Tonny Mulia Hutabarat – 14 November 2018.

(1 Samuel 2:1-10)
Doa sebagai suatu proklamasi pujian untuk  mengagungkan kekuasaan, kehebatan, keajaiban TUHAN yang telah mengubah kehidupan manusia dari keadaan buruk menjadi baik. Dengan demikian, mereka yang hidup menderita dapat tertolong. Hana berdoa kepada Tuhan, ia memuji, mengagungkan sebab telah menolongnya memberikan sukacita besar, menguatkannya, memberikan jawaban dari apa yang telah digumulkannya sehingga ia  berkata di dalam doanya: “Hatiku bersukaria karena Tuhan,” Dari ayat 1 ini kita peroleh makna doa yaitu mengasilkan sukacita yang besar.
Doa menghasilkan tindakan yang tidak membabi buta membalas perbuatan orang lain yang menyakitkan (tekanan Penina).  Hana tidak melakukan perlawanan tetapi datang kepada Tuhan, berserah kepada Tuhan, berseru di dalam doanya agar diberikan ketenangan dari Tuhan untuk menahan diri agar tidak  bertindak ceroboh. Ia memohon kepada Tuhan agar diberi seorang anak laki-laki bahkan ia pun bernazar akan memberikan anak itu kepada Tuhan nantinya jika Tuhan mengabulkan permintaannya itu, (1 Samuel 1:10, 11).
Kekudusan Tuhanlah yang membedakannya dengan manusia, Dia bersifat transenden. Transendensi tersebut  adalah dari segi tingkatan dan bukan dari jarak. Tidak ada gunung batu seperti TUHAN kita. Gunung batu merupakan metafora yang sering dipakai untuk mengungkapkan kekuatan Tuhan. Gunung batu dipakai sebagai tempat pertahanan. Kekuatan TUHAN merupakan tempat perlindungan (Maz 91: 1, 2). Pada ayat 2  “tidak ada yang kudus seperti Tuhan” adalah deklarasi deskripsi pujiannya tentang Tuhan yang tak tertandingi.
Hana mengungkapkan bahwa; jangan kamu selalu berkata sombong dan caci maki. doa yang benar akan mampu melihat diri yang penuh sombing dan congkak. TUHAN Mahatahu  segala apa yang terjadisegala perkara, semua permasalahan. Di dalam doa menyadarkan sisi gelap hati kita: pemberontakpenantang. Doa Hana telah mengajarkan sakit hati namun dapat menahan emosi dari cemoohan sesama. (Ayat 3)
Busur para pahlawan telah patah(Ayat 4) merupakan bahasa kiasan. Kata patah untuk menunjuk sifat lahiriah kejatuhan manusia. Tuhan adalah Imanuel, akan memutarbalikkan yang patah patah, lemah menjadi kuat.
 “Ia  menurunkan  ke dalam dunia orang mati dan mengangkat dari sana”, (Ayat 6) sekalipun  ayat ini mengacu kepada kebangkitan orang mati, pada umumya ayat ini dipahami sebagai mengemukakan bahwa masalah hidup dan mati ada ditangan Tuhan. Hana mengungkapkan kemahakuasaan TUHAN yang berkuasa di dalam kematian dan kebangkitan. Ironinya, pendoa Kristen masa kini takut hidup dan takut juga mati.
Tempat pembuangan sampah dari sebuah kota adalah tempat dimana para pengemis tidur pada malam hari dan meminta sedekah pada siang harinya. Ayat ini menunjukkan bagaimana Tuhan memperlakukan orang yang lemah dan berkekurangan.  Sebagaimana halnya seorang hakim manusia secara resmi terikat dinas untuk memberikan keputusan yang menguntungkan seorang janda, anak yatim-piatu, orang asing dan orang yang miskin demikian pula TUHAN, Hakim Ilahi itu, mengambil keputusan yang menguntungkan manusia yang tidak berdaya (MZm. 43:1; Yes.11:3, 4). Jadi, Keadilan TUHAN menjadi kata lain dari keselamatan  (Yes. 46:13; 51:4-8). Hana dalam pujiannya mengetahui benar TUHAN yang Mahatahu. Ayat 8. FRASA: “dari dalam debu….dari lumpur”.
