Minggu, 01 November 2020 – Ev. Franky Oktavianus Nugroho

Jemaat Korintus bukanlah Jemaat yang sempurna, di dalamnya ada perselisihan, perpecahan, pergumulan akan dosa-dosa, bahkan menolak kerasulan Paulus. Namun demikian di dalam suratnya, Paulus menyebut dengan jelas Jemaat Korintus sebagai Jemaat Allah yang dikuduskan di dalam Kristus Yesus; orang-orang yang dipanggil menjadi Orang Kudus. Dengan demikian menjadi jelas bahwa setiap orang percaya dengan segala kelemahannya disebut sebagai orang kudus (termasuk kita) bukan karena kita kudus dari diri kita sendiri namun karena anugerah Allah yang menyelamatkan kita, dari keberdosaan kita menjadi kudus dalam status dan di dalam status tersebut tentunya menuntut perubahan dalam cara hidup yang kudus pula.

Secara manusia(wi), Paulus bisa saja menyerah dalam pelayanannya kepada jemaat di Korintus, namun Paulus menjadi teguh bahkan dalam Perjanjian Baru kita menemukan ada 2 surat yang ditujukan kepada jemaat di Korintus. Semua ini tentunya tidak bisa dilepaskan dari keyakinan akan panggilannya di dalam Kristus. Bahwa dia menjadi rasul milik Kristus dan bahwa Kristus adalah Tuhannya (Tuan) dan dia adalah hamba yang senantiasa siap dipakai dalam situasi dan kondisi apapun termasuk kondisi di Korintus. Pengajaran Kristosentris ini nampak sekali di dalam suratnya bahkan dalam perikop ini dalam tiap ayat menyebut Kristus. Seseorang yang menempatkan Kristus sebagai pusat hidupnya, akan dimampukan hidup kudus dan melakukan segala kehendak-Nya.

Kudus dalam pengajaran firman Tuhan ini (surat Korintus), menunjukkan suatu kondisi orang percaya yang dikhususkan oleh Allah; atas anugerah Tuhan kita dipilih, dilahirkan kembali, dianugerahi iman, dibenarkan dan oleh Roh Kudus kita senantiasa diproses dalam pengudusan. Ada yang menjadi bagian Allah (secara mutlak) yaitu proses keselamatan, namun ada juga proses yang melibatkan kita yaitu pengudusan. Dalam hal ini bukan berarti proses pengudusan kita dalam tiap bagian (Allah dan kita) adalah setara, sebab bahkan dalam kita melakukan bagian kita pun, kita tidak bisa mengabaikan campur tangan Allah melalui Roh Kudus yang senantiasa memperlengkapi dan memampukan kita untuk hidup kudus.

Sebagaimana keyakinan kita dalam pengajaran ketekunan orang-orang kudus, bahwa hal tersebut bukan berfokus pada usaha kita semata, melainkan justru pada kesetiaan Allah dalam menyertai dan memampukan kita untuk hidup kudus (proses pengudusan), maka marilah kita meresponi karya Allah tersebut dengan tepat. Bersyukurlah atas karya-Nya dalam hidup kita, sertakan Allah dalam proses pertumbuhan rohani kita, responi karya-Nya dalam proses pengudusan kita, matikan segala kebiasaan dalam hidup lama kita, hadirkan Kristus dalam segenap bagian kehidupan kita di mana pun kita berada. Baik dalam keluarga kita, pekerjaan kita, dan juga dalam kehidupan kita bersama dalam Gereja Tuhan, dengan cara mengasihi sesama orang kudus yang masih dalam proses masing-masing dengan segala kelebihan dan kekurangannya, dengan keyakinan bahwa Allah sedang memproses mereka juga dan bahwa Allah sendirilah yang senantiasa meneguhkan sehingga kita semua tidak bercacat sampai Kristus menjemput kita. Selamat berjuang hidup dalam kekudusan. Amin.