Sebuah Damai … Galatia 5:22d

LD Tonny Mulia Hutabarat
Kamis 29 Februari 2024

Sebuah Damai … Galatia 5:22d

Pemilu di seluruh dunia menyisakan perselisihan, perpecahan, konflik. Tidak hanya di ranah politik, di gereja pun subur konflik di antara klergy. Tidak hanya di politik dan di gereja, bahkan di unit terkecil yaitu keluarga rawan konflik sampai perceraian. Apakah masih ada harapan sebuah damai? Alkitab memberitahukan model, metode menikmati damai.

  1. Definisi Perdamaian.

Konflik, keretakan, perpecahan, kerusuhan, kekerasan, penghinaan dan perselisihan menjadi menu makanan di permukaan masyarakat. Dosa telah mematahkan perdamaian.

a) Ada perdamaian abadi antara Tuhan dan manusia itu dimulai dari karya Kristus di hati manusia (bdk Roma 5) yang disebut sebagai perdamaian objektif atau status. Perdamaian terjadi karena yang jauh dari Tuhan telah didekatkan oleh Kristus (bdk Efesus 2).

b) Ada perdamaian internal. Di hati umat ada watak batin yang tenang dan penuh kepercayaan dalam segala kondisi (bdk Filipi 4). Hidup dengan doa dan syukur. Keluhan, kekhawatiran, kecemasan menjadi nol.

c) Ada perdamaian eksternal atau yang disebut penyalur perdamaian. Setelah menjadi penerima kedamaian objektif dan kemudian memupuk kedamaian batin dengan doa dan syukur, kita menjadi saluran perdamaian yaitu mempromosikan perdamaian, mengamalkan perdamaian. Sebagian besar komentator akan mengatakan bahwa inilah kedamaian yang Paulus maksudkan dalam Galatia pasal 5. Buah Roh yang terlihat paling jelas dalam hidup orang percaya.

  1. Teknis Memupuk Kedamaian Eksternal.

a) Dimulai dengan memupuk kedamaian internal. Seseorang harus berdamai dengan Tuhan Yesus. Pupuklah gaya hidup berdoa (tetaplah berdoa dalam segala hal) dan ucapan syukur. Entah mampu melakukan atau tidak mampu melakukan sesuatu hal, berdoalah senantiasa (1 Tes 5:17). Dengan berdoa kita mengingat TUHAN. Konflik batin besar “si anak bungsu” reda setelah datang berdamai dengan Bapa-nya (Lukas 15 dalam perumpamaan anak yang hilang).

b) Melimpah dalam pengorbanan. Membawa/memberi damai pada dunia (Matius 5: 9) diperlukan pola pengorbanan Kristus. Diperlukan kerja keras sampai ada rasa sakit di ulu hati. Menciptakan perdamaian adalah sebuah pengorbanan. Menanam damai di semua tempat memerlukan tenaga besar, nyawa dan nyali besar. Anak-anak Tuhan haus bertindak seperti TUHAN dalam mengusahakan damai (Mat 5:9). Ahli waris harus seperti watak Pewaris.

c) Bertahan. Penciptaan perdamaian tidak terjadi dalam semalam. Seiring berjalannya waktu, jika kita bertekun, perlahan-lahan dalam anugerah, benih damai akan bertumbuh. Perlahan gunung hasil panen damai akan tampak nyata.

d) Memberi sebuah damai. Kisah-kisah konflik, perpecahan, perselisihan dalam politik, gereja dan keluarga hanya berakhir jika tekun memberi doa dan damai, memberi tangan untuk saling merangkul dengan pelaku konflik.

Jika kita bertekun, suatu hari nanti kita akan disambut di suatu tempat yang disebut kerajaan damai dan kita akan bersama Pangeran Damai dan kita akan mencicipi dan melihat serta merayakan Injil perdamaian. Maka, “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.” (Matius 5:9)