Hana mengungkapkan pribadi TUHAN yang setia, digambarkan seperti layaknya kasih/kesetiaan pada sebuah persetujuan (perjanjian materai). Contoh terbaik di dalam kehidupan manusia tentang kesetiaan ialah ikrar pernikahan- kesetiaan dan kasih. TUHAN memelihara, menopang, menguatkan orang-orang yang dikasihi-Nya, Ia setia dan tidak akan pernah meninggalkannya. Ayat 9. Frasa: “Orang-orang yang dikasihi-Nya”
Ungkapan pertama di dalam Perjanjian Lama yang menyebut raja sebagai  yang diurapi Tuhan. Meskipun pada saat itu bangsa Israel belum mempunyai raja, doa Hana ini merupakan petunjuk bahwa kelak TUHAN akan memilih seorang raja yang memerintah atas mereka, dan mengurapinya serta memberikan kekuatan. Namun TUHAN tetap satu-satunya yang menjadi Raja di atas segala raja, seperti Yesus yang telah memerintah atas hidup kita. (Ayat10. raja… yang diurapi-Nya)
Pribadi Hana merupakan pribadi yang tegar meskipun bertahun-tahun disakiti secara batin ia tidak membalas justru berharap kepada Tuhan agar ia tidak disakiti lagi hatinya. Untuk saya pribadi sulit untuk melakukan hal ini, bagaimana dengan saudara? Mari kita mau belajar dari kepribadian Hana ini yang berserah penuh kepada TUHAN.

Pelajaran Kehidupan  Dari Cara Berdoa Hana

  1. Hana mengenal Tuhan dengan cara penyebutan Tuhan berulang2 pada ayat 1-10, entah dengan sebutan gelar generik (Tuhan), sebutan orang kedua (Engkau/Mu) dan orang ketiga Ia dan Nya, semua penyebutan ini sejumlah 14 kali. Artinya pengagungan Nama Tuhan mendominasi di dalam doanya. Mulutnya selalu dipenuhi dengan Nama Tuhan. Ia tahu harus mengalamatkan doa2nya kepada Tuhan. Menurut saya inilah doa yang benar, yang diarahkan kepada Penguasa Sorga bukan kepada diri sendiri atau manusia yang kuat. Doa yang benar adalah yang meninggikan dan membesarkan Nama Tuhan. DihadapanNya kita sangat kerdil. Kontras dengan cara hidup kita yang egois dan banggga pada diri sendiri.
  1. Pengenalan Hana akan Tuhan tercermin di dalam pernyataan doa2nya. Sebenarnya tak seorang pun dapat mengenal Tuhan (secara epistemologi ontologis), tetapi ironis dan paradoksnya justru pada saat kita berdoalah Tuhan menyatakan (memperkenalkan diriNya kepada kita). Maka berdoa adalah suatu jalan untuk semakin mengenal kehendakNya dan PribadiNya. Demikianlah Hana berkenalan dengan sifat dan tindakan Tuhan melalui pengalaman spiritualnya yang dibagikan penulis kitab Samuel dalam pasal dua ini dalam bentuk Pengagungan dan Pujian.

a.      SifatNya/karakterNya/hakekatNya:
                                            i.            Kudus (ay 2), tidak ada yang lain selain Dia. Tidak ada banding dan taranya. Dihadapan Tuhan yang seperti ini saya memahami bahwa status saya sangat kecil dan tidak berarti. Dibandingkan dengan kekudusanNya, saya melihat betapa liciknya, berdosanya diriku yang selalu mengharapkan pengudusannya atas seluruh pribadiku. Kerap kali pikiranku tak sepaham denganNya. Saya menjadi merasa malu dan merasa jijik dan tak layak dihadapanNya. Semoga saya semakin sensitif akan dosa2 di dalam jalan hidupku sehingga tahu untuk menghindarkan diri jebakan kejahatan yang paling halus. Biarlah hatiku menjadi terang di dalam Cahaya kekudusannya yang menyingkirkan segala sisi gelap dihatiku dan pikiranku yang tak dapat diselami orang lain kecuali Tuhan. 
                                          ii.            Tidak ada dua Tuhan (ay 2), hanya ada satu Tuhan (sebagaimana konsep Yahudi tentang monotheisme). Prinsip tidak menduakan Tuhan dalam proses hidup ini menjadi suatu tantangan tersendiri antara mengutamakan keluarga atau pelayanan Tuhan. Saya harus berkomitmen bahwa Tuhan di atas segalanya. Tuhan tidak dapat dinomorduakan sekalipun untuk alasan yang sangat rohani untuk keluarga atau kegiatan rohani itu sendiri. Tema Monothesime ini sangat ditonjolkan penulis Kitab Samuel sebagai ditengah perjuangan pemurnian konsep yang lebih murni. Ada kekhawatiran menjamurnya konsep politeisme, penyembahan berhala di Kanaan yang dapat membahayakan iman orang2 Israel khususnya anak2 muda. Sebagaimana perjuangan Kristen  saat ini untuk berdiri teguh dalam keyakinan Only Jesus, The One  Way diantara pluralitas agama2 dan keyakinan di Indonesia. Mau kompromi atau konsisten, mau toleransi atau ekskusif.
