Minggu, 24 Oktober 2021 – Ev. Tonny Mulia Hutabarat

I. Cinta Sejati Itu Posesif (8:6a). Pada zaman Alkitab, meterai sering kali merupakan tanda perjanjian yang ditempel pada kertas. Lilin panas pada segel kemudian ditempelkan pada dokumen. Kertas yang disegel menunjukan pemilik legal. Menariknya, wanita itu tidak meminta dokumen tersebut disimpan di lemari atau selalu dibawa di kantong bajunya. Sebaliknya, dia memintanya untuk membawanya sendiri ke dalam hatinya, dan menjadikannya meterai cintanya. Artinya dia berkata, “Aku memberikan diriku kepadamu sebagai tanda cintaku padamu. Aku akan menjadi milikmu.” Itulah cinta sejati. Cinta sejati selalu memberikan diri sendiri untuk dimiliki oleh orang lain. Pernikahan tidak pernah berhasil ketika ada kontrak 50-50. Tapi itu selalu berhasil ketika ada 100-100 pemberian diri sendiri kepada orang lain. Dokomen pernikahan (akta nikah) itu tersimpan awet di lemari, yang lebih penting termeterai di hati yang dapat dibawa kemana saja.

II. Cinta Sejati Permanent [8:6b]. Dia melanjutkan, “. . . karena cinta itu kuat seperti maut, kecemburuan itu ganas seperti kuburan” (8:6b). Kata cemburu juga bisa berarti “gairah”. Yang berlangsung sampai mati. Gairah untuk kekasihnya akan bertahan sampai liang lahat. Cinta sejati kuat seperti maut.

III. Cinta Sejati Sangat Kuat (8:6c). Cintanya seperti api yang berkobar. Tetapi lebih jauh, ada pengakuan dalam perikop ini bahwa cinta sejati datang dari TUHAN sebagai “nyala api TUHAN.” Alkitab mengajarkan kita bahwa TUHAN adalah kasih (1 Yohanes 4:8). Dan karena dia adalah cinta, dia memberi cinta, dia mengaktifkan cinta, dia memberdayakan cinta. Ungkapan cinta yang paling dalam, paling kaya, dan paling benar adalah yang berasal dari Tuhan.

IV. Cinta Sejati Bertekun (8:7a). Alkitab berbicara tentang air sebagai ancaman. Seperti Air Bah Nuh, Musa menyeberangi Laut Merah, dan Yosua menyeberangi Sungai Yordan. Wanita ini berkata bahwa cinta sejati begitu gigih sehingga tidak ada yang bisa menghancurkannya. Tidak peduli seberapa mengancam keadaan di sekitarnya, tidak ada yang bisa mengalahkan cinta sejati. Cinta sejati bertahan terlepas dari keadaan.

Chris Messick menulis sebuah puisi berjudul, “Untukmu Adalah Satu-Satunya.” Untuk kekasihnya: “Untukmu aku akan memanjat puncak gunung tertinggi. Berenang di lautan terdalam. Cintamu memang aku cari. Untukmu aku akan menyeberang. Sungai yang paling luas. Berjalan di pasir gurun terpanas untuk memilikimu di sisiku”. Dan kemudian dia menambahkan sebuah postscript. Dia menulis, “P.S.—Aku akan datang Sabtu malam jika tidak hujan!”. Lain di bibir lain pelaksanaan.

Masih ingat janji pernikahan: “untuk memiliki dan mempertahankan mulai hari ini dan seterusnya, dalam suka dan duka, kaya dalam miskin, dalam sakit dan sehat, sampai maut memisahkan kita.” cinta sejati tidak berubah-ubah tetapi bertahan.

V. Cinta Sejati Sangat Berharga (8:7b). Seks bisa dibeli. Tapi cinta sejati tidak akan pernah bisa dibeli. Cinta sejati berharga, lebih mahal daripada apa pun yang kita miliki, Penulis Amsal 31:10 berkata, “Istri (red: suami) yang berharga (luar biasa) siapa yang dapat menemukan? Dia jauh lebih berharga daripada permata.”

Kita diingatkan tentang karakteristik cinta sejati, komitmen diri kepada keluarga. Gambaran terbesar dari cinta sejati adalah Yesus untuk mempelai wanitanya, Gereja (orang percaya). Kasih Yesus sendiri bersifat posesif, permanen, kuat, bertahan, dan berharga. Yesus menetapkan orang percaya sebagai meterai di hatinya sendiri, menunjukkan bahwa kita adalah milik-Nya.