LD Tonny Mulia Hutabarat
Senin 6 November 2023

Jangan Iri Kepada Orang Jahat — Amsal 24:1-2

Jangan iri kepada orang jahat, jangan ingin bergaul dengan mereka. Karena hati mereka memikirkan penindasan dan bibir mereka membicarakan bencana. (Pro 24:1-2 ITB)

Mengapa kita iri kepada orang jahat? Karena kehidupan mereka tampak jauh lebih mudah, lebih baik, sukses. Berhasil mencapai puncak karena menipu, mencuri. Fokusnya hanya pada hal duniawi. Tetapi menurut Pemazmur 73 mereka akan segera “jatuh”. Orang jahat pasti dilahap kematian dalam sekejap. Pemazmur memutuskan bahwa lebih baik melayani TUHAN tanpa segala kesuksesan duniawi – daripada menjadi jahat, sukses saat ini – namun pada akhirnya menjadi miskin dan hancur (binasa).

TUHAN melarang rasa iri terhadap orang yang jahat. Kecemburuan itu mudah ketika melihat keberhasilan orang jahat. Kehidupan mereka seakan diolesi dengan mentega murni dan kue-kue lezat dll. Mereka mempunyai “kesenangan”, “kemewahan” yang ingin kita miliki. Tapi Tuhan melarang hal ini. Ketika kita iri pada orang jahat – kita mulai menginginkan apa yang mereka miliki. Kita pikir mereka sudah berhasil. Kemudian kita memutuskan untuk bergaul dengan mereka karena kita menyukai barang-barang mereka – gaya hidupnya. Namun realitas spiritual menceritakan kisah yang berbeda.

Kebenaran yang perlu diingat – bahkan mereka pun tidak bahagia! Mereka mempunyai kekosongan. Mereka memenuhi hidupnya dengan “kedagingan””. Pada waktunya (endingnya), mereka menjauh dari hadirat Tuhan.

Daud berpikir bahwa satu malam bersama Batsyeba yang cantik akan memeriahkan hidupnya. Simson mengira bahwa berhubungan dengan Delilah akan menghiburkannya. Absalom berpikir bahwa mengkudeta ayahnya akan membuat hidupnya lebih baik. Ahab berpikir bahwa mendapatkan kebun Nabod dia akan puas. Yudas mengira bahwa mendapatkan 30 keping perak akan menaikkan gajinya. Ternyata iri hati pada orang jahat akan membawa banyak masalah (bencana).

Pikiran orang jahat bekerja untuk merancang kekerasan (ay 2). Dengan menggeram, mendesah dan penuh kekerasan dan itulah dosa. Hatinya dicondongkannya kepada dirinya sendiri dan kepada dunia kejahatan. Perkataannya terus menerus meresahkan yang menyebabkan masalah. Orang yang bergaul dengan mereka akan “digantungnya”. Gembong penjahat tidak akan melepaskan anak buahnya. Ia akan terus diikat dalam rantai mafia.

Orang jahat memang selalu ada. Mereka status status sosio-ekonomi, intelektual, tampak etis, bermoral dan religius tetapi sellau menimbulkan keresahan dan masalah (lebih tepatnya bencana).

Juru hikmat menyatakan hindari mereka – jagalah hatimu!. Segera berlari keluar dari dunia/hati kejahatan.

Melihat orang jahat berhasil dapat membuat kita kecil hati, khususnya ketika kita menderita demi kebenaran. Namun yang tidak boleh kita lakukan, menurut bacaan hari ini, adalah rasa iri terhadap orang jahat dan kesuksesan mereka. Keberhasilan orang jahat hanya bersifat sementara, dan penderitaan apa pun yang kita tanggung demi kebenaran juga bersifat sementara. Dalam kekekalan yang akan datang, orang jahat akan menerima upah yang adil, sama seperti orang benar di dalam Kristus akan diteguhkan dalam kemuliaan selama-lamanya.