SLAVERY TO RIGHTEOUSNESS – Roma 6:15-23

LD Tonny Mulia Hutabarat
Kamis, 15 Agustus 2024

SLAVERY TO RIGHTEOUSNESS – Roma 6:15-23

Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi HAMBA KEBENARAN … . (Roma 6:18)

Orang percaya telah dibebaskan dari kuasa dosa oleh Kristus. Dan dijadikanNya hamba kebenaran (6:19). Keluar dari hukum Taurat tidak membuat bebas melakukan dosa. Sebab pembebasan Kristus membuat kita berada (takluk) dalam hukum kasih karunia (6:15). Di dalam penaklukan hukum Kristus membuat kita menaatiNya dengan kasih (6:17). Status dibebaskan/ dibenarkan/ ditebus membuat kita tidak bebas melakukan dosa, sebab kita sudah menjadi hamba Kristus yang harus taat kepadaNya. Berada di bawah kasih karunia berarti kita menjadi hamba TUHAN.

Paulus menyerukan perubahan hati yang menuntun pada ketaatan kita terhadap perintahNya. Taat karena mengasihi TUHAN dan karena dibenarkan. Taat karena tidak mau diperbudak nafsu dosa. Kita bebas melayani Tuhan. Ayat 17 memiliki nuansa yang menarik. Orang Yahudi dulu berguru (patuh) kepada ajaran Musa, sekarang orang Yahudi beralih kepada guru baru yaitu kepada Kristus. Takluk kepada Taurat hanya menunjukkan/menyatakan dosa, tetapi takluk kepada Kristus maka belenggu dosa dipatahkanNya (perhatikan 6:19-23).

Paulus menyatakan bahwa ketaatan adalah sebuah kebiasaan. Dosa adalah tuan yang kejam yang mendorong kita ke dalam dosa yang lebih dalam. Kebohongan akan melahirkan lebih banyak kebohongan. Percabulan menyebabkan lebih banyak percabulan. Dosa mempunyai efek domino. Pelanggaran hukum menyebabkan lebih banyak pelanggaran hukum. Dosa mendatangkan lebih banyak dosa. Setan berbohong kepada kita, menyebabkan kita berpikir bahwa kita boleh berbuat dosa (kecil) sekali saja. Dosa memicu serangkaian peristiwa jahat yang sangat sulit dihentikan hingga kematian.

Sebaliknya, menjadi hamba kebenaran akan menuntun pada hidup suci. Ketika kita menaati Kristus, memicu serangkaian peristiwa yang sangat sulit dihentikan. Membaca kitab suci, berdoa, beribadah, berbuat benar secara teratur akan menjadi suatu kebiasaan yang mudah dilakukan serta sulit dihentikan.

Tidak ada perbaikan isntan. Tidak ada jalan pintas. Teruskan kebiasaan baru, melayani Tuhan dengan baik. Pengudusan memerlukan tenaga ekstra hingga menjadi habitual kekudusan.

Pada ayat 20 suatu pernyataan yang mengejutkan: ketika kita menjadi budak dosa, kita bebas dari kebenaran. Kita terbebas dari kesetiaan perjanjian TUHAN ketika kita melayani dosa. Ketika kita membiarkan dosa menjadi aturan hidup kita, kita tidak mempunyai pernyataan dibenarkan di hadapan TUHAN. Kita telah kembali kepada kefasikan dan murka TUHAN (1:18). Kasih karunia tidak melimpah jika kita membuat pilihan untuk tetap berada di bawah kekuasaan dosa.

Kita harus mengubah kesetiaan kita kepada Tuhan dan menyerahkan tubuh kita dalam ketaatan kepada Tuhan. Memutuskan gaya hidup benar dan melakukan yang layak: kesalehan, kekudusan dan kehidupan kekal adalah hasil akhirnya. Melayani Tuhan dan lepas dari dosa membawa pada kehidupan baru yang berbeda dari dunia.

Dosa, sebagai penguasa, memberikan upah kepada tawanannya (6:23). Upah menggambarkan pembayaran yang berulang-ulang. Dosa terus-menerus mengulangi pembayarannya kepada kita. Pembayarannya adalah kematian, keterpisahan dari Tuhan. Upah dosa bukanlah kematian jasmani, karena semua orang akan mati, tidak peduli apakah mereka budak dosa atau budak kebenaran. Namun dosa memisahkan kita dari Tuhan.

Sebaliknya, ketika kita menjadi hamba kebenaran, penguasa kita adalah Tuhan. Namun Tuhan tidak memberikan upah. DIA memberi kita hadiah. Anugerah yang datangnya dari Tuhan adalah hidup yang kekal.