1 Samuel 2:12-26

Penulis Kitab Samuel telah memaparkan sifat kepedulian, pemeliharan, keajaiban dan kekuasaan dahsyat Tuhan dalam pasal 1, yaitu rahim mandul Hana dibuka dan lahirlah Samuel. Dan pada pasal 2, melalui pujian/doa deskriptif Hana dideklarasikan kedaulatan Tuhan, bahwa Tuhan yang menentukan, menetapkan, merancangkan segala sesuatu secara detail.

Pada perikop pasal 2: 12-26, penulis kitab Samuel membawa kita kepada suatu pemandangan dua kelompok anak muda yang sama-sama besar di tempat yang sama yaitu lingkungan bait suci, tetapi mengalami suatu “nasib” yang berbeda, satu pihak anak Elia “malang” (yang jahat), satu pihak lain, anak Hana “disayang” (anak yang baik) . Eli memiliki dua putra yang bernama Hofni dan Pinehas.

Dua anak Eli tidak mengenal TUHAN (ditulis di ayat 12b). Kalau kita analisa semua konteks kata ini dalam studi theology PL, kira-kira disimpulkan bahwa arti kata “tidak mengenal” (LAI: tidak mengindahkan) Tuhan adalah bahwa mereka tidak percaya, tidak berelasi, tidak beriman, tidak berdedikasi, tidak loyal kepada satu-satunya Tuhan. Padahal merka aktif “melayani” pelayanan korban-korban binatang (sibuk sepanjang hari tetapi hatinya tidak berpaut kepada TUHAN).

TIDAK MENGENAL TUHAN SAMA DENGAN ANTI KRISTUS. Jadi sesungguhnya hati mereka tidak berpaut, tidak melekat kepada TUHAN YANG DISEMBAH KAUM ISRAEL.

Dua anak ini adalah anak dari seorang hamba Tuhan yang besar PENGARUHNYA, TETAPI status keanakan mereka tidak menjamin moralitas dua anak muda tersebut. Disini kita harus menyadari agar kira para pendeta/penginjil/misionaris/majelis/pelayan-pelayan memiliki sistem pendidikan pastoral theologies dalam keluarga. Janganlah kiranya kita “sibuk” luar biasa di gereja tetapi kita lupa membangun mezbah gereja di rumah sendiri. Dan jabatan “klergi” tidak otomatis membuat anak2 kita “rohani”.

Ulangan 6:4-9 mengingatkan kita agar memulai dan meneruskan secara berulang2 (kontinu, konsisten) pemuridan di rumah.

Ev. Tonny Mulia Hutabarat
18 Oktober 2021