Sebagai seseorang yang mengasihi Tuhan serta memelihara perjanjian relasi antara Tuhan
dengan umat-Nya, Daud memiliki kerinduan untuk membangun bait Suci. Dia merasa tidak layak ketika
melihat tabut Tuhan diam di dalam tenda, sementara dia sendiri tinggal di istana berbahan kayu aras.
Karena itu dia mempersiapkan sedemikian rupa supaya bisa membangun rumah yang megah sebagai
tumpuan kaki Allah. Namun ternyata Allah tidak berkenan kalau Daud membangun rumah bagi-Nya,
karena dia adalah seorang prajurit yang telah menumpahkan banyak darah dalam berbagai pertempuran.
Generasi sesudah Daud, yaitu anaknya, Salomo, dialah yang dipilih Allah meneruskan visi dan kerinduan
Daud untuk membangun bait Allah. Daud menyerahkan kewenangan untuk membangun bait Allah
kepada Salomo disertai pesan untuk terus melanjutkan hidup takut akan Tuhan dan memelihara
perjanjian-Nya.
Sebagai generasi penerus, Salomo melanjutkan tidak hanya kelanjutan secara biologis sebagai
keturunan Daud, tidak hanya melanjutkan takhta kerajaan, namun juga menjadi penerus perjanjian Allah
terhadap umat-Nya, serta melanjutkan visi ayahnya. Dalam hal ini kita belajar bagaimana seorang anak
sebagai penerus generasi selayaknya melanjutkan panggilan serta hidup takut akan Tuhan yang telah
dimiliki ayahnya. Sejak jaman Abraham, Perjanjian antara umat dengan Allah sudah dinyatakan dan itu
dihidupi generasi-generasi sesudahnya dalam rangka memelihara perjanjian umat agar seluruh bumi
mendapat berkat janjiAbraham. Seorang anak adalah penerus perjanjian denganAllah.
Dalam menghidupi panggilan sebagai penerus perjanjian Allah dengan umat serta melanjutkan
misi yang telah dikerjakan pendahulunya (orang tua) , seorang anak harus memiliki pola relasi yang benar
dengan orang tua. Tanpa pola relasi yang benar transfer visi itu tidak akan terjadi. Pola relasi yang
dikehendaki Tuhan antara lain:
– Menghormati, menghargai, memuliakan orang tua, di mana hal ini bukan sekedar kesepakatan antara
orang tua dan anak, tetapi merupakan hukum dari Tuhan yang wajib dilakukan oleh setiap anak. (Kel 20:12
Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu,
kepadamu.)
– Allah sudah menentukan urutan otoritas dalam keluarga. Suka atau tidak suka, orang tua adalah
pemimpin.Ayah adalah pemimpin atas seluruh keluarga karena itu anak harus tunduk.
– Anak tidak boleh menginginkan sesuatu yang buruk terjadi terhadap orang tua, termasuk menghina atau
berlaku kasar kepadanya. Dalam Keluaran 21:17 dituliskan: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya,
ia pasti dihukum mati.
– Menghormati ayah dan ibu serta memelihara mereka (jika mereka sudah tidak mampu), akan berlanjut
terus sampai mereka nanti kelak berpulang. Ini bukan masalah hutang budi kepada orang tua, tetapi
merupakan wujud syukur dan penghormatan kepada TUHAN.
Salah satu hambatan dalam regenerasi menghidupi panggilan dan perjanjian dengan Tuhan
juga bisa muncul karena perbedaan pola pikir antara generasi sebelum dan sesudahnya. Rentang 20-30
tahun kehidupan beserta dengan segala kemajuan teknologi dan budaya, bisa memunculkan perubahan
pola pikir sehingga antara ayah dan anak tidak selaras. Hal ini diperlukan kasih sebagai solusi, di mana di
dalamya ada keterbukaan, saling menerima dan saling memahami supaya keharmonisan relasi anak dan
orang tua dapat diwujudkan meski ada perbedaan generasi. Sebagaimana janji Allah: 1 Taw 28 : 7 Aku
akan mengokohkan kerajaannya sampai selama-lamanya… Ketika generasi demi generasi melanjutkan
perjanjian relasi dan panggilan Tuhan, maka berkat serta penyertaan Tuhan pun akan dirasakan
senantiasa turun temurun.