                                        iii.            Gunung batu (ay 2), Tuhan dinyatakan besar dan tak tergoyahkan yang menjadi tempat perlindungan yang nyaman. Hana sebagai seorang istri yang diduakan akan sangat rapuh dan rintih, maka Ia berlari sandar kepada Tuhan Yang Tak Tergoyahkan. Apakah diriku menyandarkan diri kepada gunung materialisme, gunung fasilitas atau gunung kekuasaan. oh Tuhan kiranya saya berdiam dekat dengan Tuhan sendiri yang adalah Gunung Batu Yang Abadi. dunia ini sangat rapuh biarlah imanku tetap teguh di atas GUNUNG BATU KARANG yaitu Tuhan Yesus.
                                        iv.            Mahatahu (ay 3) [Ibrani: Mahawisdom]. Sebagai seorang ibu yang bersahaja dapat mempercayakan hidupnya yang memiliki pengetahuan super atas segala sesuatu. Semua hal secara detail Tuhan mengetahui. Kepada Tuhan yang seperti itulah Hana menyandarkan segala kepicikan hidupnya. Saya tidak tahu persis masa depanku, kepadaNya kupertaruhkan waktu di depanku. Sebagaimana aku tidak menaruh curiga kepada pilot pesawat terbang yang membawaku dari suatu tempat ke tempat lain. Biarlah aku nyaman kepada Pilot Yang Mahatahu segala hal yang akan membawaku berjalan2 di atas bumi sampai titik akhir ke di sorga. Saya tidak tahu posisi sorga, gak tahu di derajat lintang selatan atau barat titik koordinatnya. Saya tidak perlu tahu dimana letak sorga, yang saya tahu bhw saya akan dibawaNya ke sana tepat pada waktuNya. Ia tahu pergumulanku, Ia tahu sampai berapa lama saya melayani di bumi ini.
                                          v.            Yang empunya bumi (ay 8). Bumi ini adalah tempat kita “mengontrak”. Tuhan meminjamkan bumi ini kepada kita. Dan kita menikmati pemberian tempat sementara ini. Tanah yang kita injak adalah milik Tuhan, bukan milik setan atau manusia. Tanah (bumi) ini diberikan kepada kita walau kita harus membeli sebidang tanah pada masa kini (2019) dengan harga yang sangat mahal sebagai suatu jaminan pinjaman dari sorga sebagai bentuk pertanggungjawaban untuk memelihara bumi. Suatu kelak semua hak milik atas tanah (bumi) akan ditarikNya kembali dan kita semua memberi laporan pertanggunganjawab atas penggunaannya. Sudah kah kita siap? Sebagaimana  Hana yang mengembalikan Samuel anaknya yang masih berumur dua tahun kepada Pemilik Yang Sejati. Sejak kami menikah sudah berjanji akan mempersembahkan semua anak2 yang diberikanNya menjadi alat dan dupa yang harum bagi Tuhan, anak kami Teo, Tyos, dan Nieva telah kami serahkan kepada Tuhan agar dipakaiNya sebagai alatNya, dutaNya, agentNya bagi perluasan kerajaan sorga di bumi. Harapan besar kami mereka akan menjadi penginjil, pendeta, misionaris, theolog, gembala, atau dalam profesi mereka tetap dipakaiNya menjadi alat yang efektif ditanganNya sebagai duta2 Injil.
                                        vi.            Dia adalah Hukum dan Hakim Agung (ay 10). Hana mendapatkan pencerahan bahwa Tuhan Yang adalah Hakim Agung selalu bersedia membela perkaranya. Tuhan disorga tak akan dapat berdiam diri melihat “kesusahan” anak2Nya. Ia akan segera mengadili.
b.      KaryaNya/tindakanNya/perbuatanNya. Hana memperoleh pengetahuan teologis tentang karya dan kinerja Ilahi dalam hidup manusia secara khusus bagi anak2 Tuhan seperti:
                                            i.            Penguji perbuatan (ay 3). Tuhan itu mahatahu dan mahamelihat semua perbuatan manusia. Ketika kita melaporkan kelak semua perbuatan di atas bumi ini, baginya sudah ada semacam file besar scctv pribadi seluruh hidup kita. Ia akan sudah punya alat ukur yang tepat untuk mengadili. Tak seorang pun yang luput dari layar rekamanNya. Tentu saya akan terlihat di monitor maha besar itu penuh dengan cacat, salah, dosa. Seandainya Tuhan Yesus tidak mau mati bagiku saya sudah pasti di neraka. Tetapi syukurlah Dia Yesus menebusku dan menuntutku untuk mengerjakan keselamatan yang sudah diangerahkanNya.
