LD Tonny Mulia Hutabarat

Selasa 4 Juli 2023

SIAPAKAH YESUS — (part 1)

Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. John 1:1 ITB

*In the beginning was the Word, and the Word was with God, and THE WORD WAS GOD*. (Joh 1:1 KJV)

Yesus Kristus, TUHAN- Manusia, adalah pusat kemuliaan iman Kristen. Namun doktrin ini di sepanjang abad sejak gereja mula-mula sampai sekarang masih penuh dengan perdebatan baik dari kalangan Kristen/gereja sendiri (belakangan ini 2023,  viral ‘ES’ yang menyatakan Yesus bukan Juruselamat dll dst)

Ketidaktahuan (bodoh doktrin) bukanlah teman pertumbuhan spiritual. Yesus adalah gambar yang kelihatan dari TUHAN  yang tidak kelihatan (Kolose 1:15), sehingga mereka yang melihat (percaya) Yesus melihat (percaya) Bapa [Yoh 14:9]. Tidak ada yang bisa mengklaim benar-benar mengenal TUHAN yang tidak benar-benar mengenal Anak-Nya.

Yesus mengajukan pertanyaan yang mungkin paling penting yang dapat ditanyakan kepada siapa pun: “Menurutmu siapa AKU ini?” Petrus menyatakan bahwa YESUS adalah TUHAN [Matius 16:16]. Yohanes menyebutNya TUHAN yang menjadi manusia [Yoh 1:14]. Tomas mengakui Yesus sebagai  TUHAN [Yoh 20:28]. Penulis  Ibrani menyebut Yesus adalah TUHAN [Ibrani 1:3]. Paulus menyebutkan Yesus adalah TUHAN  [1 Tim 2:5, Kolose 1;15, Filipi 2;9-11].

Manusia Yesus dari Nazaret bukanlah manusia biasa, melainkan TUHAN dalam daging. DIA adalah Tuhan-Manusia, perbedaan yang tidak dapat atau akan dimiliki oleh orang lain. DIA adalah orang yang unik, bukan dalam pengertian biasa kita bisa menyebut seseorang unik, tetapi benar-benar unik sejauh tidak ada orang lain yang seperti DIA. Hal ini merupakan kemuliaan iman Kristen, tetapi juga menjadi penyebab beberapa kesalahpahaman yang disesalkan. Gereja sepanjang sejarahnya telah mencoba untuk menjelaskan misteri mulia tentang TUHAN-MANUSIA ini, tetapi karena berbagai alasan banyak yang terus melupakan sejarah dan melanggengkan kesalahan yang seharusnya tidak boleh dilakukan.

Sapakah Yesus itu?

1. Apakah Dia Benar-Benar Manusia?

Yesus adalah dan benar-benar manusia menurut Konsili Chalcedon (451 M), DIA “benar-benar manusia; sama dengan jiwa dan raga yang masuk akal. . . kesamaan yang sama dengan kita dalam kedewasaan; seperti kita dalam segala hal kecuali dosa.” B.B. Warfield menyatakan, “tidak ada yang kurang untuk membuat kesan kuat yang kita miliki di hadapan kita di dalam Yesus sebagai manusia seperti diri kita sendiri.”  Gregorius dari Nazianzus menyatakan Yesus harus memiliki jiwa. Yesus memiliki tubuh dengan kemampuan dan kekuatan rasional. John Owen menegaskan

Kristus, sebagai manusia, telah dan akan menjalankan semua kasih karunia dengan kemampuan rasional dan kekuatan jiwanya, pengertiannya, kehendaknya, dan kasih sayangnya.  (to be continue …)

LD Tonny Mulia Hutabarat

Selasa 5 Juli 2023

SIAPAKAH YESUS — (part 2)

Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan, dan kamu telah dipenuhi di dalam Dia. Dialah kepala semua pemerintah dan penguasa  (Kolose  2:9-10)

Pada abad I-IV sudah muncul bidat dari dalam gereja yang mempersoalkan ketuhanan-kemanusiaan Kristus seperti Marcion, Arius, Apolorianus, Sabelius dll  bahkan sampai sekarang di tahun 2023 ada tokoh gereja yang berinisial “ES” (viral di youtube) yang menyatakan bahwa Yesus bukan TUHAN, bukan Juruselamat, bukan Gembala Agung bukan Terang dst.  Siapakah Yesus menurut kita? Kalau Yesus adalah TUHAN, apakah DIA  perlu dibantu, disokong dan ditolong?

