Minggu, 07 Maret 2021 – Ev. Tonny Mulia Hutabarat

Kemurahan sangat dibutuhkan dalam kehidupan Kristen di tengah kondisi sosial yang agresif, egois. Semisal di dunia bisnis berfokus pada produktivitas, keuntungan materi limpah ruah, agar tetap kompetitif, sedikit ruang untuk kemurahan. Para pebisnis duniawi sering memakai ‘Seni Perang Sun Tsu’ untuk berhasil, diterapkan perang tanpa angkat senjata, tetapi lawan sudah berdarah-darah. Kristus telah memanggil kita untuk berada di dunia tetapi bukan dari dunia. Kita harus berbeda. Di dunia yang beku kasih dan permusuhan, kompetitif sengit, orang Kristen wajib menerapkan “kemurahan ilahi”.

Arti Kemurahan.

Kemurahan hati adalah salah satu sisi dari buah Roh Kudus (Gal. 5:22-23). Kata yang dipakai dalam ayat itu adalah “krestotes” (Yun), suatu kebaikan yang dilakukan untuk sesama.

Dalam penggunaannya ada tiga aspek, yaitu:

  • kebaikan berasal dari batin yang manis (tulus)
  • menjadi berguna dan berfaedah.
  • mudah memberi (tidak pelit, tidak kikir),
  • tidak menahan sesuatu yang dia sanggup menyalurkan /membagi.

Orang yang murah hati berwatak lembut, halus (tidak kasar) terhadap orang lain, moderat,perhatian kepada orang lain, menyerah (tidak suka “ngotot) dan ramah. Seseorang yang lembut tidak menggunakan kekerasan untuk menyelesaikan sesuatu. Tidak bersikap agresif dan kasar terhadap semua pesaing, (Bdk.Amsal 15: 1, 25:15)


Apa yang bukan kemurahan :

  • Menjadi murah hati tidak sama dengan menjadi mudah tertipu atau naif. Kristus memberi tahu murid murid-Nya untuk menjadi bijaksana seperti ular, dan seperti merpati yang tidak berbahaya. Tidak bergaul dengan orang-orang jahat sehingga memanfaatkan kemurahan kita. Kemurahan harus selalu diterapkan dengan kebijaksanaan. Bahkan Yesus Kristus tidak menyerahkan diri-Nya kepada setiap orang yang mengaku percaya kepada-Nya, karena sebagai Tuhan mengenal semua orang dan motif untuk datang kepada-Nya (Yohanes 2:23 -25).
  • Bersikap lembut juga tidak berarti bahwa seseorang harus selalu mengalah kepada orang lain, bahkan dalam masalah dimana kita harus berdiri teguh dan tanpa kompromi. Contoh: Yosafat bersekongkol (membantu) dengan Ahab yang fasik (2 Tawarikh 19: 2). Yosafat ditegur oleh Tuhan karena tidak menjalankan kemurahan dengan tidak hikmat, berpegang teguh pada prinsip-prinsip moral.

Pola/ Bentuk Kemurahan Ideal adalah Kristus

Pola “kemurahan” sejati adalah Tuhan Yesus Kristus sendiri (2 Korintus 10: 1). Matius 12:18-21 adalah kutipan Matius dari Yesaya 42: 1-4 yg diterapkan pada kemurahan Yesus Kristus. Yesaya menggunakan dua kiasan.

  1. Buluh yang retak dan setengah patah. akan terbelah dua selamanya di bawah perlakuan kasar manusia di dunia. Di tangan Yesus, buluh tidak akan dipatahkan akan pulih sepenuhnya. Ketika Yesus sudah dekat, ada harapan.
  2. Sumbu lampu minyak yang berkedip-kedip dan hampir padam. Gerakan tiba-tiba akan memadamkan cahaya. Tetapi di tangan Tuhan kita Yesus, nyala api akan aman karena Dia akan lembut dan pengertian. Nyala api akan tumbuh kuat lagi hingga mampu memancarkan cahayanya untuk dilihat semua orang. Kristus akan menaklukkan kerajaan tanpa paksaan dan agresi.

