Minggu, 25 Oktober 2020 – Ev. Tonny Mulia Hutabarat

Syarat menjadi politikus dan negarawan di Athena tidak akan dipilih dan tidak akan dilantik jika diketahui ada catatan noda hidupnya yaitu tidak merawat orang tuanya yang lebih tua. Hal yang sama di Romawi adalah memalukan bila tidak memenuhi kebutuhan emosional dan finasial orang tua. Perkataan Paulus lebih “berat” yaitu mereka yang tidak merawat orang tuanya adalah tindakan murtad dan tidak beriman. Jadi tanggungjawab terhadap ibu/orang tua yang sudah tua adalah keluarga terdekat (1 Tim 5:8). Mereka yang tidak memelihara orang tuanya secara finansial lebih buruk/parah keadaannya dari orang yang tidak mengenal Tuhan.

Kata “menghormati” dalam bentuk kalimat perintah. Dalam bahasa Ibrani adalah “kaved” artinya berat (berbobot), kemuliaan, enjoy respect. Jadi seorang anak/cucu menghormati dengan tidak terpaksa. Musa dan Paulus menempatkan “menghormati” orang tua sebagai perintah Tuhan dengan serius, sepenuh hati, sekuat tenaga, seluruh pikiran, semua jiwanya terus menerus. Kualitas “penghormatan”nya harus berbobot “kemuliaan”.

Anak/cucu waijb menghormati orang tua sebab orang tuanya mengasihi Tuhan, beriman kepada Tuhan. Orang tua yang religius tidak mungkin berbuat jahat kepada anaknya sehingga pantas dibenci. Orang tua yang dipimpin ROH melakukan yang terbaik bagi keluarganya. Maka anak-anak yang menyadari “kebaikan” orang tuanya pasti senang menghormati orang tuanya. Musa dan Paulus menempatkan teks hukum menghormati orang tua dalam konteks ibadah. Jadi menghormati orang tua adalah wujud ibadah dan pelayanan kepada Tuhan. Sebagi bukti kesalehan, bukti saling mengasihi.

Etika moral kuno Yahudi dalam Kitab Suci menyatakan bahwa orang tua tidak boleh dilecehkan. Frasa “hormatilah”, “menyegani”, ‘takutlah” di Keluaran 20:12 dan Imamat 19:3 diartikan seorang (anak) Yahudi saleh bahwa ia tidak boleh duduk atau tidak boleh berdiri di tempat orang tua yang sudah ditentukan. Jadi anak tidak boleh “mengganggu” orang tua. Kata “menghormati” (timao) di 1 Timotius 5:3 memiliki arti yang luas: dari sikap yang menghargai sampai bantuan secara materi. Mereka memfokuskan kata “hormatilah” dengan maksud memberi makan orang tua, memberi pakaian dan membantu mereka keluar masuk. Demikian Yahudi saleh melakukan amal praktis, karena manusia (orang tua) sangat bermartabat. Jadi untuk menjaga martabat keluarga seorang anak harus memelihara orang tua yang sudah tua dengan segala cara sampai mereka meninggal. Mereka lakukan sebagai wujud bhakti yang berkenan kepada Tuhan.