Renungan 1 Maret 2021

Api Iri Hati

Hakim 12:1-7

Suku Efraim tidak senang atas kemenangan Yefta mengalahkan Amon. Pada waktu perang berkecamuk mereka enggan turut terlibat (ay 2). Padahal Yefta sudah memanggil mereka agar turut di barisan depan mengangkat senjata melawan Amon. Tetapi mereka tidak mau ambil resiko berat (seseng: segan sengsara). Namun ketika kemenangan diraih Yefta, mereka protes tidak dilibatkan meraih kemenangan, mereka datang dengan sombongnya (iri) dan mengancam akan membakar rumah dan seisi keluarganya (ay 1). Yefta dkk sukses dengan perjuangan berat namun mendapat teror dari teman sebangsanya.

Sifat iri/cemburu salah satu karakter yang bertentangan dengan kehendak Roh Kudus (Galatia 5:20). Iri adalah dosa besar. Iri adalah karakter buruk yang tidak dapat melihat kebahagiaan orang lain. Mereka yang iri sulit mengucap syukur kepada Tuhan dan mereka tidak akan dapat membagikan perasaan senang mereka kepada orang lain. Bila spirit iri tidak dapat dikendalikan akan cenderung membunuh/melenyapkan orang yang tidak disukainya. Suku Efraim dirasuki oleh roh iri/cemburu sehingga berencana akan membakar Yefta dan seisi rumahnya. Roh iri melahirkan roh amarah yang membara.

Suku Efraim tidak menyokong tindakan Yefta menyerang Amon. Padahal perang itu adalah rencana dan ketetapan Tuhan demi membasmi kelaliman dan kejahatan yang ditimbulkannya. Efraim bertolak belakang dengan rencana Tuhan. Malahan suku Efraim datang untuk melawan utusan Tuhan (ay 3).

Ironi paradoks penyelesaian roh iri suku Efraim adalah dengan cara memeranginya. Sifat jahat umatNya tidak dapat ditolerir. Mereka harus “dibasmi”. Sebanyak 42 ribu orang Efraim menelan kematian.

Yefta harus melakukannya (perang dengan sebangsanya) sebab roh iri tidak lagi beroperasi dalam diri satu orang saja, tetapi sudah merasuki 42 ribu orang. Dosa yang sudah terkoordinasi dan terstruktur secara massal. Masyarakat Efraim menyetujui kejahatan secara bersama-sama. Yefta melihat hal ini sebagai kejahatan besar di mata Tuhan. Maka Yefta dan pasukannya tidak dapat membiarkan kejahatan merajalela. Pendosa harus di hukum dengan mata pedang.

Manusia ciptaan baru oleh Roh Kudus mesti memiliki sifat-sifat kerajaan sorga. Mereka sebagai umat Tuhan yang “new born” harus melenyapkan sifat geram, fitnah, amarah, dusta, perkataan buruk dst. (bdk Kolose 3:1-7).

Jangan anggap enteng roh iri yang menyelinap masuk ke batinmu, ketika orang lain lebih sukses darimu. Bila tidak segera membuang spirit iri yang jahat, maka Tuhan akan datang bertindak memgirimkan “pedang” dengan berbagai cara untuk membersihkan hidup kita dari rasukan iri.

Salam mengasihi bukan iri/cemburu

Tonny Mulia Hutabarat
1 Maret 2021

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *