Tabut Tuhan dan Reformasi Rumah Kita

1 Samuel 7:1 — lalu orang-orang Kiryat-Yearim datang, mereka mengangkut tabut TUHAN itu dan membawanya ke dalam rumah Abinadab yang di atas bukit. Dan Eleazar, anaknya, mereka kuduskan untuk menjaga tabut TUHAN itu.

Kiryat-Ye’arim, kota hutan-hutan. Satu kota utama orang Gibeon (Yos 9:17) terletak di perbatasan Yehuda dan Benyamin (Yos 18:14, 15; bnd Hak 18:12), mula-mula diberikan kepada Yehuda (Yos 15:60). Kemudian — kalau kita beranggapan bahwa kota ini identik dengan Kiryat — diberikan kepada suku Benyamin (Yos 18:28). Kota ini disebut juga Kiryat-Baal (Yos 15:60) yg memberi kesan bahwa di lokasi itu pernah didirikan bukit pengorbanan orang Kanaan, Baalah (Yos 15:9, 10), Baale Yehuda (2 Sam 6:2) dan Kiryat-Arim (Ezr 2:25).

Tabut Perjanjian dibawa ke kota ini dari Bet-Semes dan dititipkan kepada Eliezer (1 Sam 7:1). Dua puluh tahun kemudian raja Daud membawa Tabut Perjanjian itu dari Kiryat-Yearim ke Yerusalem (2 Sam 6:2; 1 Taw 13:5; 2 Taw 1:4). Nabi Uriah tinggal di kota itu (Yer 26:20). Lokasi yang tepat belum bisa dipastikan, tapi kebanyakan ahli menyepakati Kuriet el-`Enab (yg biasanya dikenal sebagai Abu Gosh), desa yg berkembang baik, 14 km sebelah barat Yerusalem di jalan ke Yope. Daerah ini masih penuh dengan pohon-pohon (atau dulunya demikian) dan lokasi ini memenuhi beberapa syarat geografis yang lain.

Keluarga yang indah dalam setiap aspek adalah dambaan setiap manusia. Tuhan juga merencanakannya agar terjadi pemulihan total di rumah-rumah bagi yang menerimaNya. Tabut Tuhan setelah berkelana dari Filistin sampai ke Betsemes, Ia ingin singgah dan menyapa keluarga Abinadab di Kiryat-Yearim. Suatu desa/kota yang berada di perbukitan atau lereng pegunungan. Dalam suasana sejuk, asri dan tenang itu Ia ingin memberikan nilai bagi keluarga Abinadab. Tuhan mendidik mereka.

Pemilihan untuk tinggal di alamat Abinadab bukan alamat “nyasar”. Ini suatu kepastian pemberian berkat khusus bagi isi rumah tersebut. Di tepi perbatasan Filistin Timur dengan Israel Barat, yang masih jauh dari pusat kenabian Samuel di Rama. Disanalah Tuhan bercakap-cakap membina keluarga ini selama dua puluh tahun.

Tinggal bersamaNya selama dua puluh tahun, suatu kebahagiaan yang tiada tara. Daud berkata lebih baik satu hari dipelataranNya dari pada seribu hari di tempat lain. Berarti kebahagiaan mereka (keluarga Abinadab) sangat sempurna.

Kesalehan Abinadab patut diteladani. Orang Bet Semes penuh ketakutan mengirim Tabut Tuhan ke Kiryat-Hearim, Abinadab menerimanya dengan tangan terbuka. Selama pembinaan Tuhan dua puluh tahun itu, ia menyerahkan anaknya yang masih muda untuk memelihara secara dekat Tabut tersebut. Ini salah satu cara sastra penulis tentang penyerahan anak-anak sejak dini kepada Tuhan, sebagaimana di pasal 1-3, Samuel yang masih bayi sudah diserahkan kepada Tuhan. Hana menyerahkan anaknya sejak kandungan karena imannya, kesalehannya, pengenalannya, karakternya yang kuat. demikian juga abinadab diilhami dan diwahyukan kepadanya untuk menyerahkan anak tunggalnya untuk melekat kepada Tuhan.

Reformasi terjadi di keluarga jika seorang ayah atau ibu dengan sadar menyerahkan anak-anak mereka sejak dini kepada Tuhan. Dibawah perlindungan Tabut (FIRMAN) itu anak-anak membesar KARAKTER ilahinya. Sepintas bagian ini adalah pelajaran ironi dan kontras anak Eli, Hofni dan Pinehas, yang berkarir dilingkungan agama tetapi hidup tanpa respek kepada Tuhan. Sementara Eleazer hidup di tempat sunyi di pegunungan dan mengkhususkan diri untuk kudus di depan tabut Tuhan selamanya. Perhatikan sekali lagi penting peran ayah dan ibu menerima Tuhan akan mempengaruhi iman dan masa depan anak.

Ev. Tonny Mulia Hutabarat
6 Desember 2021

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *