Minggu, 09 Februari 2020 – Ev. Franky Oktavianus

Ketika kita mendengar kalimat,”kasihilah sesamamu manusia”, kemungkinan besar pikirankita langsung mengarah kepada Hukum Kasih yang diajarkan oleh Tuhan Yesus sebagaimana tertulisdi dalam injil-injil Sinoptik (Matius, Markus, Lukas). Hal ini sangat wajar namun kita perlu ketahuibahwa sesungguhnya ajaran tersebut sudah diajarkan ribuan tahun sebelumnya di dalam Taurat danjuga kemudian diajarkan oleh para pengikut Kristus sebagaimana yang tertulis di dalam surat-suratPaulus (Roma dan Galatia) dan surat Yakobus. Bahkan jika kita melihat di dalam Galatia 5 : 14; Paulus seakan-akan “memerasnya” menjadi 1 hukum saja, hal ini bukan karena Paulus tidak memandang perintah untuk mengasihi Allah sebagai hal yang sangat utama, namun justru ingin mengajarkan bahwa kita harus mengasihiAllah melalui bukti nyata yaitu dengan mengasihi sesama manusia.
Penulis Injil Markus mengawali dua Hukum Kasih dengan kalimat syahadat (pengakuaniman) Israel; pembaca diarahkan untuk sebuah pengajaran bahwa jika kita mengaku sebagai orangberiman maka hal yang paling harus ada di dalam kehidupan iman kita adalah mengasihi Allah dan hal itu harus diwujudkan dengan mengasihi sesama. Penulis Injil Lukas meneruskan dengan pertanyaan, “siapakah sesamaku manusia?” Kecenderungan kita menganggap sesama manusia adalah mereka yang sama dengan kita, padahal sesama manusia adalah mencakup seluruh umat manusia tanpa membedakan semua latar belakang yang ada. Semua manusia merupakan sasaran kasih kita dandengan demikian kita menjadi saluran berkat dan kasih dari TUHAN bagi sesama kita. Penulis InjilMatius dalam khotbah di bukit menuliskan bahwa Tuhan Yesus mengajarkan standar yang lebih tinggi, bahwa sesama manusia adalah termasuk musuh kita, orang-orang yang bagi kita tidak layak untuk dikasihi, namun Tuhan Yesus ajarkan agar kita mengasihi dan mendoakan mereka.
Alkitab menunjukan banyak contoh tentang pengampunan dan kasih kepada “musuh”;Abraham kepada Lot, Musa kepada kedua kakaknya, Daud kepada anak-anaknya, Tuhan Yesuskepada murid-murid-Nya, Stefanus kepada orang-orang yang melempari dia dengan batu, Pauluskepada orang-orang yang menganiaya dia. Bagaimana dengan kita? Sebagai pengikut Kristus sudahtentu kita harus meneladani Dia, mari kita mengingat siapa saja orang yang kita anggap tidak pantasuntuk kita ampuni dan kasihi, ampuni mereka, doakan mereka. Dan jika hal ini masih sulit untuk kitalakukan, mari pertama-tama kita awali dengan bersyukur kepada TUHAN atas kasih danpengampunan-Nya kepada kita yang juga tidak layak ini, mohon kasih-Nya untuk menguatkan kita,minta agar kita dimampukan untuk belajar mengasihi “musuh-musuh” kita, juga agar kita dimampukan untuk mendoakan orang-orang yang menyakiti kita. Jika kita membuka hati kita sedemikian dalam doa-doa kita, TUHAN pasti akan mengubah kita menjadi pribadi dengan karakter yang baru, bahkan di dalam keseharian kita di manapun berada, kita akan mampu belajar untuk mengasihi orang yang berbeda dari kita dan belajar menerima orang yang tidak menyenangkan bagi kita. Selamat berjuang dalam mengasihi sesama. Amin.