Pemberitaan kabar baik atau penginjilan masa kini bukan menjadi hal yang populer. Sekuleritas jaman menggerus kepentingan manusia akan kebutuhan penginjilan. Kesibukan sehari-hari dan pekerjaan membuat hal penting yang diperintahkan Sang Khalik terabaikan. Pada masa kini pemenuhan kebutuhan sehari-hari, kebebasan finansial lebih dicari dari pada membebaskan jiwa-jiwa yang menjadi tawanan dosa. Kepedulian terhadap sesama luntur. Kepedulian akan hal-hal rohani pudar. Terlebih kerinduan kepada pemberitaan injil seolah mustahil dilakukan. Sebagian beranggapan pemberitaan injil adalah tugas dari gembala atau pendeta saja, bukan keharusan orang setiap orang percaya. Apakah demikian adanya?

Rasul paulus berkata: 1 Korintus 9:16 (TB) Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil.

Ya, pemberitaan Injil merupakan suatu keharusan bagi orang percaya. Apakah dia pendeta, majelis, aktivis gereja, jemaat, semua harus memberitakan Injil. Lagipula amanat Agung diamanatkan bukan hanya untuk pemimpin-pemimpin gereja, melainkan untuk semua orang percaya. Jadi apabila demikian, patutkah kita sebagai orang percaya berpangku tangan, diam, tidak mengerjakan pelayanan yang mulia itu? Apakah kita tetap akan bersikap apatis terhadap jiwa-jiwa disekitar kita yang menjadi tawanan dosa? Mari merenungkan hidup kita, apakah kita sudah dengan segenap tenaga memberikan waktu untuk memikirkan jiwa-jiwa, memberitakan kabar baik kepada orang minimal disekeliling kita, bukankah itu amanat yg diamanatkan kepada kita. Bukankah itu seharusnya menjadi yg terutama dalam hidup kita, bukan pekerjaan, bukan kebebasan finansial, tetepi pemberitaan kabar baik bagi semua orang, itulah tujuan hidup kita.

Renungan disampaikan oleh Bpk. Darmawan