Kami Perlu “Mesias” Politik
Hakim 3:7- 11
TUHAN membangkitkan seorang penyelamat bagi orang Israel, yakni Otniel (Hakim 3:9)
Kebejatan moral, etika, religius merajalela. Israel sengaja melupakan Tuhan. Mereka terus menerus beribadah kepada Baal dan Asyera (ay 7). Kejahatan umatNya harus dihentikan dari tanah perjanjianNya. Mesias Politik dibutuhkan untuk mengadili kejahatan Israel.
MurkaNya membara (naik pitam) [ay 8] ketika umatNya berjinah rohani. Maka dipanggilNya penguasa Chushan-Rathathaim, raja Suriah (Aram) – Mesopotami (Irak) untuk dipakaiNya sebagai alat efektif demi membasmi pelacuran bhakti. Tuhan melakukan transaksi perdagangan. Mesias politik dibutuhkan untuk menebus manusia yang tak berguna untuk dipulihkan harkat martabatnya.
Kata “menjual” dalam bahasa Ibrani adalah “makar” yang berarti membuatnya bangkrut sehingga menjadi sangat miskin (tidak memiliki). Biasanya kata ini dipakai dalam perdagangan manusia, tawar menawar manusia di pasar budak. Tuhan menjual “manusia” tidak berguna kepada penguasa daerah Irak. Penyembah berhala lebih rendah derajatnya dihadapanNya. Dosa membuat manusia bangkrut secara jasmani dan rohani. Tuhan akan menumpas penyembah berhala dengan keras melalui ribuan tangan tentara. Tuhan meremukkan keturunan Yakub tanpa belas kasihan. Siapakah yang sanggup membebaskan umatNya dari perbudakan dosa? Adakah Mesias akan datang?
Tuhan menolong tentara Irak bergerak dari kejauhan untuk sampai di Yerusalem. Mesopotami (Irak) ke Yerusalem, berjalan kaki menempuh 228 jam, sejauh 1.131 km. Tuhan mempersiapkan pasukanNya dari jauh. Ia mendatangkan tentara yang tangkas, yang militan melewati padang gurun. Usaha dan perjuangan maksimal dari Tuhan untuk melenyapkan penyembahan berhala Israel.
Apakah maksud Tuhan mendatangkan tentara yang ganas ke Tanah Suci ? Apakah hal itu tidak mempermalukan reputasiNya?
Israel takluk kepada Kusyan – Risyataim selama 8 tahun. Kata takluk dipakai kata “wayya’avedu” dari akar kata aved, artinya memperbudak. Kata ini mengandung arti mempekerjakan dengan cara paksa, kasar, kejam untuk mendapatkan hasil yang maksimal bagi tuannya. Perbudakan Israel di Mesir selama 430 telah menghasilkan banyak karya dan keuntungan bagi kerajaan Firaun. Israel menjadi sumber tenaga kerja gratis bagi Irak selama 8 tahun. Hitung keuntungan yang diperoleh Mesopotamia.
Tuhan lebih menginginkan Israel berdaya guna, bermanfaat bagi kerajaan Mesoptami dan Asyur dengan cara kerja paksa selama 8 tahun, dari pada mereka berkhianat kepadaNya. Selama 8 tahun mereka berada dalam pengawasan tentara Irak untuk dipaksa kerja rodi dimana mereka tidak ada kesempatan untuk mencium patung Baal dan Asyera. Mereka akan digaruk tentara bila coba2 pergi ke “pesugihan” Baal dll.
Namun perbudakan musuh sudah melebihi batas nilai kemanusiaan. Maka Israel perlu menjerit kepada Tuhan. Israel kembali kepada Tuhan setelah mengalami “kesusahan” yang dikirimNya melalui kekejaman militer Irak (ay 9). Mereka tidak mencari Dia sebelum dianiaya. Apakah Tuhan akan membela mereka?
