1 Samuel 2:11-26

Pelayanan keimaman adalah pilihan dan urapan dari TUHAN yang harus dikerjakan dengan benar dan baik. Imam Eli dan kedua putra bertugas untuk melayankan pelayanan kurban dan pengajaran iman kepada umat melalui ceramah-ceramah dan keteladanan hidup. Namun mereka gagal. Eli dan kedua anaknya tercoreng moral di hadapan Tuhan dan publik. Mereka melakuan dosa di tempat yang disakralkan.

Kedua anak muda, Hofni dan Pinehas, tidak mendengarkan nasehat Eli (Tuhan) jelas termaktub pada ayat 25. Tuhan pun tidak mereka dengar apalagi ayahnya. Berkali-kali ayahnya menasehati tetapi tetap mengeraskan hati, karena mereka memang dikeraskan hatinya untuk tidak percaya Tuhan. Jadi bukan salah orangtua yang tidak mendidik anaknya tetapi karena sudah ditentukan untuk mati oleh Tuhan, perhatikan ayat 25. Dimana hukuman itu sendiri disampaikan oleh mulut ayahnya sendiri. Perkataan Eli menjadi kutuk atas mereka.

Namun ayat selanjutnya menjelaskan bahwa di kemudian hari Eli tidak dapat mengontrol anaknya karena kejahatan dan kekerasan putranya. Disini ada kepentingan narator bagi para pembaca agar orang tua dapat mengendalikan anak-anaknya yang tidak disiplin. Tuhan sangat keras kepada dua anak muda itu. Kesempatan bertobat sudah diberikan melalui nasehat yang berulangkali diberikan papa Eli, tetapi mereka meremehkannya.

Eli terlalu “lunak” mengajar anak-anaknya sehingga putranya bertumbuh dan berbuah kejahatan. Ia tidak menggunakan “rotan” untuk memecahkan “roh jahat” dari dalam batin anak-anaknya. Alhasil ia menuai keburukan dalam keluarganya.

Pada zaman moral sungsang saat ini 2021, kelihatannya anak-anak tidak suka dengan nasehat orang tua, karena mereka anggap ortunya kuno, katrok, ketinggalan zaman dsb (walau masih banyak anak-anak yg manis lho yg setia pada nasehat ortunya). Kita ortu-ortu masa kini harus mendisiplinkan diri agar tetap tegas dan penuh kasih membimbing mereka.

Ev. Tonny Mulia Hutabarat
27 Oktober 2021