Respon Terhadap Keterpurukan … Rut 1:6-22

LD Tonny Mulia Hutabarat
Minggu, 21 April 2024

Respon Terhadap Keterpurukan … Rut 1:6-22

Ketika hal buruk terjadi, ada tiga cara bereaksi: (1) bisa meninggalkan iman dan beralih ke bentuk paganisme. (2) bisa sakit hati dan marah terhadap Tuhan. (3) dapat berpegang teguh pada Tuhan dan percaya bahwa DIA akan menyediakan.

Ketiga tanggapan terhadap kehancuran muncul dalam Rut 1. Naomi menerima (memeluk) kepahitannya, Orpa kembali memeluk dewa Kemosh, dan Rut menerima (memeluk) Tuhan dan Naomi, meskipun posisinya sebagai orang luar di Israel. Bagian ini memanggil kita untuk menerima pendekatan Rut, dan mengingatkan kita bahwa meskipun kita mungkin melakukan pendekatan seperti Naomi ketika ada masalah, TUHAN masih bekerja demi kebaikan kita

Dengan meninggalnya suami dan putra-putra Naomi, dan tidak ada seorang pun yang merawat dia atau kedua menantunya, Naomi berada dalam situasi putus asa. Namun mendapat kabar bahwa TUHAN telah memberkati Israel lagi dengan kelimpahan, sehingga Naomi memutuskan untuk pulang ke rumah dan mengandalkan kasih sayang kerabatnya (ay.6-7).

Naomi menyemangati kedua menantu perempuannya untuk kembali ke keluarga mereka masing-masing dan dia berdoa agar mereka mendapatkan suami yang dapat menafkahi mereka (ayat 8-9). Jelas sekali kesedihan dan kehilangan yang mereka alami menyatukan mereka, karena mereka menangis bersama, dan kedua menantunya pada awalnya menyatakan keinginan untuk kembali bersama Naomi ke Betlehem (ayat 9-10).

Naomi bersikeras sebaliknya. Ia tidak mempunyai anak laki-laki untuk diberikan kepada mereka, dan meskipun ia menikah lagi dan melahirkan anak laki-laki, mereka harus menunggu bertahun-tahun hingga mereka cukup umur (1: 11-13).

Bagi Naomi, TUHAN telah mengambil tindakan penghakiman terhadapnya (ayat 13). Orpa mendengarkan nasihat ibu mertuanya, mempertimbangkan keuntungan tinggal di tanah yang dikenalnya dengan ladang hijau dan hubungan keluarga dibandingkan dengan kerugiannya, dan pulang ke keluarganya dan dewa-dewa kafirnya (1: 14). Orpa mungkin sudah menikah lagi dan mempunyai anak. Namun dia tidak memiliki hubungan yang menyelamatkan dengan Tuhan. Dia kehilangan dalam sejarah keselamatan Israel.

Rut melekat pada Naomi, seperti seorang suami harus melekat pada istrinya (Kej. 2:24), dan tidak mau meninggalkannya. Komitmen Rut kepada Naomi merupakan komitmen perjanjian. Komitmen sepenuh hati. Dia menolak untuk mengikuti Orpa kembali ke keluarganya dan dewa-dewa mereka (1:15). Keteguhan Rut ditampilkan pada 1:16-17.

Rut tahu bahwa meninggalkan kampung halamannya demi negara yang mencurigai orang luar, apalagi orang Moab, adalah hal yang berisiko. Namun ia rela karena ia yakin Tuhan Naomi akan mencukupinya. Tuhan Naomi adalah Tuhannya juga.
Mendengar hal ini Naomi berhenti berusaha meyakinkan Rut (Ay.18). Namun Naomi tidak terlalu senang atau diberkati dengan ekspresi pengabdian dan imannya kepada Tuhan. Sebab selama Naomi pulang ke rumah, tidak dengan hati yang menyesal.

Kedatangan Naomi dan Rut di Betlehem ada kegemparan dan tatapan curiga. Naomi menyabut kegemparan kota dengan kepahitan dan kemarahan kepada Tuhan (1:19-20). Namun dia tidak menyangka Tuhan memberkatinya karena tepat dengan musim panen jelai sudah dekat (ayat 22).

Pada perikop 1:6-22 ada tiga tanggapan terhadap kehancuran. Kemurtadan, kemarahan, dan penerimaan. Dua hal yang pertama tidak membawa hasil apa pun, tetapi memeluk kebaikan TUHAN melalui iman akan membawa kepada kehidupan.

Suatu hari Tuhan akan memberkati Naomi yang pahit, melalui Rut yang setia. Orang yang tidak terikat pada janji-janji perjanjian TUHAN, namun memperolehnya dengan iman. Rut mengosongkan dirinya dari hubungan keluarga dan budaya serta dewa-dewa kafir dalam budayanya untuk mengidentifikasi dirinya dengan Umat Tuhan, dengan Naomi, dan dengan Tuhannya Naomi yang dia yakini dapat memberikan masa depan baginya.

Seperti yang terjadi pada Rut saat itu, hal itu terjadi dan akan terjadi pada masa kini. Seperti Rut, kita mendapatkan keselamatan dengan mengidentifikasi diri kita dengan Kristus, Pencipta dan Penyempurna iman kita. Dengan memercayai TUHAN, kita menjadi bagian dari umat perjanjianNya, satu-satunya tempat di mana keselamatan ditemukan.

Kita semua pada satu titik dalam hidup menghadapi momen pilihan ini – akankah kita memilih kemurtadan, kemarahan, atau menerima Kristus ketika masa-masa sulit datang? Akankah kita mengasihi orang-orang yang memiliki kepahitan terhadap TUHAN, mengorbankan diri kita agar mereka juga dapat menemukan sukacita dalam mengambil Kristus dalam kehidupan mereka?

Tuhan masih bekerja dalam hidup Naomi. Oleh kasih karunia Tuhan, melalui Injil, DIA masih bekerja dalam hidup kita juga. Jika kita lebih Mara (kepahitan) daripada Rut, bertahanlah.