LD Tonny Hutabarat

Selasa, 11 Juli 2023

HAUS AKAN TUHAN … Mazmur 42

My soul THIRSTS for God, for the living God; When shall I come and APPEAR BEFORE God? (Psa 42:2 NAS)

Mazmur 42 adalah pengakuan pribadi dan jujur tentang jiwa yang sangat tertekan (downcast). Daud diasingkan, anak yang dicintainya mencoba membunuhnya, dan musuh-musuhnya mengejeknya (menertawakan dengan sinis) dengan pertanyaan, “ Di mana Tuhanmu? Jiwanya seperti diterjang oleh ombak besar (ay 8).

Daud tahu, Tuhan dapat menghentikan semuanya dalam satu menit. Tetapi TUHAN tidak melakukannya, jadi dalam arti tertentu para pemecah dan ombak yang menerjangnya adalah ujian dari Tuhan. Dalam keadaan yang tertekan (kacau) Daud mengarahkan jiwanya kepada Tuhan serta menyerukan: (1) hanya TUHAN harapannya (2) Tuhan (tidak) melupakannya (3) kasih setiaNya memerintah atas dirinya (4) (tidak) membiarkan musuh menindasnya (5) tetap memuji2 (beribadah) kepada Tuhan.

Daud mengajukan pertanyaan jujur “mengapa Tuhan membiarkan terjadi?”. Tuhan ingin kita jujur pada-Nya saat ditarik ke bawah oleh kekuatan air  besar (ombak masalah). Saat ombak masalah menghantam, ia tetap beriman, berpengharapan. Ironis problema yang datang bertubi-tubi membuat Daud haus akan Tuhan.

Rasa haus rohani adalah kondisi universal manusia dan tema yang ada di seluruh Alkitab. Dari Kejadian ada taman Eden dengan aliran sungai untuk memuaskan dahaga Adam hingga undangan penutup dari Wahyu 22:17. Ketika Yesus di kayu salib, mengalami kehausan rohani. Yesus mengambil dahaga kita (Yoh 7:37-38).

Haus adalah keinginan yang kuat akan sesuatu. Tuhan menciptakan manusia dengan kehausan akan air untuk hidup. Haus akan air bukanlah tujuan, minum air adalah tujuannya. Haus mendorong kita untuk minum air. Tuhan menciptakan kita untuk haus akan DIA – sumber air hidup – tetapi dosa telah membajak rasa haus itu terhadap hal-hal yang tidak pernah bisa memuaskan dahaga kita.

Dosa membengkokkan semua kehausan kita dengan cara tertentu. Haus keserakahan (haus akan uang), atau manipulasi (haus akan kendali). Haus petualangan. Haus akan keamanan. Haus menyenangkan orang lain. Haus disukai atau korban abadi dengan kehausan untuk dikasihani. Haus akan kekuasaan. Haus akan popularitas. Haus cabul. Haus begal. Huas kekerasan. Haus kejahatan. Haus kesuksesan. Haus untuk tidak gagal. Haus adalah pendorong yang kuat dalam hidup kita.

Dosa membelokkan dahaga kita ke arah kesombongan, menempatkan kita di pusat. Ironisnya, dosa membelokkan dahaga kita terhadap hal-hal yang jauh dari memuaskan dahaga kita, malah membuat kita semakin haus.

Mazmur 42 membantu kita akan kehausan yang salah arah. Mazmur ini mengarahan kita haus Tuhan.

Pada tahun 1971, Donald Ritkin membuat slogan minuman Sprite, yaitu “Haus adalah segalanya. Patuhi dahagamu” yang dikutip dari Ronald Reagen pada waktu ia masih menjabat sebagai walikota. Firman Tuhan tidak memanggil kita untuk “mematuhi dahaga kita”.

Daud tidak menuruti rasa hausnya, dia mengarahkannya tepat kepada Tuhan.

1. Memilih Haus Dengan Iman

Daud “kesulitan” tetapi menunjukkan imannya kepada Tuhan, menaruh harapan pada Tuhan.  Mengarahkan dahaga kita kepada TUHAN sebagai tindakan iman (baca Yohanes 7:38).

Rasa haus kita akan keamanan tidak pernah bisa membuat kita aman. Rasa haus kita akan kendali tidak pernah bisa memberi kita kendali. Rasa haus akan popularitas tidak akan pernah membuat kita merasa dicintai. Hanya Yesus adalah pelepas dahaga. Seperti Daud, kita bisa berada di musim kegelapan jiwa, kita bisa merasa sendirian dan jauh dari orang yang kita cintai, kita bisa merasakan tekanan hidup seperti tidak bisa bernapas, dan jiwa kita masih bisa merasakan aman dan dikasihi serta bermakna karena Yesus adalah sumber air hidup kita.

2. Memilih Meminta Tuhan Memberi Rasa Haus Yang Lebih Besar Akan Dia

Daud membuka mazmur dengan doa pengakuan dan permohonan: Jiwaku merindukan TUHAN. Haus akan Tuhan. Kita perlu meminta Tuhan untuk memberi kita rasa haus yang lebih besar.

3. Memilih Rasa Haus Dengan Mencari Tuhan

Haus akan Tuhan menghasilkan orang yang mencari Tuhan dan orang yang mencari Tuhan menemukan DIA (Yer 29:13). Mencari Tuhan dengan sepenuh hati adalah tanah yang haus yang berteriak minta hujan. Daud berlari sekuat tenaga ke rumah TUHAN (ay 2,5) untuk menemukanNya, untuk melihatNya. Cara praktis mencari Tuhan adalah dengan melakukan disiplin rohani seperti membaca firman Tuhan, berdoa, beribadah bersama orang percaya lainnya, melangkah ke dalam kesempatan baru untuk pelayanan, membagikan Yesus kepada orang lain. Tuhan tidak mencari kita untuk mewah, DIA hanya ingin kita semua masuk ke dalam persekutuanNya, terutama ketika kita dalam tekanan (downcast).

Haus adalah pendorong yang kuat dalam hidup kita. TUHAN menciptakan kehausan rohani untuk mengantarkan kita kepada-Nya, SUMBER AIR HIDUP. Hanya Yesus yang dapat memuaskan sepenuhnya dan selamanya kerinduan dan keinginan serta kehausan jiwa kita. Seperti rusa yang merindukan aliran sungai, demikianlah jiwaku untukmu, ya Tuhan.