Matius 13 : 3 – 9

Dan Ia mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya: “Adalah seorang penabur keluar untuk menabur.

Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis.

Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itupun segera tumbuh, karena tanahnya tipis.

Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar.

Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati.

Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.

Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!”

Selama Tuhan Yesus ada di tengah dunia dan berkeliling dari satu tempat ke tempat lain, ada banyak bentuk pelayanan yang dilakukan-Nya.  Seperti misalnya menyembuhkan orang sakit, mengusir setan, memberitakan kabar baik, membangkitkan orang mati dan juga menyampaikan firman Tuhan dengan berbagai macam cara, salah satunya dengan memakai perumpamaan.  Perumpamaan yang ada dalam bacaan tersebut di atas, merupakan perumpamaan yang cukup unik, karena selain dicatat oleh tiga penulis Injil (berarti ini adalah peristiwa yang penting dan sangat diingat oleh mereka semua) juga dikarenakan dalam bacaan tersebut dikatakan bahwa Tuhan Yesus langsung menyampaikan pula makna dari perumpamaan itu meski hanya pada kalangan tertentu saja yaitu para murid-Nya.

Menyampaikan makna perumpamaan hanya kepada murid-murid-Nya, menunjukkan bahwa Tuhan Yesus mengadakan pembedaan antara golongan orang banyak yang berbondong-bondong mengerumuni Dia dengan sekelompok kecil orang yang menyerahkan diri mereka untuk menjadi murid-Nya.  Namun demikian, pembedaan ini bukan didasari dengan rasa pilih kasih, namun Tuhan tahu benar isi hati dalam diri setiap orang yang nampaknya datang mencari Dia, apakah mereka itu benar mencari Dia, atau hanya mencari keuntungan pribadi saja sehingga apapun juga firman yang mereka dengar sama sekali tidak berdampak dalam hidup mereka.  Hal ini dikatakan-Nya melalui nubuatan Yesaya yang dikutip-Nya pada waktu para murid heran mengapa hanya kepada mereka rahasia itu disingkapkan.  Yesaya menubuatkan bahwa sekalipun mereka melihat, mereka tidak melihat, sekalipun mendengar namun tidak mendengar dan tidak mengerti karena hati mereka telah menebal.

Sikap hati dalam menerima firman Tuhan sangatlah penting karena ini akan mempengaruhi hasil akhirnya, apakah firman tersebut berbuah banyak atau justru tidak menghasilkan apapun juga.  Dalam perumpamaan-Nya, Tuhan Yesus mengatakan bahwa ada firman yang ditaburkan seperti di pinggir jalan (pada jalan setapak tempat orang menaburkan benih), gambaran ini menunjukkan sikap hati banyak orang yang meskipun mendengarkan khotbah firman Tuhan, namun sama sekali tidak berdampak apapun.  Mungkin ada banyak khotbah dan pengajaran firman yang dia dengarkan, namun hidupnya sama sekali tidak menghasilkan buah yang Tuhan kehendaki.  Bagaimana dengan kita?  Jangan-jangan kita termasuk dalam kelompok ini, sejauh manakah firman yang ditaburkan-Nya mengubah hidup kita dan sejauh manakah hidup kita membuahkan hasil bagi Tuhan?

Contoh kedua adalah orang yang dengan gembira menerima firman, dan seakan benih itu lekas bertumbuh, namun karena tanah tipis segera layu dan kering.  Banyak orang Kristen sekarang ini senang mendegarkan khotbah yang isinya menyenangkan hati, lalu banyak orang yang berjanji kepada Tuhan untuk melakukan apa yang Dia kehendaki, namun karena hal-hal ini dilakukannya dengan pengertian yang dangkal, maka sangatlah tidak tahan uji, banyak orang yang kecewa ketika mendapati bahwa kehendak Tuhan seringkali berbeda dengan kehendak kita, lalu kita tidak lagi menempatkan firman sebagai yang terutama.

Contoh ketiga adalah orang yang menerima firman itu dalam hatinya, namun tidak dapat dipungkiri bahwa menjalani kehidupan di dunia ini tidaklah mudah, banyak pergumulan terjadi dalam hidup ini sehingga fokus kita berubah dan sedikit demi sedikit kita tergiur dengan godaan dunia, gemerlapnya kekayaan dan banyak hal lain.  Jika kita tidak waspada dengan semua hal yang diumpamakan sebagai semak- semak ini, maka bisa jadi pergumulan hidup dan tawaran dunia membawa kita menjauh dari Tuhan dan firman-Nya.  Karena itu selain harus terus waspada, kita juga harus terus melibatkan Tuhan secara nyata dalam hidup kita, sehingga Dia berkenan mencabut semak-semak itu dan kita pun dimampukan untuk bertumbuh dengan sehat.

Contoh terakhir adalah sebuah kondisi yang Tuhan harapkan, bahwa ketika kita menerima benih firman Tuhan maka tujuan akhirnya adalah berbuah yang banyak.  Setiap orang yang sungguh-sungguh mengerti isi firman-Nya, maka pastilah dia akan berusaha melakukan apa yang Tuhan kehendaki, yaitu berbuah banyak.  Buah di sini pertama-tama adalah mengenai buah karakter (buah Roh), di mana setiap firman yang masuk dalam diri kita hendaknya membawa kita semakin serupa dengan Dia.  Namun yang kedua, buah juga berarti jiwa, berapa banyak jiwa orang-orang sekitar kita yang sudah kita bawa untuk datang kepada Tuhan.  Buah yang diharapkan Tuhan adalah yang berlipat-lipat kali, maksudnya bahwa jika memang kita menerima firman Tuhan dengan sungguh hati, maka seharusnya hasil yang Tuhan inginkan sungguh-sungguh nampak dan terwujudnya baik di dalam diri kita dan pada akhirnya dapat menjadi berkat bagi orang lain melalui diri kita.

Bagaimanakah dengan kita?  Apakah kita hanya termasuk golongan orang banyak yang tidak sungguh-sungguh hidup dalam firman-Nya?  Ataukah kita adalah murid-murid-Nya yang berani bayar harga, berjuang untuk mengerti setiap firman Tuhan dan kehendak-Nya dan berusaha dengan sungguh untuk menghasilkan buah sesuai dengan yang dikehendaki-Nya?  Selamat berjuang, bukan saja untuk memahami firman-Nya namun juga untuk hidup di dalamnya, sehingga apa yang Tuhan kehendaki dalam hidup kita yaitu berbuah banyak, dapat kita wujudkan di dalam diri kita dan melalui hidup kita sehingga Nama Tuhan boleh dipermuliakan oleh kita yang mendapat anugerah untuk menjadi murid-murid-Nya.  Amin.

Ev. Franky Oktavianus Nugroho
16 Februari 2021