin, mengajar, melatih orang Israel, di daerah datar atau pun di pegunungan (tidak mudah berjalan mendaki). Tuhan menggerakkannya menjadi pemimpin untuk menggalang dua suku bekerja sama menumpas musuh (4:6).

Debora menerima visi ilahi, bersama Barak menggerakkan 10.000 orang Naftali dan Zebulon untuk mengalahkan Panglima Sisera yang berkekuatan 900 kereta kuda. Mereka taat pada perintah Tuhan. Mereka tunduk kepadaNya melalui petunjuk Debora. Tuhan mempercayakan kepemimpinan kepada wanita yang berhati mulia.

Deborah artinya “lebah”, ia memerintah dengan wajah manis/cantik namun kekuatannya menyengat. Ia mudah terbang (naik) ke pegunungan untuk mengajar dan menata hidup orang Israel. Kecerdasannya memberikan solusi atas setiap perkara orang Israel di bawah pohon rindang kurma.

Ia wanita yang memiliki iluminasi Roh (nabiah), bijaksana, sangat terkenal dan termasyhur. Dia akrab dengan Tuhan. Seorang yang diajar dan diilhami langsung ROH TUHAN. Sebagai nabiah dia pasti mendengar kata-kata Tuhan, dan mungkin melihat penglihatan-penglihatan dari Yang Mahakuasa. Debora berhati mulia sensitif dengan suara Tuhan dan ketundukannya kepada suara ROH.

Debora mengabdikan diri untuk melayani Israel. Dia menghakimi sebagai seorang nabiah, dan sebagai wakil Tuhan, memperbaiki pelanggaran dan mereformasi pribadi2, terutama yang terkait dengan penyembahan kepada Tuhan.

Israel menyesali penyembahan berhala dan mengaku dosa kepada Debora (pasti kepada TUHAN). Debora menunjukkan penghakiman Tuhan dengan pedang Roh. Kursi penghakimannya di udara terbuka, di bawah bayangan pohon, sebagai lambang keadilan, dimana dia duduk di sana untuk mengelola keadilan, dan melawan kejahatan.

Debora tidak hanya menghakimi namun berdoa kepada Tuhan untuk mereka, agar mereka dapat diselamatkan dari tangan Yabin.

Rencana pembebasan untuk menemukan keselamatan ditaruh pada pundak seorang wanita. Mereka mencari rahmat Tuhan, kedamaian, kenyamanan dan kemuliaan. Dia ditunjuk memimpin pasukan di lapangan dengan lelaki 10.000 dari suku Naftali dan Zebulon. Atas petunjuk Tuhan, ia memerintahkan Barak untuk meningkatkan pasukan. Namun Barak tidak yakin dengan dirinya sendiri kecuali didampingi seorang utusan Tuhan, yang lebih meyakinkan, seorang wanita. Barak tidak berani bertarung sendirian kecuali harus didampingi seorang wanita. Sebenarnya Debora pasti lebih lemah dari Barak namun memiliki iman yang lebih kuat. Debora yakin bahwa Tuhan menyerahkan Sisera yang kuat “ke tangan seorang wanita”.

Barak menghargai dipimpin seorang wanita. Ia menyenangi gaya kepemimpinan Debora yang dipenuhi kemuliaan. Dia tidak berani bertarung kecuali dia membawa Debora bersamanya, untuk mengarahkannya dan berdoa untuknya. Barak menjadi berani (maskulin) berjalan bersama dengan pahlawan mulia.

Gereja mesti memfasilitasi kemuliaan hati wanita untuk berkarya dalam segala bidang pelayanan untuk memperluas kerajaanNya demi hormat BAPA di surga.

Hari ini, kita merayakan Natal, Sang Juruselamat Dunia muncul dari seorang rahim perawan muda, Ibu Kudus, Maria. Namanya selalu dikenang karena turut berjuang dalam sejarah keselamatan, berkorban demi cinta-kasih kepada TUHAN.

Ev. Tonny Mulia Hutabarat
25 Desember 2020