2. Apakah Yesus Mendapat/Memerlukan Bantuan?

Jika Yesus dibantu dalam ketaatanNya kepada TUHAN  untuk melakukan kehendak Bapa. Siapa yang membantuNya? Yaitu (1) Bapa (2) Roh Kudus [lih Yoh 4:34, 5, 19, 30, 6:29, 42, 57, Yes 11:2, Yesaya 42: 1, Yes 61:1, Yes 50:7]. Roh membantuNya dalam pencobaan di padang gurun (Markus 1:12, Lukas 4:14), pada saat melakukan mukjizat (Matius 12:28), dalam kematianNya (Ibrani 9:14), dalam kebangkitanNya (Roma 1:4, 8:11) dan di saat kenaikanNya  dan penobatanNya (KPR 2:33, Maz 45:1-7). Roh Kudus adalah pendamping Kristus yang tidak terpisahkan, tidak pernah meninggalkan DIA. Roh Kudus diberikan kepada Yesus dari Bapa sehingga Yesus dapat, sebagai manusia sejati, menaati dan menyenangkan Bapa. Bila Ia disokong oleh BAPA dan Roh Kudus bukan berarti DIA lemah, bukan berarti DIA tidak sederajat dengan BAPA (THEOS).

Bisa saja YESUS memilih untuk bersandar langsung pada kodrat ilahiNya sendiri. Tapi itu melenceng dari inti pengabdianNya yang sebenarnya. DIA datang sebagai hamba, untuk melakukan kehendak TUHAN, dan untuk melakukan misi yang diberikan kepadaNya sesuai dengan ketentuan TUHAN. Maka Bapa menyokongNya dan memperlengkapi YESUS untuk melayani di bumi. BAPA memberikan kepada YESUS karunia (Roh) yang diperlukan untuk taat. Dengan demikian dapat memerintahkan apapun yang DIA inginkan karena itu tidak di luar kemampuan manusia Kristus Yesus. Di sorga dan di bumi Tuhan Yesus memerlukan BAPA dan Roh Kudus

Kristus mengungkapkan kepada kita tidak hanya bahwa DIA sendiri adalah Juruselamat, tetapi juga apa artinya menjalani kehidupan religius yang benar-benar bergantung sepenuhnya pada Tuhan. Yesus adalah TUHAN yang rendah hati dan yang tidak bisa lepas dan terpisah dari TUHAN TRI TUNGGAL. (to be continue …)

LD Tonny Mulia Hutabarat

Kamis 6 Juli 2023

Siapakah Yesus — (part 3)

Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita. Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya. — Ibrani  4:14-16

3. MUNGKINKAH DIA BERDOSA?

Per Juli 2023 muncul di Youtube seorang “ES” menyatakan Yesus bukan Tuhan hanya utusan. Sontak saja bermunculan tanggapan. Kalau DIA bukan TUHAN maka asumsi terkilat di kepala adalah DIA mungkin (dapat) berbuat dosa. Tetapi ayat Alkitab tersebar menyatakan bahwa IA kudus, tidak berdosa. Maka dengan demikian “ES” yang “kesohor” tapi “tolologia” yang telah menindas firman TUHAN. Yesus mengajukan pertanyaan yang mungkin paling penting yang dapat ditanyakan kepada siapa pun: “Menurutmu siapa AKU ini?”

Sel telur dalam rahim seorang wanita tidak mengandung darah. Golongan darah seorang bayi ditentukan oleh kode genetik, ketika sel telur itu dibuahi. Darah bayi tidak pernah tercampur dengan darah ibunya selama ia berada dalam kandungan. Aliran darah mereka terpisah. Seorang bayi dapat saja memiliki golongan darah yang berbeda darin kedua orang tuanya. Darah ibu memelihara janin melalui plasenta, tetapi darahnya tidak dapat memasuki urat nadi si bayi.

