PROKLAMASI PERDAMAIAN
— Sesudah itu segenap umat itu menyuruh orang membawa pesan kepada bani Benyamin yang ada di bukit batu Rimon, lalu memaklumkan damai kepada mereka —. (Hakim 21:13)
Fokus pada “lalu memaklumkan damai (Ibrani: syalowm) kepada mereka”. Proklamasi damai untuk seluruh umatNya. Konflik harus dihentikan.
Kitab Hakim2 ini ditutup dengan kisah perdamaian antara 11 suku Israel dengan suku Benyamin. Kisah yang manis walau sebelumnya mereka habis2an dikuasai emosi negatif terhadap saudaranya sendiri (pasal 21). Cerita pasal 1 – 21 dipenuhi dengan penumpahan “darah” ke “darah” untuk membinasakan nyawa atau untuk melestarikan keselamatan hidup.
Ending kitab Hakim, tua-tua Israel sepakat untuk mempertahakan dan melanjutkan kehidupan. Kepada pembaca disugukan kisah ilahi bahwa diakhir hidup yang harus diperjuangkan adalah damai, ketenteraman, kenyamanan, ketenangan, dan kelanjutan kepastian hidup di dunia ini.
Cerita di pasal 21 adalah perang saudara, kebencian, kejahatan dan saling membunuh. Dalam wakti singkat lenyap nyawa sekitar 145.000 jiwa. Kebiadaban jiwa yang dipenuhi kuasa dosa yang membuat suatu nyawa tak berharga. Di akhir kitab ini penyesalan tercurah untuk memberikan hidup damai kepada sesama mereka.
Selang waktu yang lama, ketika Israel menghadap (beribadah, menyembah) Tuhan di Mizpa muncul penyesalan dan kesedihan atas perang saudara (1-9). Ada rasa kasih, iba kepada suku Benyamin. Mereka memikirkan untuk memberikan gadis-gadis mereka untuk dinikahi pemuda Benyamin yang masih tersisa agar kehiduapn tetap bisa berlangsung dengan damai.
Akibat perang yang menelan korban sebanyak 145.000 jiwa maka terjadi krisis akan putusnya/ hilangnya suku Benyamin karena tidak ada penerus (10-12). Tua-tua Israel memberikan perintah untuk memukul Yabesh Gilead (karena tidak datang beribadah di Mizpa) untuk mengumpulkan/ mengambil 400 gadis perawan mereka dan di tempatkan di Silo. Nantinya gadis-gadis perawan ini dikumpulkan untuk diberikan kepada pemuda Benyamin dengan cara “melarikan” atau “merampas”. Suatu taktik unik sebagai kompensasi atas larangan Israel memberikan gadis2 mereka kepada pemuda2 Benyamin.
Israel mengupayakan permintaan damai kepada suku Benyamin, karena timbul rasa kasih (13-15). Perhatikan frasa “membiarkan hidup” [Ibrani: “natan hayah” {anugerah hidup} dan “kasihan” [Ibrani: “naham” = rahmat] adalah bentuk nyata perdamaian. Usaha yang ditempuh agar suku Benyamin tidak punah, setiap pemuda diminta melakukan pesan Israel yaitu melarikan anak gadis yg Silo untuk dijadikan isteri sehingga suku Benyamin tidak lenyap (16-24). Pemuda2 Benyamin menuruti pesan tua-tua. Sejak itu kota Benyamin dibangun kembali. Hidup damai pun dapat diteruskan.
Tua-tua Israel memasang “badan” untuk melindungi pemuda Benyamin ketika akan merebut gadis perawan tatkala ada perayaan tahunan di Silo. Mereka membuat peraturan sendiri demi melanjutkan generasi kaum Benyamin sebab pada zaman itu tidak ada raja di antara orang Israel; setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri (Hakim 21:25).
Ya, pemimpin-pemimpin (tua-tua) yang memiliki “tongkat” (kuasa) yang harus dipergunakan untuk menciptakan perdamaian, melestarikan kehidupan.
Kitab Hakim yang mengedapankan DAMAI (syalom). Ya, pembaca juga dipanggil menjadi PEACE MAKER …. yang senada dengan itu adalah “Blessed are the peacemakers : for they shall be called the children of God (Mat 5:9 KJV)”
Salam DAMAI …!
Ev. Tonny Mulia Hutabarat
21 April 2021