Eksposisi 1 Petrus 5:12-14

Salam juga menunjukkan sebuah ekspresi keyakinan dari seorang yang mengucapkannya bahwa semua di dalam kendali dan pemeliharaan sang Pencipta. Contohnya: ketika kita beribadah, kita mengucapkan Votum dan Salam. Itu adalah deklarasi kepercayaan kita, dan meneguhkan kita dalam kepercayaan itu.
Ucapan salam di dalam sebuah surat, biasanya ada pembuka dan penutup, yang memberikan indentitas si pengirim dan penerima serta menggambarkan bagaimana relasi mereka yang terjalin.

Petrus di dalam bagian ini, menegaskan bahwa surat 1Petrus ini, ditulis oleh Silwanus yang pekerjaannya khusus menulis surat (amanuensis), yang dibacakan oleh Petrus untuk tujuan memberikan nasehat dan meneguhkan hati (ay.12) orang-orang Kristen yang tersebar di Asia Kecil. Supaya mereka teguh di dalam imannya, karena adanya penganiayaan dan intimidasi terhadap orang-orang Kristen dalam imannya kepada Yesus Kristus.

Petrus juga menginginkan, salam itu diucapkan oleh orang-orang Kristen untuk diteruskan dan diucapkan kepada saudara-saudara mereka seiman (ay.14), bahwa beserta dengan salam tersebut ada sebuah ungkapan doa permohonan, bahwa kasih dan damai sejahtera Allah terus melingkupi kehidupan pengirim salam dan penerimanya. Petrus juga menegaskan bahwa bersama salam ini, ada orang-orang Kudus lainnya yang mengambil pelayanan bersama dengan Petrus dan rekan-rekan (ay.13, lihat Kis. 12:12, 25 ; 13:13; 15:37-39; Kol. 4:10; Flm. 24), di mana orang-orang tersebut juga berdoa bersama untuk pelayanan penyebaran Injil Tuhan.

Dari salam penutup ini, dapat disimpulkan, salam itu adalah sebuah keyakinan hidup bahwa ada keinginan untuk sebuah relasi yang baik kepada sesama dan keberserahan penuh kepada Tuhan, bahwa kehidupan ini didasari oleh sebuah doa permohonan kepada Allah, yang memelihara dan memegang kendali kehidupan senantiasa. Sebagai sebuah perenungan untuk kita, apa arti salam yang kita ucapkan kepada sesama kita, apakah sebagai formalitas belaka? Atau menggambarkan sebuah keyakinan penuh di dalam Tuhan, bahwa ketika kita mengucapkannya, kita tahu Tuhan memelihara kehidupan kita dan juga kepada orang yang menerima salam. Sehingga, salam itu sesungguhnya adalah sebuah cara kita memberkati seseorang dengan berbagi kasih yang dari Kristus. Bahwa Kristuslah pemegang kehidupan kita semata.

Mari, ucapkanlah salam terbaikmu kepada sesamamu, sehingga orang lain mengenal siapa yang mengendalikan hidup kita, yakni hidup yang dikendalikan kasih Tuhan Yesus Kristus.


Asidoro Sabar Parsaulian Pasaribu
14 Oktober 2021