                                          ii.            Penolong (ay 1), Hana mengalami langsung pertolongan Tuhan yang menutup dan membuka rahimnya. Dalam sejarah hidup saya selama 50 tahun satu bulan ini telah mengalami pertolonganNya dari waktu ke waktu sampai kami ada di Solo hanya karena bantuanNya yang hebat bagi kami. Biasanya kata penolong di dalam alkitab berbahasa Ibrani adalah eliezer namun kata yang dipakai disini adalah yesuah artinya yang lebih lengkap dari kata eliezer. kata yesuah dapat diartikan Tuhan sesungguhnya penolong, pemberi kemakmuran, pemberi kesejahretaan dan pemberi keselamatan. Hal ini yang dianugerahkan kepada Hana. padanan kata yesuah ini di PB adalah hidup yang kekal, hidup keselamatan di sini (di bumi) dan di sana (surga). Betapa berbahagianya hidup kita di dalam Tuhan.
                                        iii.            Mematikan dan menghidupkan (ay 6), nyawa kita panjang atau pendek adalah dalam ketetapan dan genggaman Tuhan. Yang penting selama durasi hidup yang diberikanNya tetap menyembah Tuhan sebagaimana teladan Hana di dalam suka dan duka. Manusia tidak dapat memperpendek dan memperpanjang usianya. Semua ada dalam tangan Tuhan. Seorang yang paling sehat tak dapat memperpanjang waktu hidupnya, Bahkan seorang yang sakit2an  bertahun2 tak dapat mengurangi umurnya. Hanya Tuhan yang berdaulat atasnya. Yang penting bagaimana kita mengisi waktu yang disediakan untuk nilai2 kekal. dalam sakit kita tetap mengisi waktu dengan kebenaran dan dalam sehat lebih lagi untuk maksimal bagi kemuliaan Tuhan.
                                        iv.            Membuat miskin dan kaya (ay 6,8). bagi orang Timur (Indonesia) termasuk, status seseorang dinilai dari banyak sedikitnya harta yang ia miliki. Semakin kaya maka semakin terpandang di masyarakat. Dalam perspektif Tuhan, bahwa kaya miskin adalah rencana dan ketetapan Tuhan. Maka status kita di masyarakat tidak ditentukan oleh nilai2 sosiologis tetapi secara theologis. Dimata Tuhan kita berharga. Ada orang yang sedikit bekerja tetapi hartanya banyak, ada orang membanting tulang bekerja tetapi hartanya tak banyak, sbb miskin dan kaya adalah anugerah Tuhan bukan usaha manusia untuk memperolehnya. Maka yang lebih utama dari miskin (minim harta) dan kaya (maksimal harta) adalah mengutamakan, meninggikan, memuliakan Tuhan. Yang miskin setia kepada Tuhan (tidak mengeluh), yang kaya melayani Tuhan dengan kekayaannya. Yang miskin tidak rendah diri, yang kaya tidak congkak.  
                                          v.            Merendahkan dan meninggikan (ay 6), menegakkan yang hina (ay 8), memberikan jabatan (ay 8). Prestise, prestasi seseorang juga adalah anugerah Tuhan yang sudah ditetapkan sejak kekekalan, maka tak ada yang perlu disombongkan, sbb semuanya dari TUHAN.
                                        vi.            Melindungi yg dikasihi (ay 9). Anugerah Tuhan yang spesial dalam waktu tertentu dan situasi tertentu memang Tuhan selalu berpihak kepada orang2 yang dikasihiNya yang dikerjakanNya seturut kehendakNya. Ia memberikan yang perlu tepat pada waktuNya. Dalam hal ini saya kurang sabar menanti perbuatan Tuhan dimana saya rasa ada keperluan mendesak/penting.
