2 Petrus 1:16-21

Ribuan tahun yang lalu, sebelum Kristus hadir, Allah menyatakan diri-Nya melalui sebuah penglihatan-penglihatan kepada para nabi, yang diuraikan menjadi sebuah pesan berita berupa perintah dan instruksi untuk taat beribadah kepada Allah. Jika suatu bangsa taat beribadah kepada Allah maka mereka akan memperoleh kesetiaan dari Allah berupa berkat keselamatan atas seluruh keturunan, melalui pemeliharaan-Nya. Sebaliknya, ketika mereka gagal taat maka mereka akan memperoleh penghukuman dari Allah, melalui kehadiran-kehadiran bangsa-bangsa lain yang justru tidak mengenal Allah. Mereka akan mengalami penganiayaan dan menjadi budak ketika bangsa mereka dikalahkan bangsa lain di dalam peperangan.

Berita nubuatan para nabi itu terus dipelihara dan diselidiki tahun demi tahun, serta dipercaya akan tergenapi ribuan tahun berikutnya. Yesus hadir sebagai penggenapan berita keselamatan itu, dan bukan menjadi sebuah cerita dongeng buatan manusia (ay.16). Petrus sebagai murid yang dikasihi-Nya, menjadi saksi kehidupan Yesus sebagai penggenapan bahwa Allah akan mempermuliakan dan memperkenankan Yesus di gunung yang tinggi (ay. 17-18, band. Mat. 7:1-5; Mrk. 9:2-7; Luk. 9:28-35), sebagai bukti kekudusan dan pernyataan keIlahian Yesus. Sehingga, Petrus mengingatkan bahwa hal itu telah meneguhkan mereka untuk melayani Allah dan terus tertanam di dalam hati dan pikiran mereka (ay.19). Akan tetapi, dalam konteks pelayanan Petrus, Petrus juga menyaksikan dan mendengar bahwa ada nabi-nabi palsu yang lahir dari orang percaya, yang memberitakan Yesus dengan penafsiran sendiri dan diperkatakan sesuai pikiran dan kehendak manusia (ay. 20-21). Hal inilah yang meresahkan Petrus, dan mengingatkan kepada jemaat-jemaat yang dipimpin dan dibimbingnya, untuk setia dalam pengenalan Allah yang benar (2Pet. 1:1-2).

Sebagai perenungan untuk kita, ketika Allah telah hadir sepanjang waktu untuk mengasihi dan memelihara kehidupan kita, supaya kita terus berjalan di dalam rancangan-Nya, dan Kristus hadir sebagai wujud penggenapan kemuliaan Allah. Kristus adalah penggenapan nubuatan para nabi yang telah diselediki beribuan tahun lamanya, untuk mengabarkan Kristus sebagai wujud kasih karunia Allah (1Pet.1:10-12), yang diberitakan oleh inisiasi Allah sendiri melalui Roh Kudus, yang menyempurnakan pemberitaan itu. Lalu, apa yang bisa lakukan untuk memaknai kehadiran Yesus yang mulia? Kehadiran Kristus sebagai bentuk kesetiaan Allah terhadap perjanjian-Nya, untuk menyatakan kasih karunia-Nya. Kita yang telah menerima kehidupan baru, dan yang telah diperdamaikan dengan Bapa melalui karya Salib Kristus, bukankah kita harus memikirkan dan memaknai secara mendalam ketika menempatkanYesus sebagai yang terutama di dalam kehidupan kita? Atau, justru kita memilih untuk memanfaatkan kehadiran Yesus, sebagai subyek yang bisa kita pergunakan untuk memenuhi segala kepentingan kita? Mari, kita renungkan kembali, kemuliaan Yesus yang dinyatakan sebagai penggenapan kasih karunia Allah.

Asidoro Sabar Parsaulian Pasaribu
26 Oktober 2021