MATIUS 2 : 3 – 4
3 Ketika raja Herodes mendengar hal itu terkejutlah ia beserta seluruh Yerusalem.
4 Maka dikumpulkannya semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya keterangan dari mereka, di mana Mesias akan dilahirkan.

Herodes terkejut ketika berita Natal itu sampai kepadanya, bahkan dalam bahasa aslinya bukan hanya sekedar terkejut tetapi bahkan terganggu. Mengapa demikian? Karena Herodes tidak menantikan datangnya Mesias dengan respon yang benar, dia tidak bisa menerima orang lain termasuk Mesias akan menjadi Raja yang lebih mulia dan lebih berkuasa dari dia. Yang lebih mengherankan lagi ketika semua imam kepala dan ahli Taurat dikumpulkan Herodes, mereka tahu benar bahwa Mesias akan datang, namun ketika berita Natal itu sampai kepada mereka, mereka pun tidak berusaha untuk mencari Sang Mesias, mereka sibuk dengan hidupnya masing-masing.

Pada masa sekarang ini, Natal dirayakan setiap tahunnya dengan begitu meriah, bukan saja ketika masuk bulan Desember, namun bahkan di beberapa tempat sudah mulai nampak suasana Natal beberapa bulan sebelumnya. Bukan saja di daerah yang banyak orang Kristennya, bahkan di beberapa tempat dan negara yang orang Kristennya sangat sedikit, Natal dirayakan dengan begitu meriah. Namun, Natal yang seperti apakah? Mereka merayakan Natal tanpa Kristus (Christmas without Christ). Sungguh menyedihkan bukan. Sinterklas dan hadiah-hadiahnya lebih dinantikan daripada Berita Natal yang sejati. Serupa tapi tak sama, sebagaimana respon Herodes yang salah demikian juga orang-orang pada masa kini meresponi Natal secara salah.

Saya teringat semasa kecil, setiap awal Desember biasanya tanggal 5 atau 6 Desember, kami akan mencari rumput kering lalu dimasukkan ke dalam sepatu, kami diminta berdoa kepada Tuhan, namun keesokan harinya kami mendapatkan hadiah yang dikatakan sebagai kado dari Sinterklas yang datang pada waktu malam (padahal orang tua kamilah yang menaruh kado tersebut). Tidak pernah kami mendengar berita Natal tentang Allah yang memberikan “kado” terindah ketika Sang Firman itu menjelma menjadi manusia, yaitu Bayi Natal. Sekarang kami menghilangkan tradisi Sinterklas tersebut, yang memang menyenangkan karena ada berbagai macam hadiah, kami ingin agar anak-anak kami mengenal Bayi Natal sebagai kado terindah yang kita peroleh dari Allah.

Bagaimana dengan Natal dalam keluarga setiap jemaat di sini? Apakah Berita Natal kita responi dengan tepat? Apakah Berita Natal masih kita gemakan lebih dari kado-kado meriah yang dapat kita berikan? Lebih 2.000 tahun lalu, Sang Bayi Natal telah lahir di Betlehem, adakah sekarang Dia lahir di hatimu? Mari kita sambut perayaan Natal dengan respon yang tepat, kita hadirkan Kristus dalam hidup kita dan marilah kita senantiasa gemakan berita Natal itu melalui hidup kita kepada orang-orang yang ada di sekitar kita. Amin.