Bagaimana kita dapat mengetahui dengan pasti bahwa darah Yesus Kristus adalah tebusan yang sempurna? Darah Yesus Kristus tidak pernah tercampur dengan darah Maria, meskipun secara jasmani ia adalah ibu yang melahirkan Yesus. Yesus Kristus juga tidak pernah menyebut Yusuf sebagai ayah-Nya. Kelahiran Yesus Kristus tidak disebabkan karena hubungan seksual laki-laki dan perempuan, bukan pula percampuran sel telur Maria dengan Roh Kudus. Kode genetik Yesus Kristus ditentukan oleh Roh Kudus. Alkitab menulis bahwa Anak yang dikandung Maria adalah Roh Kudus. Darah yang mengalir dalam tubuh Yesus adalah kudus. Ini adalah darah yang berharga yang tidak dicampuri dosa.Yesus adalah TUHAN yang kudus, lih Lukas 1:35. KelahiranNya tidak terpisah dari Roh Kudus, lih Matius 1:20. Iblis pun mengakuiNya adalah TUHAN yang Kudus, lih. Lukas 4:33-36. Roh-roh jahat pun mengakuiNya adalah TUHAN yang kudus, lihat Markus 3:11. Paulus menyebutNya: TUHAN dari Sorga (lih 1 Korintus 15:47). Yesus sendiri meminta para pendengar untuk membuktikan apakah Ia berdosa (Yohanes 8:46). Herodes, Pilatus menyatakan secara legal bahwa YESUS tidak berdosa, tidak melakukan kesalahan, tidak melakukan pelanggaran hukum sehingga Ia pantas disalibkan baik secara agama maupun hukum.

Yesus tidak mungkin berbuat dosa.  Jika kita mengatakan bahwa Kristus dapat berbuat dosa, maka kita menciptakan masalah antara hubungan dua kehendak Kristus. Dia memiliki kehendak ILAHI dan kehendak MANUSIA yang tidak bertentangan satu sama lain. Kehendak manusiaNya tunduk pada kehendak ilahi dan mahakuasa-Nya.

Karena Kristus adalah satu pribadi, DIA tidak dapat berbuat dosa tanpa melibatkan seluruh Ketuhanan. Kesatuan pribadi Kristus memiliki implikasi tertentu yang menakutkan untuk dipikirkan di satu sisi, tetapi mulia untuk direnungkan di sisi lain. Singkatnya, Kristus tidak dapat berbuat dosa tanpa melibatkan TUHAN. Sifat manusia Kristus mungkin “peccable” (dapat berbuat dosa) secara abstrak, tetapi kita sebenarnya tidak pernah dapat mempertimbangkan tindakan Kristus secara abstrak karena DIA adalah pribadi yang bertindak, bukan sifat yang bertindak. Dalam kepribadianNya, DIA adalah TUHAN-MANUSIA, dan karena itu DIA orang yang sempurna.

Jika Yesus Kristus berdosa, TUHAN yang berinkarnasi akan berdosa.  Bisakah kita membayangkan mengatakan bahwa TUHAN  berdosa? Karena jika kita mengatakan bahwa secara teoritis Yesus mungkin berdosa, maka kita mengatakan Tuhan mungkin bisa berbuat dosa. Dan tidak ada yang lebih mengerikan untuk dipertimbangkan (menerima doktrin tentang TUHAN yang berdosa).

DIA dicobai dengan segala cara, seperti kita, tetapi tanpa (kemungkinan) dosa ( Ibrani 4:15 ). Realitas pencobaanNya sama nyatanya dengan fakta bahwa DIA tidak dapat dan tidak akan berbuat dosa terhadap TUHAN. Ini bukan hanya misteri bagi kita, tetapi juga pernyataan mulia tentang siapa Yesus. (to be continue …)

LD Tonny Mulia Hutabarat

Jumat 7 Juli 2023

Siapakah Yesus? — (part 4)

Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat,  yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya. — Filipi 3:20-21

4. Apakah DIA Masih Manusia Seutuhnya?

Banyak orang percaya benar dalam menegaskan bahwa Yesus benar-benar manusia di bumi, meskipun mereka gagal untuk memahami secara memadai apa artinya itu. Tetapi beberapa orang menjadi sedikit bingung ketika kita bertanya kepada mereka apakah Yesus masih sepenuhnya manusia sekarang setelah DIA duduk di sebelah kanan Bapa dalam kemuliaan. Kesalahpahaman paling kasar yang biasanya orang dengar adalah bahwa Yesus “kembali” menjadi TUHAN setelah kenaikanNya. Lebih buruk lagi, beberapa orang akan berkata, “Apa kebutuhan kemanusiaanNya lagi setelah masuk (naik) sorga?”

