sejak tabut itu tinggal di Kiryat-Yearim berlalulah waktu yang cukup lama, yakni dua puluh tahun, dan seluruh kaum Israel mengeluh kepada TUHAN

(1 Samuel 7:2)

Sementara Tuhan memberkati keluarga Abinadab dengan penuh sukacita karena Tabut Tuhan berdiam diri selama 20 tahun di Kiryat-Yearim, malah Israel meratap di hadapan Tuhan. Kesedihan mendalam karena bangsa Israel melupakan Tuhan. Tuhan untuk sementara menyingkir diperbukitan akibatnya Israel menangis di hadapan Tuhan.

Anehnya setelah dua puluh tahun baru mereka menyadari perlunya mereka memiliki Tuhan. Dari sejak zaman Musa, Yosua dan Hakim-Hakim diingatkan agar mereka terus mencari Tuhan, mencari kehendakNya dan tidak melupakan perjanjian kekal-Nya. dalam keadaan bingung ditindas Filistin, malah mereka mencari Asytoret dan Baal. Salah satu ceramah Musa yang harus diingat terus menerus adalah … “Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau serta keturunanmu turun-temurun menjadi perjanjian yang kekal, supaya Aku menjadi Allahmu dan Allah keturunanmu. (Gen 17:7 ITB). Tidak boleh menghianati-Nya.

Biasanya orang Israel kalau meratap yaitu dengan puasa, penyesalan dosa, kembali mengakui Tuhan. Mengapa sekarang mereka menyadari bahwa Tuhan tidak disisi mereka. Jawabannya ada di ayat 2 mereka beralih kepada dewa lain. Dewa kejijikan yang mengandalkan hubungan seks bebas di kuil perbukitan. Tuhan tidak berkenan diduakan. DIA TUHAN YANG CEMBURU. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku, (Exo 20:5 ITB)

Kesedihan yang mendalam ketika Tabut Tuhan tidak hadir diantara mereka. Masa penantian yang melelahkan selama 20 tahun. Kerinduan yang mendalam untuk memeluk Tuhan. Mereka haus dan lapar akan persekutuan dengan Tuhan, namun Tuhan menghukum mereka dengan mengasingkan diri di rumah Abinadab. Tuhan hanya tinggal dan senang di rumah Abinadab. Pengasingan Tabut Tuhan membuat jiwa mereka merana sekaligus mengalami penindasan Filistin.

Ini suatu ujian bagi Israel ketika Tabut tidak ada di antara mereka apakah mereka setia untuk mencintai Tuhan. Apakah ketika berkat Tuhan tidak turun (yg hanya melimpah di keluarga Abinadab) mereka tetap setia sujud kepada Tuhan? Kenyataannya ketika Tuhan “tidak terasa” dan “tidak terlihat” bagi mereka justru menghianati DIA dengan sengaja. Mereka mengingkari kesetiaan iman. Hasil pengingkaran adalah “kesedihan”. Keluhan mereka adalah kekhawatiran akan ketidakmampuan Tuhan memelihara hidup mereka, mereka lebih percaya kepada Baal dan Asytoret. Secara teologis, mestinya mereka tetap setia sekalipun seolah-olah Tuhan “tidak terlihat ada” di mata mereka. penyembahan berhala akan mendatangkan rasa duka yang tak dapat disembuhkan kecuali kembali kepada TUHAN.

Pengujian terbesar bagi Israel dan kita adalah “absennya Tuhan” selama 20 tahun. Kita harus terus mencari Tuhan bukan berhala. Perasaan ditinggalkan Tuhan akan membuat jiwa tersiksa. Tetapi kita tidak harus menindas iman kita dengan mengalihkan pusat penyembahan kita.

Mereka mengeluh selama 20 tahun sebab mereka berada dalam penindasan Filistin. Ironisnya mereka tidak mencari Tuhan malah mencari dan mengandalkan berhala-berhala Kanaan. Hukum Tuhan yang berat bagi Israel adalah menarik perlindungan dan penyertaan-Nya dan hasilnya adalah merana secara jiwa.

Tuhan menunggu air mata penyesalan dan pertobatan sejati. Tuhan menunggu lama di perbukitan dimana Abinadab tinggal. Selama dua puluh tahun hanya Eliezer yang menyerahkan diri. Sementara kaum Israel kebanyakan menyerahkan diri kepada dewa Asytoret serta Baal dan melakukan pelacuran bhakti (persekutuan dengan setan-setan). Dukacita jiwa karena dosa yang besar ini. Tuhan menunggu kita sampai kita mengalami kehancuran jiwa. Tujuannya agar kita sadar bahwa kita sangat membutuhkan Tuhan.

Dukacita dan keluhan ini sebagai suatu persiapan yang diberikan Tuhan untuk khotbah reformasi yang akan disampaikan oleh Samuel di ayat 3. Duka yang baik menuju suatu reformasi. Berduka karena dosa itu baik untuk menata hati ke arah yang lebih baik. Ini adalah satu sisi pekerjaan Roh Kudus yang tidak disebutkan secara eksplisit dalam kitab PL. Ratapan adalah persiapan untuk kembali kepada Tuhan.

Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur (Mat 5:4 ITB). Bawalah sertamu kata-kata penyesalan, dan bertobatlah kepada TUHAN! katakanlah kepada-Nya: “Ampunilah segala kesalahan, sehingga kami mendapat yang baik, maka kami akan mempersembahkan pengakuan kami (Hos 14:2 ITB). Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah (Psa 51:17 ITB). Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, jauhilah penyembahan berhala! (1 Kor 10:14 ITB). 5 Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala, semuanya itu mendatangkan murka Allah (atas orang-orang durhaka) (Kol 3:5-6 ITB)

Pertobatan adalah kunci untuk meraih kembali sukacita. Selanjutnya bagian ini akan menjadi tema KKR Samuel di ayat berikutnya.

Ev.Tonny Mulia Hutabarat
8 Desember 2021