                                      vii.            Menghancurkan orang fasik (ay 10), mengadili bumi (ay 10). Semua ciptaanNya terutama manusia akan sampai kepada suatu akhir hidup dimana akan menerima Pengadilan Sorgawi. Hana menggambarkan kedatangan Sang Hakim dengan guntur. Gambaran ini memberik kesan sangat secara universal dan tidak akan ada yang dapat bersembunyi. Hana menyebutkan bahwa Ia akan mengejar sampai ke ujung2 bumi.
                                    viii.            Memberi kekuatan kepada raja yang disukaiNya/dilantikNya/diurapiNya (ay 10). Hana sangat sensitif dengan “suara” Tuhan dalam intensitas pertemuan doanya dengan Tuhan, bahwa ia sayup2 memahami bahwa anak yang dilahirkannya akan menjadi imam, hakim dan nabi di Israel. Samuel lair dari kandungan Hana karena Tuhan mengasihinya. Dan dalam sejarah Israel sebelum munculnya kerajaan, anak itu memimpin Israel mejadi suatu bangsa yang disegani di Kanaan.

  1. Hana juga mengenal hati manusia yg penuh dosa. Selain Hana memahami/mengenal Tuhannya melalui pernyataan doanya, ia juga mengenal sisi antropologis (manusiawi) yang teologis, antara lain:

a.      Mencemooh musuh (ay 1). Hana setelah mendapatkan anugerah Tuhan, ada maksud hatinya untuk mempertontonkan kebaikan Tuhan dalam dirinya dengan mencemooh musuhnya (dalam hal ini Penina). Ini adalah kebalikan dari hati yang positif memunculkan sisi negatif kepada lawan karena mengalami kebajikan dari Tuhan. Hana memproklamasikan kebaikan Tuhan di dalam dirinya, yang ia dapat lalui setelah penghinaan dari Penina. Kamu menghinaku tetapi Tuhan memberikan penghiburan kepadaku. Saya menjadi lebih baik sekalipun engkau menindasku. Hana sangat jujur dalam doanya, tentang sakitnya dihina. Ia mencemooh Penina di dalam doa dengan mengungkap rasa sukacitanya yang besar karena Tuhan telah berpihak kepadanya.
b.      Hati yang rentan dengan kesembongan dan mulut yang mengumbar caci maki (ay 3). Di dalam doa yang singkat ini, Hana memahami bahwa manusia sangat mudah menjadi sombong ketika lebih “sukses” dari orang lain. Dan akan mencaci maki (merendahkan) orang lain yang gagal. Hana belajar tentang spritualitas bahwa semua perbuatan manusia akan diujiNya. Maka tak layak menjadi sombong dan merendahkan orang lain yg dalam keadaan terpuruk. Semua perkataan yang buruk yang dilontarkan kepada orang lain akan dibawa ke ruang pengadilanNya (semua perbuatan kita akan diuji).
c.       Manusia dapat mandul dan beranak (ay 7). Hana memahi keadaan manusia yang hanya dapat ditetapkan Tuhan “keberadaannya”. Penina sebenarnya sudah mendapat banyak anak tetapi menjadi layu (semua anaknya menjadi tidak ada). Berbalik dengan Hana yang mandul beberapa tahun kemudian memperoleh anak tujuh selain Samuel. Rahim yang dapat membuahkan anak atau tidak semuanya direncanakan oleh Tuhan. Dari ada menjadi tidak ada dan dari tidak ada menjadi ada adalah rahasia kebijaksanaanNya yang tak dapat dikendalikan (dipahami) manusia.
d.      Manusia yang membantah Tuhan (ay 10). Hana mengingatkan dalam doanya bahwa manusia mampu membantah (berdebat)/ melawan Tuhan tetapi dengan “nasib” yang buruk bila tidak mengalami pertobatan sejati. Kehancuran akan dialami manusia bila ia sombong, menindas sesama. menindas sesama adalah melawan Tuhan. Menghina sesama adalah menghina Pencipta. Elkana, Penina dan imam Eli pernah menghina Hana. Dan ketiga sosok itu mengalami “tragis” dalam hidup mereka. Ini menjadi pelajaran penting bagi kita untuk selalu mengasihi orang2 yang mungkin mengalami “nasib” buruk dalam hidupnya. Tak ada seorang pun yang menjadi Penasehat Tuhan atas nasib buruk dan baik yang dialami ciptaanNya.
Demikian pelajaran2 rohani yang saya dapatkan dari bagian pasal dua ayat satu sampai sepuluh ini. Sangat menegur, mengoreksi, membangun jiwaku … Halelu Yesus.