Anak “Haram” Yang Efektif Bagi-Nya

Hakim 11:1-3

Anak sundal yang tidak diperhitungkan, Yefta. Arti Yeptah, dia membuka (membuka tabir kesia-siaan hidup). Ia hadir di muka bumi dari hasil hubungan “sia-sia” (gelap, dosa). Gilead menyenangi wanita pelacur kuil Baal.

Seorang lelaki terlahir di dunia, dengan status anak sundal. Pria yang ditolak oleh keluarganya, diasingkan dan dihapuskan dari daftar hak waris. Profesinya petualang, perampok, yang bukan teladan bagi perspektif Kristen masa kini (2021), namun dipilih oleh Tuhan sebagai hakim, pahlawan pembebas Israel dari dosa dan penindasan Amon.

Hakim-hakim 11:1 Adapun Yefta, orang Gilead itu, adalah seorang pahlawan yang gagah perkasa, tetapi ia anak seorang perempuan sundal (Ibrani: zownah); ayah Yefta ialah Gilead.

Istilah kata pahlawan gagah perkasa dipakai kata “gibbor chayil” dalam bahasa Ibrani. Gelar yang jarang diberikan kepada seorang anak yang berstatus anak sundal. Gibbor Hayil, adalah gelar untuk tokoh masyarakat, yang disegani karena hikmatnya, kekayaannya, kebaikannya, kemampuannya untuk melindungi orang-orang lemah, miskin. Gelar yang disandang oleh orang yang memahami Taurat. Penulis kitab Hakim mencengangkan pembaca sebab gelar yang mulia disandangkan kepada anak jinah, anak yang disiasiakan.

Ya, anak yang tak berguna dalam silsilah keluarga terpandang namun Yeptah seorang pemberani, dengan kekuatan yang efektif untuk melindungi dirinya sendiri dan orang lain. Pria tampan yang tak kenal mundur menghadapi masalah sulit. Ia “dipuja” oleh orang Israel. Namun status anak sundal (Ibrani: zownah) membuatnya sulit diterima dilingkungan kelaurganya. Sekalipun disiasiakan (dibuang) saudaranya, Tuhan memanggil dan memakainya secara maksimal. Ditolak keluarganya namun diterima Tuhan (sebab besar anugerah dan kasih setia Tuhan baginya). Orang yang sia-sia didalam kesetiaan Tuhan menjadi orang yang efektif bagiNya.

Yefta adalah putra seorang pelacur. Gilead mengawini seorang sundal, anonim. Padahal Giliead sudah memiliki istri dan anak-anak. Contoh yang tidak baik bagi Kristen masa kini (memang pada waktu itu etika dan moral dipatokkan menurut pandangan pribadi [bdk 21:25]). Gilead, seorang ayah yang sering mengunjungi pelacur (dugaan kuat di tempat rumah bakti Baal). Gilead sebagai wakil dari ribuan laki-laki yang melakukan pengingkaran perjanjian pernikahan. Israel rusak moral dan religiusnya. Justru latar singkat Gilead yang buruk sebagai persiapan masuknya tokoh pembebas dari benihnya sendiri. Putra Gilead yang tidak “sah” akan dipakai Tuhan untuk “memukul” musuh Israel.

Gilead berdosa, melahirkan anak sundal (dosa), dan keluarganya tercemar (mengusir Yefta dan menghapus hak warisnya).

Suatu gambaran tentang kita di masa kini (2021) yang membutuhkan dan mengejar fasilitas penyucian dosa dari Juru Selamat. Mungkin banyak orang Kristen tidak pergi lagi ke tempat pelacuran, namun menyerahkan pikiran2nya kepada perjinahan (di mata dan di hati).

Hakim-hakim 11:2 Juga isteri Gilead melahirkan anak-anak lelaki baginya. Setelah besar anak-anak isterinya ini, maka mereka mengusir Yefta, katanya kepadanya: “Engkau tidak mendapat milik pusaka dalam keluarga kami, sebab engkau anak dari perempuan lain.

Istri Gilead yang sah sudah memiliki anak. Ketika anak-anaknya sudah mencapai dewasa, mereka menyalahkan Yafta dan memaksanya keluar dari rumah. Kata “mengusir” dalam Ibrani dipakai kata garash dalam bentuk kata kerja piel. Kata ini dipakai untuk perceraian. Karena dalam bentuk kata kerja piel maka pengertiannya ia diusir dengan kasar/paksa/kekerasan. Mereka mengambil hak warisnya. Diperkirakan karena kesarakahan. Atau Gilead sudah mati sehingga mereka menolak untuk berbagi warisan. Bagian mereka akan lebih besar dengan dihapuskannya Yefta dari daftar silsilah. Jelas mereka tamak harta.

Yefta harus dikeluarkan untuk menghapuskan dosa perselingkuhan ayah mereka. Sepanjang hidup mereka membenci Yefta, iri karena dia kuat (gagah), mereka menyalahkan, membuli hingga memuncak pada pencabutan hak waris yang sudah ditetapkan Gilead. Tanpa hak waris apakah hidupnya akan sia-sia?