Kesulitan besar selama delapan tahun. Kepintaran mereka terasa kosong, mereka mulai menangis. Kegembiraan mereka dihadapan Baalim dan Ashtaroth “ditertawakan” oleh tentara Kusyan-Risyataim. Penderitaan membuat mereka menangis kepada Tuhan yang sebelumnya hampir tidak pernah dilakukan. Penderitaan besar selalu ada tujuannya: membuat lutut mereka takluk (menjadi budak = kerja/melayani keras) di hadapan Tuhan.
Tuhan membangkitkan penyelamat bukan dengan sosok malaikat atau superman, tetapi seorang manusia biasa, Otniel. Penyelamat dalam bahasa Ibrani “wayyaqem yhwh mosiy’a”. Kata mesias (penyelamat) ditempelkan pada Otniol sebagai profilnya. Kata mesias dalam bentuk kata “benda”. Kata benda menunjuk kepada Otniel sebagai pribadi. Ya, dia seorang Mesias, Penyelamat, Pembebas penjajahan sosial, politik, ekonomi dari raja Mesopotamia. Seorang mesias yang berperan sebagai jenderal militer dibangkitkan oleh Tuhan untuk membebaskan Israel dari penindasan yang melebihi batas kemanusiaan. Mesias sebagai hakim sangat diperlukan umatNya untuk memerangi kekejaman tentara Irak. Otniel bangkit sebagai pendekar kebenaran.
Tuhan menegakkan BELAS KASIHAN (RAHMAT) untuk pembebasan mereka. Ia tidak menolak doa. Tuhan murah hati mengangkat seorang pembebas, penyelamat.
Otniel menantu Kaleb sempat melihat karya-karya Tuhan. Diam-diam menyesali kemurtadan bangsanya, tetapi menunggu panggilan-Nya untuk tampil di depan umum mengatasi keluhan panjang.
Tuhan mengangkat Otniol untuk tugas mulai, pembebas, di saat usianya senja (lansia). Ia melakukan tugas dengan pertolongan Roh Tuhan atas dirinya (ayat 10). Ia berhikmat, berani berhadapan dengan “samurai” dan “gada”. Ya, pasukan Irak lari kucar-kacir. Otniol mempersembahkan keamanan selama 40 tahun.
Sang “Mesias” menghakimi! Sebelum maju berperang, Otniel harus “menghakimi” Israel. Apa yang dilakukannya? Dia menegur keras dosa mereka. Dia memanggil mempertanggungjawabkan dosa-dosa. Dia meminta pengakuan dan pertobatan di hadapan Tuhan. Ia meminta komitmen Israel memperbaharui hidup di hadapan Tuhan. Dosa penyembahan berhala harus dibereskan, ditinggalkan terlebih dahulu maka dengan mudah memerangi musuh. Mesias politik menghancurkan sarang penyembahan berhala.
Reformasi Otniol mendatangan keuntungan, kenyamanan, kemakmuran, selama 40 tahun. Amazing. Kata “aman” dalam bahasa Ibrani adalah ‘wattiseqot” artinya tenang (mengarah pada hening/sunyi karena tidak ada kerusuhan/keributan/kegaduhan dari tentara), lepas dari horor dan teror. Karya mesias politik/militer mendatangkan keamanan dalam durasi waktu yang panjang. Selama 40 tahun bangsa Israel tidak ada yang berani melakukan penyembahan berhala (persekutuan dengan roh2 jahat/Iblis). Otniel berhasil memuridkan Israel, sehingga tidak ada penyelewengan rohani selama 40 tahun.
Orang Kristen masa kini dipanggil menjadi “garam” dan “terang” di setiap kota di mana ia tinggal. Ada banyak rupa kejahatan. Kita perangi bukan dengan “senjata tajam” atau dengan “peluru” timah panas, tetapi dengan hidup dalam kebenaranNya dan mempengaruhi individu-individu melalui kesaksian nyata.
Salam membebaskan umat dari perjinahan rohani.
Ev. Tonny Mulia Hutabarat
16 Desember 2020.