“Kodrat kemanusiaan Kristus akan selalu benar-benar manusiawi, bahkan dalam keadaan kemuliaan-Nya di surga.” Sebab kodratnya tidak terpisah dan kekal. Nyata nubuat kedatanganNya kembali, saat itu akan terlihat (tampak) juga sebagai Tuhan-Manusia.

John Owen berkomentar, “Bahwa DIA masih dalam sifat manusia yang sama di mana DIA berada di bumi, bahwa DIA memiliki jiwa rasional yang sama dan tubuh yang sama, adalah ajaran fundamental dari iman Kristen.” Keberlanjutan keberadaan Kristus sebagai TUHAN-Manusia adalah bagian fundamental dari Kekristenan.  Abraham Kuyper, yang merenungkan Yohanes 1:14 -Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran-  menyatakan bahwa FIRMAN telah menjadi manusia (daging) tidak pernah dipisahkan dari daging bahkan saat Tahta KemuliaanNya di sorga.

Menurut John Owen, sifat manusia Kristus di surga (menyatu) satu kodrat dengan yang ilahi (satu komposisi). DIA adalah dan selamanya akan sepenuhnya TUHAN dan sepenuhnya MANUSIA. Sifat kemanusiaanNya tidak memiliki sifat atau sifat ketuhanan yang dikomunikasikan kepadaNya sedemikian rupa sehingga IA bukan lagi manusia. Sifat kemanusiaan Kristus akan selalu benar-benar manusiawi, bahkan dalam keadaan kemuliaan-Nya di surga. Dan ini adalah kabar baik bagi kita yang menantikan Juruselamat kita, Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat,  yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya.  (Phi 3:20-21 ITB). Dengan kata lain, kita akan melihat kemanusiaan-Nya yang dimuliakan dengan mata tubuh manusia kita yang dimuliakan.

Bagi kita sekarang, itu berarti bahwa Kristus yang dimuliakan memiliki belas kasihan manusiawi terhadap kita; DIA memandang kita sebagai orang yang mampu bersimpati dengan kita dalam kelemahan kita karena DIA pernah hidup dalam kelemahan (Ibrani 4:15) ). DIA masih seorang hamba Tuhan, yang memiliki kemanusiaan yang DIA sendiri nikmati karena DIA mampu melakukan segala sesuatu demi mempelai wanitaNya, gereja. Yesus adalah TUHAN-MANUSIA di sorga adalah tetap “misterius” bagi manusia sekaligus menunjukkan fakta bahwa TUHAN YESUS tak terdefinisikan oleh akal sehat manusia yang saleh sekalipun. DIA tetap ajaib, melampaui intelektual. (to be continue …).

LD Tonny Mulia Hutabarat

Sabtu, 8 Juli 2023

SIAPAKAH YESUS — part 5

Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. (Joh 1:1 ITB)

In the beginning was the Word, and the Word was with God, and the Word was God. (Joh 1:1 NIV)

Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. (Joh 1:14 ITB)

The Word became flesh and made his dwelling among us. We have seen his glory, the glory of the One and Only, who came from the Father, full of grace and truth. (Joh 1:14 NIV)

Diduga, sejumlah besar orang yang mengaku Kristen evangelis/Injili  mempertanyakan apakah Yesus adalah TUHAN sepenuhnya. “Orang hebat, ditunjuk oleh TUHAN untuk menjadi Juru Selamat, ya! Tapi yang pasti bukan Tuhan seperti Bapa adalah Tuhan,” bantah mereka. Arius dari Aleksandria (c. 250–336) tampaknya adalah bidat paling terkenal yang menyangkal bahwa Anak, Logos, setara dengan BAPA. Arius menyarankan bahwa ada saatnya ketika Anak Allah tidak ada, sehingga menyangkal keilahian Kristus yang sejati. Jika Arius di tahun 250 menyatakan Yesus bukan TUHAN, maka di tahun 2023 seorang pendeta “ES” juga menyatakan hal yang sama. Arius dan ES adalah bidat, racun doktrinal gereja.

