LD Tonny Mulia Hutabarat
Rabu, 7 Februari 2024

Masih Percaya Diri??? … Amsal 28:26

Siapa percaya kepada hatinya sendiri adalah orang bebal, tetapi siapa berlaku dengan bijak akan selamat. (Pro 28:26 ITB)

Hasil atau dorongan yang kuat dari tehnologi pendidikan di dunia pada masa kini mendorong siswa untuk percaya pada diri mereka sendiri.

Ralph Waldo Emerson menyatakan: “Mempercayai pemikiran sendiri, percaya bahwa apa yang benar bagi diri di dalam hati pribadi adalah kejeniusan.” “Jika seorang pria lajang menanamkan pada dirinya gigih pada nalurinya, dan berdiam di sana, dunia besar akan datang kepadanya.” Pernyataan ini adalah omong kosong, tapi para elit dunia abad ke-19 menelan mentah-mentah pernyataan Ralph.

William Shakespeare dalam dramanya Hamlet mempunyai seorang tukang tua, Polonius, memberikan nasihat basa-basi kepada putranya Laertes saat dia meninggalkan rumah: “Hal ini di atas segalanya: jujurlah pada dirimu sendiri, dan itu harus terjadi seperti siang hari, Maka kamu tidak boleh berbohong kepada siapa pun”. Laertes, tidak tampil baik di akhir drama.

Karakter tipe Emerson dan Polonius di zaman Salomo, yang mendorong rasa percaya diri dan menolong diri sendiri. Alkitab menganggap semua cara berpikir seperti itu sebagai hal yang bodoh. Mengapa? Hati manusia itu licik (Yeremia 17:9), dan tanpa kasih karunia dan hikmat yang diawali dengan takut akan TUHAN, ia akan terus menerus menipu dirinya sendiri ke dalam dosa dan kesengsaraan. Alasan, rasionalisasi, angan-angan, dan argumen yang mementingkan diri sendiri adalah inti dari pikiran manusia ketika ia bergantung pada dirinya sendiri dan mengabaikan kebijaksanaan orang tua dan Firman Tuhan yang diwahyukan.

Ketika Alkitab mengajarkan kebijaksanaan Tuhan yang berbeda dengan metode pendidikan dunia setiap orang perlu dilepaskan dari belenggu dosa dan kebodohan, dan hanya Roh Kristus yang dapat memerdekakan seseorang.

Emerson dan rekan-rekannya tentu saja dengan keras menyangkal doktrin Dosa Asal, mempromosikan mitos tentang orang biadab yang mulia yang belajar dari alam bagaimana hidup damai dengan alam dan dengan manusia lain, dan mengabaikan peringatan Alkitab bahwa siapa pun yang percaya pada dirinya sendiri dan pikirannya sendiri adalah orang bodoh.

Tetapi orang bijak merendahkan dirinya seperti anak kecil dan memikul kuk Kristus. Mereka belajar dari DIA, yang di dalamnya mereka menemukan kedamaian dan ketenangan jiwa (Matius 11:28-30).