1 Samuel 3: 1-4

Ibu Hana menyerahkan Samuel kepada TUHAN sejak kecil (lepas sapih). Pada ayat 1 disebutkan Samuel yang muda menjadi pelayan TUHAN (3:1). Kata “muda” dalam bahasa Ibrani dipakai nay’ar artinya masih sangat muda, remaja tanggung. Ia sudah bersungguh-sungguh mempersembahkan hidupnya kepada Tuhan. Di tengah kesaksian buruk Eli dan dua anaknya, ia tidak terpengaruh atau jatuh dalam dosa-dosa mereka. Perhatikan frasa kata kerja “menjadi pelayan TUHAN” dalam bentuk kata kerja Ibrani adalah piel partisip. Kata kerja piel partisip mengindikasikan keterangan sifat kerja melayani dengan sungguh, mengupayakan pelayanan itu dengan intensif, kontinu, total memberikan seluruh tenaga, seluruh waktunya untuk TUHAN. Jadi Samuel sejak kecil sudah menunjukkan kinerja pelayanan yang maksimal dan total dibawah pengawasan Eli. Sekalipun di bawah mentoring Eli yang sangat “bengkok hati”, Samuel tetap lurus pikirannya, terfokus dan bermotivasi kepada Tuhan.

Kata melayani, atau pelayan dalam bahasa Ibrani biasanya dipakai kata “abodah” atau “ibadah”. Namun di sini dipakai kata “sarat” dan diikuti dengan bentuk kata kerja PIEL. Kata ini dipakai untuk mengidentifikasi orang yang dipakaiNya adalah memiliki kesungguhan yang luar biasa (terlihat di dalam seluruh pelayanan Samuel sampai di hari tuanya (sampai mati) tetap konsisten setia kepada Tuhan. Dia melayani di masa dua raja Saul dan Daud. Ia menjadi pelayan yang tangguh karena Suara Tuhan yang datang kepadanya adalah dalam rangka membina Samuel sendiri untuk mempersiapkan pelayanannya pada dua raja di masa tuannya.

Lingkungan pelayanan dan pelayan yang buruk tidak akan dapat menjatuhkan Samuel sebab selalu peka dengan kebenaran firmanNya. Selalu bersekutu dengan Tuhan. Firman Tuhan menjaga kaki dan seluruh hidupnya di tengah buruknya dunia kerja pelayanan (gereja). Mungkin masih ada perilaku buruk dari orang-orang gereja yang terlibat melayani. Jangan sampai mereka menggerogoti karakter kita. mungkin ada saja yang mengecewakan, membuat putus asa, mengendorkan kerajinan bahkan menjadikan kita undur karena pengaruh buruk rekan pelayanan. TIDAK. Bila suara Tuhan tetap bergema, terdengar di gendang telinga iman kita, maka kita akan tetap setia melayaniNya. Gereja pada esensinya kudus, namun ada saatnya orang-orang di dalamnya bisa “kudisan”. Agar kiranya “kudis-kudis” tersebut tidak membuat kita “sakit rohani” bahkan “mati rohani”.

Ingat biar kita tetap bersinar seperti bintang-bintang di langit tanpa membakar/menghanguskan orang lain. Kita hanya diminta untuk tetap bersinar di tengah kegelapan dunia gereja. Kita harus tetap menjaga suhu kerohanian kita dengan kehangatan firmanNya yang setiap detik bekerja di hati kita (sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia, sambil berpegang pada firman kehidupan — Filipi 2:15-16.

Ev. Tonny Mulia Hutabarat
19 November 2021