Renungan Pagi 14 Desember 2020

Tuhan Mengajar-mu Hakim 3:1-6

— dilatih berperang oleh TUHAN — (Hakim 3:2)

Kata “dilatih” dalam Ibrani adalah “lelammedam” dalam bentuk kata kerja piel (intensif) infinitive. Tuhan bertindak sebagai guru/pengajar yang mendidik dengan disiplin tinggi. Tuhan bertindak sebagai instruktur militer untuk membentuk Israel sebagai pasukan yang militan. Ia melatih dengan keras, agar mereka tunduk, taat, takluk padaNya (ay 4)

Strategi pendidikan militer yang diterapkan Tuhan untuk melatih anak2Nya adalah dengan sengaja membiarkan bangsa2 Kanaan tinggal di daerah tanah perjanjian (ay 1). Militer Kanaan yang bengis akan mengasah jiwa patriot Israel.

Tuhan mahabijaksana mengijinkan bangsa Israel dan Kanaan hidup berdampingan tanpa harus kompromi dalam dosa/kejahatan. Tuhan adil membiarkan bangsa Kanaan hidup untuk menjadi alat koreksi bagi Israel. Kanaan dibiarkan hidup untuk keuntungan Israel, agar Israel trampil menggempur musuh.

Tanah perjanjian berada di daerah sabit subur. Tuhan sengaja memilih daerah pertanian yang sangat kaya dengan segala buah/tanaman, gandum dan daerah peternakan (susu dan madu) dengan padang rumput yang luas. Generasi baru yang tidak tahu berperang diprediksi dalam tingkat kemewahan (kemakmuran) yang sangat memanjakan akan menjadi keadaan berbahaya bagi mereka. Maka mereka sedikit diberikan pelatihan fisik untuk mengenal medan sulit agar mereka dapat mempertahankan diri. Mereka harus diajar menyentuh tanah yang kotor, memegang senjata tajam, bertahan dalam alam (angin, panas, hujan, siang, malam), menahan lapar, menahan haus). Jari2 mereka tidak dibiarkan lembut dan halus. Tuhan sedang membentuk otot-otot mereka demi mereka dapat hidup seturut kehendakNya (ay 4). Mereka harus hidup sepola dengan firman Tuhan yang sudah diturunkanNya melalui Musa. Mengikut Tuhan tidak ada jalan “manja”.

Musuh dipakaiNya untuk membentuk Israel menjadi bangsa yang militan. Lima raja Filistin, semua orang Kanaan, orang Sidon dan orang Hewi, orang Het, orang Amori, orang Feris, orang Yebus (ay 3, 5). Bangsa-bangsa ini adalah orang yang jago berperang, memiliki strategi licik menaklukkan musuh. Mereka dapat menciptakan segudang persenjataan berat. Mereka handal menguasai lautan, menguasai daratan, menguasai lembah, menguasai pegunungan. Mereka pasukan gerak cepat. Mereka dipakai sebagai contoh.

Israel harus dapat menjaga, mempertahankan dan memperluas tanah perjanjian. Maka mereka harus handal menguasai daerah pantai, daerah lembah, daerah pegunungan. Mereka harus bertangungjawab memelihara daerah Perjanjian. Mereka harus mengintip, meniru, mengkopi paste serta mengembangkan strategi militer bangsa2 Kanaan yang ditinggalkan Tuhan.

Seni perang dipelajari melalui pengalaman. Strategi perang yang paling jitu bukan hanya menyerang. Mereka diajar bukan hanya menguasai, tetapi yang lebih penting adalah disiplin membela diri dari serangan musuh. Tuhan melatih mereka berlari, berjalan kaki, dilelahkan, berpacu melawan kuda, waspada dalam masa damai, tidak merasa tenteram dalam kemakmuran, dilatih bisa keluar dari hutan belukar bahkan disuruh menyeberangi sungai Yordan. Israel dicetak menjadi petarung. Mereka harus mengalahkan kejahatan, bukan dikuasai kejahatan.

Gereja masa kini juga dihimbau untuk siaga dalam perang “rohani”. Para prajurit Kristus harus sigap menanggung kekerasan (penganiayaan). Mereka dapat menjaga dan memakai seluruh perlengkapan senjata Tuhan dan berdiri terus-menerus berjaga-jaga sebab musuh gereja adalah musuh yang tidak terlihat.

Rasul Paulus mengingat murid2 Tuhan seperti prajurit sorga yang tahan menderita, tentara terbaik, tentara yang tidak egois, tentara yang tahan lapar (minim logistik/salary), tentara yang berkenan kepada Tuhan (2Ti 2:3-4)

Bila kita tidak siap bertarung maka kita akan dikalahkan musuh. Sebagai mana catatan ayat 6, mereka menyerahkan anak2 perempuaan mereka.

Israel sangat jahat. Tuhan membiarkan bangsa-bangsa tinggal bukan untuk berbaur dalam pernikahan yang dilarang oleh Taurat Tuhan. Tuhan meninggalkan mereka adalah untuk membuktikan Israel setia kepadaNya(ayat 4). Mereka sangat terhormat bila menolak godaan orang Kanaan terhadap penyembahan berhala. Namun mereka jatuh, malu, menyerah pada daya pikat. Pernikahan campur yang terlarang membuat mereka wajib melayani dewa-dewa mereka (ayat 6). Kecenderung menyembah dewa-dewa lain pasti akan melupakan Tuhan. Sebagai penghormatan terhadap Baalim sehingga sedikit demi sedikit mereka kehilangan ingatan akan Tuhan yang benar. Manusia yang mengalami kerusakan memori rohani lebih berbahaya dari kelaparan perut. Mereka yang cenderung melupakan Tuhan sebenarnya tidak waras. Semua kejahatan, kesesatan, bidat religi yang ada di dunia dimulai ketika melupakan Tuhan.

Prajurit terbaik adalah setia pada aturan, tunduk pada komando dan selalu menyenangkan komandannya, sehingga ia tidak salah melangkah. Anak2 Tuhan adalah prajurit Kristus yang cakap dalam melakukan firmanNya, setia dan hormat pada Tuhan, maka mereka tidak akan tersesat dalam arus kejahatan. Prajurit Kristus selalu berusaha layak dihadapan Tuhan (2 Tomotius 2:15).

Meraka dilatih, diajar oleh Tuhan dengan maksud agar mereka mendengar, menghayati, mengamalkan perintah Tuhan (ay 4). Dalam pertempuran/perang melawan bangsa2 Kanaan yang tersisa dengan strategi ketaatan pada pimpinan Tuhan.

Salam melakoni instruksi Mahaguru

Ev. Tonny Mulia Hutabarat
14 Desember 2020

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *