Eksposisi Yakobus 1:19-28

Di dalam kehidupan yang dijalani, banyak aspek kehidupan memaksa kita hidup di dalam standar yang tinggi. Standar yang tinggi tersebut harus melewati beberapa kualifikasi kriteria, supaya kita masuk di dalam kualifikasi standar tinggi tersebut. Oleh karena itu, banyak aspek kehidupan yang difokuskan pada hasil pencapaian akhir, untuk sebuah pengakuan dan penerimaan ketika berhasil memenuhi standart tinggi dari aspek tersebut, Ini adalah bukti kepenuhan dari sebuah penetapan standart atas sebuah pengakuan dan penerimaan, buah dari kerja keras seseorang.

Pada bagian perikop ini, Yakobus melanjutkan nasihatnya kepada orang Yahudi Diaspora (12 suku Israel), yang tersebar di berbagai wilayah. Di dalam konteks wilayah tempat tinggal mereka masing-masing, mempunyai tantangan tersendiri untuk memelihara iman mereka dan menghidupi gaya hidup mereka sesuai kebenaran firman Allah. Oleh karena itu, Yakobus memberikan nasihat praktis tentang bagaimana mereka memenuhi spiritualitas mereka di dalam iman kepada Allah melalui Yesus Kristus.

Nasihat praktis yang diberikan oleh Yakobus yakni layaknya sedang bercermin di depan kaca, sebentar ia melihat bagaimana rupa dirinya, kemudian ia akan lupa diri dan berlalu begitu saja (ay.23-24). Yakobus mengingatkan kehidupan di dalam iman kepada Yesus Kristus bukan hanya pendenggar firman saja, tetapi menjadi pelaku firman dan menghidupinya di dalam kehidupan kesehariannya layaknya sedang beribadah kepada Tuhan (ay. 26-27). Nasihat praktis yang terutama untuk menjadi pelaku firman adalah dengan cara cepat untuk mendengar, lambat untuk berkata-kata, dan lambat untuk marah, karena tidak ada kebenaran Allah yang dapat dikerjakan dengan amarah (ay.20) Pelaku firman, harus mampu membuang pikiran yang kotor dan jahat, karena sudah digantikan firman Allah, yang tertanam di dalam kehidupan seseorang, yang menyelamatkan jiwa. Artinya, seluruh pikiran dan kehendak-Nya, sudah digantikan dengan kebenaran Allah yang Allah sampaikan untuk dilakukan dan dihidupi sebagai gaya hidup dan kebiasaan.

Sebagai perenungan untuk kita renungkan bersama, terkhusus ketika saat ini kita menghadapi kondisi yang tidak biasa, yakni pandemi, yang sebentar lagi akan berulang tahun ke dua. Ironis memang, di tengah kondisi yang semakin sulit, Tuhan mengizinkan kita mengalami pandemi yang menghantam kita dari semua sektor dan aspek kehidupan, serta kita diperhadapkan beriman kepada Kristus dan kita harus “berselancar” di tengah gelombang pandemi ini. Tidak mudah memang. Dunia selalu menawarkan solusi, untuk menggantikan Tuhan sebagai pengharapan kita. Banyak orang yang putus asa, dan bahkan angka pencobaan bunuh diri meningkat. Kita menantikan hari Tuhan segera tiba, tetapi di dalam penantian itu, ada situasi dan kondisi yang tidak bisa sepenuhnya kita pikirkan ataupun kendalikan.

Ketika di dalam dunia, kita bisa memfokuskan diri pada pencapaian akhir memenuhi kualifikasi standart yang tinggi terhadap suatu aspek kehidupan, lalu bagaimana dengan standart yang tinggi di dalam iman kita??

Akan tetapi, di balik itu semua, di saat kebimbangan kita terus menguat dan mempertanyakan kehadiran Tuhan, entah kenapa Tuhan selalu menyatakan diri-Nya, Dia selalu mengejar kita dengan kasih karunia-Nya. Kita terus dipelihara-Nya dengan cara-Nya yang Ajaib, kita terus dihibur-Nya, walau tak terhingga kita telah meneteskan air mata, Tuhan selalu mencukupkan kita dengan rahmat-Nya serta yang tak terbalaskan adalah, bagaimana kesetiaan Tuhan untuk mengasihi kita, yang mungkin di dalam kebimbangan dan kesedihan, kita mengesampingkan Tuhan. Kita hanya bisa menangis dan menyesali, seraya berkata, terima kasih Tuhan, Engkau sungguh baik. Engkau bukan hanya berfirman menjadikan segala sesuatu-Nya dengan baik dan sempurna, tetapi Engkau senantiasa hadir di dalam setiap musim kehidupan kami.

Oleh karena itu, biarlah kita senantiasa terus merenungkan kasih setia Tuhan, supaya kita senantiasa berharap kepada Yesus Kristus, untuk mampu berespons benar dalam iman kepada-Nya, supaya bisa menghidupi firman dan menjadikan firman Allah sebagai kekuatan dan sandaran kehidupan. Biarlah Tuhan memenuhi kita dengan roh dan kebenaran, supaya kita terus memuji dan meninggikan Kristus, di setiap situasi dan kondisi yang kita hadapi. Kuatkan dan teguhkanlah iman kita.

Asidoro Sabar Parsaulian Pasaribu
07 Desember 2021