LD Tonny Mulia Hutabarat
Sabtu, 3 Februari 2024

NEGARA YANG MAJU – Pengkhotbah 10:16-20

Salomo, raja yang berhasil dan gagal (berhikmat dan bodoh), memberikan wejangan baru tentang kriteria pemimpin dan warga suatu negara agar terjadi kemajuan.

(1) Perlunya Pemimpin yang Bijaksana (ayat 16-19)

a. Dewasa versus Pemula (v16) . Ada kaitan karakter pribadi raja dalam hal usia dengan kemakmuran negeri. Usia raja yang terlalu muda bisa menjadi celaka bagi suatu negara (lih. 1 Raja-raja 12:6-11 dan Yesaya 3:4-5). Para pemimpin yang bijaksana adalah mereka yang tidak hanya cukup terlatih untuk posisi mereka namun juga memiliki karakter dan kearifan yang diperlukan dengan setia melaksanakan tugas-tugas yang paling duniawi sekalipun di hadapan Tuhan.

b. Disiplin versus Mabuk (v17). Pemimpin menjalani kehidupan yang disiplin dan hidup secukupnya (sederhana). Mereka tidak makan di pagi hari untuk kesenangan yang tidak terkendali. Mereka makan bukan untuk menunjukkan kekuatan (kemewahan) dan bukan untuk mabuk. Mereka menyediakan daging” bukan untuk memenuhi nafsunya (bdk Roma 13:14). Pemimpin yang bijaksana menerapkan pengendalian diri dari dosa daging dan roh. Pengendalian diri adalah keberanian dalam bentuk lain. Pengendalian diri adalah akar dari semua kebajikan. Orang yang menyerah pada dorongan hati dan nafsunya akan menyerahkan kebebasan moralnya. Orang Kristen dengan pengendalian diri membedakan dirinya dari menjadi hamba kebenaran atau hamba dosa. Kemabukan akan merendahkan martabat pemimpin (bdk Amsal 31:4-5, Imamat 10:8-11, Amsal 31:4-5).

c. Ketekunan versus Kemalasan (v18). Kemalasan dan kecerobohan para pangeran dalam pengelolaan urusan publik, yang disertai kemewahan tak terkendali adalah hal yang paling merusak rakyat (lih. Amsal 12:24, Amsal 13:4, Amsal 22:29). Para pangeran dituntut untuk memerintah dengan kesungguhan, ketekunan, kerajinan (bdk. Amsal 27:23). Mereka mesti “melayani Tuhan dengan semangat yang membara”.

d. Dedikasi versus Kecerobohan (v19). Orang bodoh mengabaikan kewajiban sehari-hari (rutinitas) mereka karena mereka terlalu teralihkan oleh kesenangan – hedonisme. Mereka membuang-buang waktu, mencari kepuasan, ceroboh dan tidak disiplin dalam segala hal.

(2) Warga Negara Yang Bijaksana (v20).

Salomo menyatakan agar jangan meremehkan kesalahan pemimpin (ayat 20). Jika protes terhadap pemimpin, ingat: tidak boleh melupakan rasa hormat terhadap jabatan mereka, terlepas dari lemahnya karakter pribadi. Hukum Musa melarang mengutuk penguasa suatu bangsa “bahkan dengan perkataan yang jahat (Lih. Keluaran 22:28, Kisah Para Rasul 23:5, 2 Petrus 2:10). Pikirkan bahwa melakukan kritik tanpa mendapat hukuman (penjara, atau dibunuh diam2 oleh agen raja). Raja akan mendengarnya melalui tangan-tangan yang tidak dikenal dan tidak disangka-sangka, seolah-olah seekor burung bernyanyi di jendela ketika engkau mengucapkan kata-kata itu, dan mendengarnya, dan membawa laporannya kepada raja.