Yefta menerima perlakuan keluarganya, mencampakkannya. Ia membayar dosa ayahnya dan ibunya, yang melahirkannya sebagai anak yang tidak sah (anak jinah). Yefta menyandang cacat seumur hidupnya. Ia terluka batin oleh tindakan ayahnya. Ia tidak memberontak atas pencabutan hak warisnya. Ia tetap sebagai pahlawan gagah perkasa yang dapat menerima perlakuan rumit dari sekitarnya. Yefta (mungkin juga ibunya) dipisahkan (diusir paksa) dari keluarga Gilead.

Hakim-hakim 11:3 Maka larilah Yefta dari saudara-saudaranya itu dan diam di tanah Tob; di sana berkumpullah kepadanya petualang-petualang yang pergi merampok bersama-sama dengan dia

Lari ke daerah TOB, suatu arah perjalanan yang ironi. Kata “tob” artinya “sempurna”. Kesedihan hatinya dilampiaskan dalam petualangan yang keras ke daerah “Tob” mencari kesempurnaan dengan cara merampok. Yefta menjadi favorit bagi petualang-petualang. Ia menemukan komunitas baru. Melarikan diri sebagai persiapan menghadapi kesukaran. Berkumpul dengan orang orang nekat sebagai persiapan untuk melawan musuh. Profesi merampok membutuhkan nyali besar, yang tidak disadarinya sebagai persiapan untuk melawan Amon. Atau merampok, sebagai taktik untuk merampas harta milik orang lain untuk menyambung nyawa sebab warisannya dirampok oleh keluarganya. Teladan buruk yang dirahkan oleh Tuhan untuk memiliki jiwa pembebas dari kekejaman Amon. Pada zaman itu, di daerah perbatasan, untuk bertahan hidup, dirampok atau merampok, dibunuh atau membunuh.

Yefta berlatih menjadi pemimpin orang2 yang tidak pantas (layak) namun setidaknya ia mengenal “medan” yang keras untuk membentuk jiwa militansi secara alami. Dugaan terdekat bahwa pekerjaan merampok dilakukan oleh Yefta untuk melindungi orang-orang Israel. Mereka tidak merampok orang Ibrani tetapi merampok milik musuh-musuh Israel (Amon yang berbatasan dengan Yordan bagian Timur). Yefta secara alami telah mampu membentuk pasukan tempur. Dan ia disukai oleh kelompok “petualangan”.

Memperhatikan kata “petualang” dalam kata Ibrani adalah “reyqim” orang yang disia-siakan. Kemungkinan besar bahwa ia bergabung dengan komunitas orang yang paling menyedihkan seperti dirinya yang dibuang oleh keluarganya karena status anak sundal (jinah). Pada masa itu banyak lelaki bersuami terlibat dalam penyembahan berhala yang sekaligus melakukan pelacuran bakti yang menghasilkan banyak anak-anak haram. Dan anak-anak haram ini terusir dari rumah. Mereka ini menemukan sosok Yefta yang cocok sebagai pemimpin dan yang dapat menjamin kesejahteraan mereka dari hasil mengambil harta musuh-musuh Israel, yaitu Amon. Komunitas orang yang disiasiakan ini menemukan Yefta yang juga adalah orang yang disiasiakan (dibuang) oleh keluarganya. Komunitas sia-sia ini menjadi kelompok yang berdaya guna dengan melakukan “perampasan” kepada musuh yang lewat di sekitar mereka (Timur Jordan) yang bertangga dengan Amon. Yefta sanggup bangkit dari kesia-siaan untuk menolong hidup orang yang disiasiakan.

Sebelum Yefya diminta orang Israel membebaskan mereka dari kekejaman Amon, Tuhan telah mennggunakan orang yang disiasiakan menyelamatkan komunitas orang yang disia-siakan (petualang2).

Di sekitar kita saat ini (2021), ada banyak orang yang disia-siakan secara terstruktur atau masiv, mari kita membuka mata untuk membantu kesejahteraan rohani dan jasmaninya. Atau kita mungkin juga adalah orang yang pernah disiasiakan orang lain agar bangkit menjadi efektif bagi orang lain yang membutuhkannya. Sebab Kristus telah membangkitkan kita dari kesiasiaan hidup menjadi orang yang dimeteraikan dalam kuasa kebangkitan hidup.

Penolakan itu memang menyakitkan dari orang terdekat, tetapi sering Tuhan membuat rasa sakit itu agar kita mengejar kuasa kesembuhanNya sehingga kita dipakaiNya untuk efektif menyelamatkan orang yang bernasib sama.

Dahulu kita adalah anak2 dosa, anak2 yang sia-sia, anak2 haram, anak2 kegelapan namun Kristus telah mengkangkat (mengadposi) kita menjadi anakNya. Ketika kita diterimaNya menjadi anakNya, maka kita “wajib” efektif bagiNya, melayaniNya.

Salam bangkit dari kesia-siaan dan efektif bagiNya

Ev. Tonny Mulia Hutabarat
19 Februriari 2021