Empat Injil memberi catatan tentang banyak orang rasa lega melalui Kemurahan Kristus (Matius 11: 28-30):

  1. Zakheus yang dijelaskan dalam Lukas 19: 1-10. Zakheus adalah seorang pemungut pajak didatangi Yesus di rumahnya. Melalui kehadiran ilahi-Nya Zakheus diselamatkan secara menakjubkan.
  2. Penjahat yang disalibkan di samping-Nya. Ia berkata, ‘Tuhan ingat saya ketika Engkau datang ke kerajaan-Mu.’ Yesus berikan menjawabnya: ‘Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, Hari ini engkau akan bersamaku di surga.’ (Lukas 23:43)
  3. Petrus, salah satu murid terdekat-Nya. Petrus telah menyangkal Dia tiga kali pada malam ketika Yesus ditangkap. Ia sedih. Nyatanya di dalam Yohanes 21 Petrus kembali ke bisnis penangkapan ikannya dan Yesuslah yang datang untuk mencarinya dan memulihkannya. Petrus diberi kesempatan untuk mengakui cintanya sebanyak tiga kali. Kemudian dia meminta kembali Petrus untuk mengikuti Nya sebagai murid-Nya.
  4. Dan lain lain termasuk saya dan anda.


Bagaimana Mengembangkan/Menumbuhkan Keramahan

Semangat murah hati bersumber dari Kitab Suci. tentang diri sendiri dan orang lain. Kita orang berdosa diselamatkan hanya oleh kasih karunia, oleh kemurahan-Nya semata.

  1. Kita telah diampuni, dicintai dan diselamatkan oleh Tuhan, maka bersedia untuk menunjukkan pengampunan yang sama, cinta yang sama dan belas kasih yang sama pada orang-orang di sekitar kita dan bersikaplah lembut saat menghadapinya.
  2. Melatih pikiran memandang kehidupan orang-orang di sekitar kita sangat berharga dan berharga. Setiap orang memiliki nilai yang tak ternilai karena setiap orang diciptakan menurut gambar-Nya. Kita akan menghina Tuhan jika kita tidak menghargainya juga. Karena BAPA menganggap mereka berharga untuk mengirimkan Putra Tunggal-Nya mati bagi mereka. Maka kita harus sangat lembut terhadap mereka karena mereka berharga di mata Tuhan.

Apa artinya bersikap ramah terhadap mereka:

  • Berhati-hati agar tidak menyinggung, atau membuat mereka tersandung. Bila mengecewakan bersedia untuk mengampuninya (Efesus 4:32).
  • Mencari kesejahteraan orang lain, dan bukan hanya diri sendiri. (Dalam Filipi 2:4). Peka terhadap kebutuhannya, bersimpati dengannya, merasakan perasaannya, bahkan memikirkan pikirannya. Berusaha sebaik mungkin berada pada posisinya. Kemudian menanggapi, membantunya dengan cara terbaik dan benar. Ketika seseorang dipenuhi dengan Roh, dia menerima kasih karunia khusus untuk tetap memperhatikan orang lain dan bersikap lembut dalam berurusan dengan orang lain.

Dimana Kita Perlu Menerapkan Kemurahan

  • Dalam melayani (pelayanan) Tuhan dan sesama di gereja (lihat 1 Tesalonika 2: 7). Pelayanan yang bercirikan kemurahan adalah pelayanan yang akan membangun orang, dan menyediakan lingkungan yang baik untuk pertumbuhan rohani.
  • Dengan orang yang kita cinta di rumah (keluarga). Kemurahan seharusnya dimulai di rumah. Menurut 1 Petrus 3: 7. Doa kita sampai di sorga sejauh kita memiki kemurahan ilahi.
  • Dalam memperingatkan/menegur orang lain, menurut Galatia 6: 1 menegur seseorang dalam kesalahannya jangan menempatkan diri lebih suci darinya, melainkan penuh kasih, agar terjadi pertobatan sejati.