Renungan 22 Februari 2021

Berbicara Kepada Tuhan

Hakim 11: 4 -12

Tetapi Yefta membawa seluruh perkaranya itu ke hadapan TUHAN, di Mizpa (Hakim 11:11)

Yefta tidak berani mengambil keputusan penting di dalam hidupnya sebelum ia berbicara kepada TUHAN di Mizpa. Ia memilih Mizpa, karena di sanalah leluhurnya, Yakub, membuat perjanjian dengan Laban dan mendirikan tempat ibadah bagi Tuhan (Kejadian 31:49). Yakub lama berbicara dengan Tuhan di Mizpa untuk memperoleh peneguhan kelanjutan perjalanannya untuk menemui Esau. Yefta memerlukan tempat khusus (sakral) untuk berbicara dengan TUHAN.

Yefta yang terlahir dari perkawinan yang “buruk” ternyata memiliki sense rohani yang tinggi. Bahkan profesinya sebagai “perampok” harta musuh, toh masih tetap memiliki prinsip religius untuk memutuskan segala tindakannya di hadapan Tuhan. Ia perlu berbicara kepada Tuhan untuk meneguhkan keputusan tua-tua Gilead tentang tugas sebagai Panglima dan Gubernur sekaligus untuk menumpas bani Amon.

Menarik memperhatikan frasa “membawa seluruh perkaranya” dalam bahasa Ibrani demikian wayedaber yiftakh et cal devarayu lifney yhwh bamitspah diterjemahkan “dan Yeptah sungguh2 telah membicarakan seluruh perkataannya di hadapan Tuhan di Mizpa”. Kata “membicarakan” dalam bentuk kata kerja piel. Yeftah berkomunikasi intens dengan Tuhan. Jarak antara Tob dan Mizpa sangat jauh. Ia datang ke mezbah Yakub hanya untuk berbicara mendengar suara dan kehendak Tuhan, tentang keputusan menjadi panglima dan kepala (pimpinan) daerah Israel.

Latar belakang kerinduan Yefta berbicara muka dengan muka di hadapan TUHAN adalah karena pecah perang antara Israel dan Amon (meletus, berkecamuk). Pasukan Israel tampaknya terpukul hancur. Orang Gilead mencarinya agar dapat membantu pasukan Israel. Namun ia tidak ingin gegabah. Ia mau mendapatkan kepastian akan penyertaan Tuhan dalam perang tersebut (ay 9). Ia pergi berlari ke Mizpa menumpahkan isi hatinya.

Tua-tua Gilead yang telah membencinya dan membuang Yefta, diminta menjadi panglima dan kepada atas Israel. Tokoh-tokoh daerah Gilead memintanya menjadi komandan militer (qatsiyn) dan kepala daerah (ro’sh). Tawaran yang tak terduga bagi Yefta. Daripada salah langkah tergoda untuk menduduki tahta, maka ia berlari ke Mizpa menemui Tuhan. Mereka berbicara dari hati ke hati. Yefta mendapat peneguhan untuk melanjutkan karyanya di Israel, mengusir bani Amon.

Berbicara kepada Tuhan:

  • Tuhan sudah tahu apa yang mau kita katakan, tapi DIA senang mendengar kata-kata doa kita
  • Tuhan bahkan sudah tahu motivasi dan alasan kita berbicara kepadaNya, tapi DIA bahagia ketika kita mendekat kepadaNya menyampaikan pergumulan batin.
  • Tuhan sudah tahu semua langkah hidup di masa depan, tapi DIA menginginkan pengakuan percaya kita.
  • Tuhan pasti melindungi kita yang percaya kepadaNya, namun DIA rindu kita menyampaikan permohonan penyertaanNya.
  • Tuhan pasti menolong anak2Nya, namun DIA ingin pengakuan kebersandaran kita kepadaNya.
  • DIA ingin kita berbicara kepadanya terus menerus.

Yefta tidak berani mengatakan ya pada permintaan manusia, menjadi panglima, menjadi kepala daerah (gubernur) tanpa konfirmasi dari Tuhan.

Remeh atau serius beban hidup, ringan atau berat persoalan hidup , gampang atau sulit liku-liki hidup datanglah berbicara pada Tuhan, sebab DIA pengatur, pengendali segala sesuatunya. Tuhan rindu berbicara dengan kita dari hati ke hati.

Ada orang yang dari luar tampak buruk, performanya tidak baik, bahkan terlihat jahat tindak tanduknya, terlihat mabuk kuasa dan “gila” jabatan”. Jangan terlau cepat menghakimi, tenyata ia adalah orang yang mengejar hadirat Tuhan yang senang berbicara dengan Penguasa Sorga yang menentukan masa depannya.

Salam senang berbicara batin ke batin dengan Tuhan Yesus

Tonny Mulia Hutabarat
22 Februari 2021

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *