Ibrani 1 : 1 – 4
1 Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi,
2 maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta.
3 Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi,
4 jauh lebih tinggi dari pada malaikat-malaikat, sama seperti nama yang dikaruniakan kepada-Nya jauh lebih indah dari pada nama mereka.
Disadari atau tidak disadari, Tuhan Yesus Kristus adalah tokoh yang paling sering diperbincangkan di seluruh dunia, bukan saja dalam masa tertentu namun bahkan sudah bertahan selama 2.000 tahun ini. Sejarah kehidupan-Nya semasa ada di Bumi, tercatat bukan saja di dalam Alkitab. Bahkan di banyak negara yang umat Kristennya sangat sedikit, Natal yang merupakan peringatan kelahiran-Nya di Bumi tetap dirayakan dengan begitu meriahnya. Pengaruh-Nya di dalam sejarah dunia, jelas tidak diragukan lagi; dari 12 murid berkembang menjadi separuh penduduk Bumi terlepas dari kesungguhan imannya namun paling tidak banyak yang mengaku sebagai pengikut-Nya. Nama-Nya jelas terus dibicarakan oleh para pengikut-Nya, namun yang luar biasa, banyak orang yang membenci iman Kristen pun sering menyebutkan nama-Nya selagi berusaha untuk merusak karya-Nya di Bumi, hal ini semakin membuktikan bahwa Kristus memang tidak ada bandingnya.
“Kristus yang tidak terbandingkan”, kalimat yang dapat kita aminkan berdasarkan pengenalan kita akan Tuhan Yesus Kristus. Dia tiada bandingnya karena satu-satunya Pribadi yang memiliki pra eksistensi sebelum dilahirkan di muka Bumi. Dia memiliki kekekalan karena Dia adalah Allah. Dialah Alfa dan Omega. Sedangkan semua manusia di Bumi ini, tidak memiliki kekekalan. Dalam pertumbuhan-Nya sebagai seorang anak berumur 12 tahun, Dia berbeda dari anak-anak Yahudi yang seusia. Bukan saja hafal dan mencari guru untuk membimbing, Dia justru ada di bait Allah untuk bercakap-cakap dengan ahli Taurat. Dalam kematian-Nya, Dia mati bukan karena dijemput maut, tetapi menyerahkan nyawa-Nya dengan rela, dan itu semua dilakukan untuk menyelamatkan kita. Dalam kebangkitan-Nya, Dia tidak mati lagi, Larazus juga dibangkitkan, namun ketika sampai batas usia, pastilah mati lagi. Dalam kenaikan ke sorga, Dia naik untuk kembali bertahta. Dan waktu akhir zaman, akan datang kembali menjemput kita. Maranatha!
Menurut firman Tuhan dalam surat Ibrani, diingatkan bahwa Allah telah berbicara berulang kali dan dengan bermacam cara; kepada Abraham bertatap muka dan terkadang melalui perwujudan Malaikat TUHAN, kepada Musa bertatap muka dan dengan Api menyala yang tidak membakar, kepada Daniel melalui mimpi, kepada Yehezkiel melalui penglihatan, kepada Yesaya meletakkan firman pada mulutnya. Namun demikian puncak dari penyataan Diri Allah, bukanlah melalui salah satu cara tersebut di atas melainkan ketika Firman itu dinyatakan dengan menjadi manusia yaitu Tuhan Yesus Kristus, ini pun hanya satu-satunya dan tidak ada bandingnya. Dia adalah Cahaya kemuliaan Allah dan Gambar wujud Allah, sehingga penyataan Diri Allah dapat sepenuhnya ditemukan pada Pribadi Tuhan Yesus Kristus.
Setelah menyelesaikan karya penebusan dosa di kayu salib, Dia kembali pada kemuliaan-Nya semula. Memerintah seluruh alam semesta dalam kemuliaan yang jauh melebihi para nabi bahkan para malaikat, karena Dialah Allah Pencipta alam semesta, melalui Sang Firman segala sesuatu diciptakan di dalam naungan Roh Kudus-Nya. Karena itu, sudah selayaknya jika kita mengaku diri sebagai orang percaya, hendaknya menempatkan Tuhan Yesus Kristus menjadi yang terutama di hidup kita, sebagaimana tempat yang dimiliki-Nya di alam semesta ini. Mengasihi-Nya lebih dari yang paling kita kasihi, bersandar kepada-Nya lebih dari seluruh sandaran yang kita andalkan dalam hidup kita, singkatnya kita menjadikan Dia segalanya bagi kita. Dan terus mengarahkan pandang kita kepada-Nya, mengejar keserupaan dengan-Nya, sehingga hidup kita dipulihkan hari demi hari, terus bertumbuh dan makin serupa dengan Gambar Allah sendiri sebagaimana ketika kita diciptakan-Nya. Amin.
Ev. Franky Oktavianus Nugroho
26 Januari 2021