5. Apakah YESUS Sepenuhnya Tuhan?

Bukti bahwa Yesus dari Nazaret sepenuhnya ilahi – homoousios (substansi yang sama) dengan BAPA – begitu melimpah sehingga sulit untuk bersimpati dengan mereka yang mengingkari kebenaran ini. Jika Yesus bukan sepenuhnya TUHAN, para penulis Perjanjian Baru berusaha keras untuk membingungkan dan membohongi gereja, misalnya, lihat Filipi 2:5-11, Ibrani 1:1-14, Kolose 1:15-20 dll.

Pendahuluan Injil Yohanes memberikan cukup bukti eksplisit yang dengannya gereja dapat menyimpulkan bahwa Yesus benar-benar TUHAN. Pertimbangkan kata-kata pembukaannya di Yohanes 1: 1. Kemudian di prolog, Yohanes membuat poin yang mengejutkan – mungkin ayat yang paling sulit dipercaya oleh orang Yahudi abad pertama mana pun – bahwa “Firman itu telah menjadi manusia” (Yoh 1:14). Perhatikan “was” di ayat 1 dikontraskan dengan “became” di ayat 14. Kata (Logos) tidak “menjadi” dalam arti menjadi ada (was). Sebaliknya, Firman “was.” Artinya Firman itu dari dahulu (di kenirkalaan) adalah TUHAN. Bagian-bagian lain dalam Injil Yohanes berfungsi untuk meneguhkan dan mendukung kebenaran ini (lih Yoh 3:13, 6:62, 8:57-58, 17:5, 20:28).

Yohanes menyebutkan ketika Yesaya melihat “…namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni *TUHAN semesta alam* (Isa 6:5 ITB). Setelah mengutip bagian dari Yesaya 6 , Yohanes menegaskan bahwa Yesaya “mengatakan hal-hal ini karena dia melihat kemuliaan [Yesus] dan berbicara tentang DIA” (Yoh 12:41). DIA itu adalah YESUS. Selain itu, dalam Yesaya kita diberitahu bahwa TUHAN tidak memberikan kemuliaan-Nya kepada siapa pun selain diri-Nya sendiri {YESUS} (Yes 42:8), dan Yesus meminta Bapa untuk memuliakan DIA di hadapan Bapa-Nya – Yoh 17:5. Jika Yesus bukan Tuhan, maka DIA tidak hanya tertipu, tetapi permintaanNya adalah kekejian.

Dalam kitab Wahyu, Yohanes membuat sejumlah pernyataan yang menunjukkan keilahian Kristus dengan secara eksplisit menghubungkan Yesus dan TUHAN (Yahweh) sebagimana disebut dalam Kitab Yesaya.  Perhatikan pararel Yesaya dan Wahyu: (1) Yesaya 41:4 dan Wahyu 1:17-18, (2) Yesaya 44:6 dan Wahyu 2:8, (3) Yesaya 48:12 dan Wahyu 22:13.

Apa yang paralel ini ajarkan kepada kita? Yesus tidak lain adalah YHWH (TUHAN) sendiri. Sebagai TUHAN yang hakiki dari TUHAN yang hakiki, setara dengan Bapa dan Roh Kudus, Yesus pasti memiliki semua atribut ilahi. BAPA itu mahaagung maka Putra juga. Bapa memiliki kuasa yang tak terhingga, kekal, dan tidak dapat diubah, begitu juga Putra.  Bapa mahakudus, begitu juga Putra. Bapa, Putra, dan Roh Kudus pada hakikatnya setara. Mahamulia tanpa batas dan tidak dapat diubah (to be continue …)

LD Tonny Mulia Hutabarat

Minggu, 9 Juli 2023

SIAPAKAH YESUS — Part 6

Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? (Luk 1:43 ITB)

