STOP AROGANSI
Bacaan: Hakim 9:1-21
Kepemimpinan yang beritegritas akan menghasilkan kesejahteraan rakyat. Bangsa yang dipimpin dengan keadilan, kebenaran dan kasih akan mendatangkan kebahagiaan dan mempermuliakan Tuhan. Kitab Hakim-hakim mengajarkan cara kepemimpinan ilahi yang didasarkan kepada kejujuran, ketulusan dan kesucian. Bila hal itu tidak dilakukan oleh pemimpin maka lingkaran dosa, penindasan, penghianatan akan terjadi. Teks yang kita baca pada hari ini berbicara tentang penyalahgunaan kekuasaan.
Abimelekh mencari jabatan tertinggi di Israel dengan cara yang sangat licik dan menjijikkan (ay 1), padahal penulis kitab Hakim-hakim sedang menegaskan dan memproklamasikan bahwa raja sejati adalah TUHAN. Abimelek menyampaikan tawaran yang gagah sombongnya, dengan memaksa rakyat secara halus dengan pilihan: satu orang (Abimelekh) atau 70 orang lainnya (ay 2). Dan ia mempertaruhkan kursi tahtanya dengan suap (sogok) berupa perak berhala (ay 4) dan membunuh 70 orang saudaranya (ay 5). Demi tahta ia membunuh semua keluarganya.
Sejarah kepemimpinan Abimelek ternoda dosa. Taktik liciknya merupakan penghianatan perjanjian kerajaanNya. Ia akan dibalas dengan roh jahat yang dari Tuhan (ay 23). Celah kesombongan akan menjadi jalan roh jahat menyusup dan menjatuhkan manusia. Abimelekh mencondongkan hati orang Israel kepada manusia (bukan kepada Tuhan) [1-3] dengan cara licik (mengancam). Melakukan gratifikasi kepada penjahat2 untuk menjadi anak buahnya dan mendukungnya menjadi “boss” (ay 4). Ia membunuh semua saudaranya (69 orang) demi tahta, kecuali Yotam melarikan diri (ay 5). Pengikut Abimelek menolak himbauan Yotam (ayat 6-19). Yotam menubuatkan Abimelek dan keturunananya (ay 20) akan hancur sebagai upah kesombongannya.
Yotam, sebagai oposisi politik Abimelek, bersuara lantang menantang kelaliman. Dengan memakai perumpamaan pohon sebagai raja yang tak disukai. Dan rakyat Sikhem diminta memilih untuk menghormati Tuhan atau manusia (ay 7,9,13). Rakyat harus dapat memutuskan kepada siapa mereka memberikan penghormatan tertinggi, kepada Tuhan atau kepada Abimelekh yang diktator. Di akhir pidato Yotam ia menubuatkan akhir hidup yang malang bagi pemimpin yang kejam (ay 7-21). Arogansi atau kesombongan hanya akan membawa kehancuran.
Tidak ada warga gereja yang kebal terhadap kuasa korupsi, kuasa arogansi dan kuasa jabatan. Kita semua mudah kehilangan perspektif rohani dan moral. Oleh karenanya kita membutuhkan suhu kerohanian yang tinggi dan stabil. Dalam teks yang kita baca penuh dengan intrik dan ironi, oleh karena itu kita harus hati-hati terhadap penyembahan berhala. Kita juga harus peka terhadap sirene dari kekeliruan pribadi kita yaitu keangkuhan, dan penyalahgunaan jabatan. Kesuksesan, pekerjaan, jabatan, kekayaan dapat menjadi cobaan terbesar dalam kerohaniaan. Kita harus waspada agar kita tidak menjadi raja kecil disudut kerajaan Tuhan yang mahaluas.
Jikalau keangkuhan tiba, tiba juga cemooh, tetapi hikmat ada pada orang yang rendah hati. Orang yang jujur dipimpin oleh ketulusannya, tetapi pengkhianat dirusak oleh kecurangannya. Pada hari kemurkaan harta tidak berguna, tetapi kebenaran melepaskan orang dari maut (Amsal 11:2-4)
Salam menempuh jalan kerendahan hati
Ev. Tonny Mulia Hutabarat
8 Februari 2021