Meretas Kejahatan

Hakim 8:18-21

Penjahat yang menimbulkan kejahatan adalah musuh kebenaran, bertentangan dengan maksud dan rencana Tuhan. Seluruh manusia tidak menyukai adanya kejahatan, barangkali juga para penjahatnya harus dieliminasi. Kejahatan terstruktur adalah bertolak belakang dengan peradaban manusia dalam sejarah budaya dan sosial masyarakat. Kejahatan dan penjahat harus ditolak dan dibasmi agar tercapai kedamaian, dengan demikian terwujud kenyamanan. Kita rindu keamanan batin di ruang dan waktu realistis.

Midian melakukan kejahatan, menindas orang Israel, merampas kebun dan ternak, memusnahkan hasil tanah. Israel telah melarat selama 7 tahun (6: 1-6). Tuhan membangkitkan dan memerintahkan Gideon untuk memukul habis Midian (6:12-16). Tuhan menyerahkan Midian ke tangan Gideon dengan hanya 300 pasukan (7:7,9,15). Sumber kejahatan dan pelaku kejahatannya akan dilenyapkan oleh Tuhan melalui tangan Gideon. Tuhan jijik, benci dengan kejahatan dan penjahatnya.

Zebah dan Salumana adalah provokator kejahatan selama 7 tahun di Israel. Ia harus bertanggungjawab di hadapan Gideon (tentunya Tuhan). Zebah dan Salamuna melarikan di ke Tabor, disana mereka membunuh keluarga Gideon. Hal ini dilakukannya untuk membuat teror bagi Gideon agar dia mundur dan takut meneruskan pengejaran. Namun Gideon terus berlari untuk menangkap dua raja ini, tanpa bekal roti (kelaparan) dari orang Sukot dan Pnuel. Ia “dibungkus” oleh kuasa Tuhan untuk melenyapkan kelaliman (kejahatan) yang ditimbulkan Midian. Ia gigih melawan kejahatan.

Pembunuhan (hukuman mati) tidak akan dilaksanakan kepada dua raja. Ada maksud diberi grasi, seandainya mereka tidak membunuh keluarga Gideon. Sebenarnya Gideon menunjukkan rasa iba, kasih, keadilan, kebenaran, kebaikan. Bahkan anak pertamanya pun, Yeter entah rasa takut atau iba atau kasih, tidak tega memarangnya. Artinya Gideon dan putranya tidak sewenang2, tidak diktator, tidak haus darah, tidak pendendam. Namun karena mereka mengakui perbuatannya yang kejam, maka palu hakim dijatuhkan untuk melenyapkan perancang kejahatan. Diujung kematian dua raja tersebut, Gideon merampas harta mereka, sebagai tanda berakhirnya intimidasi, kelaliman, kemelaratan di Israel.

Semua orang bermimpi tentang suatu dunia ideal, tanpa ada kejahatan, tidak ada dosa dst. Ya pada mulanya Tuhan merancangkan kedamaian abadi di bumi, namun dirusak oleh dosa. Nanti suatu kelak akan ada ‘dunia” damai abadi yang bukan seperti di bumi sekarang ini.

Sementara kita menuju “dunia” sentosa kekal di sebarang “sana”, orang-orang percaya Tuhan Yesus diminta untuk menabur kebenaran dan menyingkirkan gaya hidup yang tidak benar. Kita harus membuang (melenyapkan, membunuh) kejahatan dari relung hati kita yang telah diperciki darah Kristus Yesus.

Saya mengamini firman yang dituliskan Santo Petrus: “Karena itu buanglah (put off) segala kejahatan , segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah. Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan, jika kamu benar-benar telah mengecap kebaikan Tuhan “. (1Pe 2:1-3). Ya, kita harus berani “membunuh” sifat jahat dari jiwa kita agar kita menjadi “agent” keselamatan di jagat raya ini.

.
Salam melenyapkan “benih” jahat dari relung batin dengan pedang ROH.

Ev. Tonny Mulia Hutabarat

1 Februari 2021