Di dalam Katolik Roma, bentuk penyembahan tertinggi hanya kepada TUHAN, namun bentuk penghormatan kedua di bawahnya yaitu ditujukan kepada Maria sebagai manusia istimewa di atas manusia lain karena dia adalah “Bunda TUHAN” dan “Ratu Surga.” Biasanya Katolik Roma mendasarkan teologi mereka dari Lukas 1:28. Kita menghormati Maria sebagai “ibu Tuhanku” (Luk. 1:43) dalam arti ibu kandung dari Tuhan Yesus. Namun tidak berarti Maria harus “disembah”. Katolik Roma memang tidak menyembah Maria setara dengan Tuhan Yesus, tetapi mereka mengagungkan Maria secara berlebihan dengan percaya salah satu konsep yaitu Maria dikandung tanpa noda dosa karena Maria melahirkan Yesus yang tanpa dosa. Pengagungan berlebihan apalagi diambil dari Lukas 1:28.

6. APAKAH MARIA ‘IBU TUHAN YESUS’?

Apakah Maria adalah ibu Tuhan ( theotokos )? Kebenaran dari pernyataan ini tidak boleh ditolak karena telah disalahpahami oleh umat Katolik Roma. Ketika Anak menjadi manusia (Yohanes 1:14), Yesus mengambil rupa manusia. Sifat manusia ada dalam kepribadian ANAK: “tidak terbagi atau dipisahkan menjadi dua pribadi, tetapi Anak yang satu dan TUHAN yang Tunggal, Sabda, Tuhan Yesus Kristus” (Konsili Chalcedon).

Para teolog menyebut inkarnasi Putra sebagai “persatuan hipostatis”. Penyatuan dua kodrat dalam satu pribadi berarti bahwa ketika kita berbicara tentang Yesus, kita tidak mengatakan, “kodrat manusiawi-Nya melakukan ini,” atau “kodrat ilahi-Nya melakukan itu.” Sebaliknya, kita mengatakan bahwa Yesus melakukan ini atau itu, menurut kodrat manusiawi atau ilahi-Nya. Paulus membuat poin ini di awal surat Roma: “. . . tentang Anak-Nya, yang adalah keturunan Daud menurut daging”  (Roma 1:3). Subyeknya adalah pribadi, Putra, yang melakukan tindakan sesuai dengan kodrat manusianya (misalnya, makan, Luk 24:43) atau kodrat ilahi-Nya (misalnya, dijunjung tinggi dunia, Ibrani 1:3) “Satu-satunya harapan bagi gereja saat ini bukanlah manusia biasa, tetapi TUHAN -manusia.”

Oleh karena itu, Maria tidak melahirkan kodrat manusia secara abstrak, melainkan manusia. Orang itu adalah PUTRA, yang berarti bahwa Maria adalah ibu TUHAN YESUS, yang merupakan ajaran Pengakuan Iman Kalsedon (451 M) dan ujian ortodoksi bagi umat Kristiani. Inilah sebabnya, dalam KPR 20:28, Paulus menasihati para penatua Efesus “Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri”.

Karena masuknya dosa ke dalam dunia melalui manusia, manusia harus memuaskan Tuhan. Tetapi manusia berdosa tidak dapat membuat kepuasan. Seorang manusia biasa yang tidak berdosa hanya berpotensi membuat ganti rugi untuk satu orang berdosa. Kepuasan bagi banyak orang (“seperti pasir di tepi laut,” Kej 22:17) hanya dapat terjadi melalui TUHAN-MANUSIA, Yesus Kristus. DIA adalah Mesias yang ditunjuk TUHAN, satu-satunya yang dapat membawa keselamatan bagi orang berdosa.

Petrus mengenali kebenaran besar ini untuk keuntungannya yang besar. Dengan iman, Petrus mengakui Yesus sebagai Kristus, adalah TUHAN (Mat 16:16). Secara kasat mata, Petrus melihat kemuliaan TUHAN di hadapan Yesus Kristus. Mereka yang memandang kemuliaan TUHAN (THEOS) di hadapan Yesus Kristus dalam kehidupan ini dengan iman dapat dengan yakin berharap untuk melakukan hal yang sama dalam kehidupan yang akan datang yang terlihat. Itulah sebabnya satu-satunya harapan bagi gereja saat ini bukanlah manusia biasa, tetapi manusia-TUHAN.