KEMENANGAN DAN KETIDAKBERDAYAAN

Hakim 7:9-15

Segera sesudah Gideon mendengar mimpi itu diceritakan dengan maknanya, sujudlah ia menyembah (Hakim 7:15) 

Gideon gelisah/takut karena ia harus menghadapi tentara Midian-Amalek sejumlah  135.000. Sementara Tuhan sudah meng-cut pasukannya dari 32.000 menjadi 300 orang. Dia gemetar walau sudah dijanjikan bahwa Tuhan menyertai dan akan menyelamatkannya. Bagaimana mungkin mereka bisa menang?

Ia harus tetap maju, sekalipun pasukannya telah dipangkas. Sebelum pergi berperang Tuhan mengajaknya “dolan’ (jalan-jalan) ke kemah tentara Midian (ay 9) pada malam hari. Cara Tuhan untuk melenyapkan ketakutan Gideon adalah memasuki sumber ketakutannya yaitu mendekati kemah tentara yang jumlahnya bagaikan pasir di laut (ay 12). 

Tuhan tetap mendorong Gideon dalam kelemahannya (ketakutannya) untuk memasuki kamp Midian. Gideon mengikuti bimbinganNya untuk berjalan (dengan hati2) masuk menyelinap ke pos penjagaan. Secara logika ini tindakan bunuh diri sebenarnya. Memasuki area musuh tanpa perlindungan adalah tindakan “gila”, “edan”. Ya, melangkah bersama Tuhan seringkali melampaui akal dan bisa jadi cara yang mencemaskan bagi kita, namun cara yang normal (biasa) bagi Tuhan. Gideon didorong untuk mengunjungi kamp musuh. Ia meminta Gideon melakukan hal yang sulit demi mendapatkan konfirmasi kemenangan. Hidup harus berjuang, tidak berlipat tangan dalam penyertaan Tuhan yang sempurna. Tuhan mengurus keraguan Gideon dengan penuh tangungjawab dan kelemahlembutan dengan mengutusnya masuk ke pos militer musuh, demi meyakinkan janji kemenangan. Kakinya yang gemetar akan berubah menjadi berani menerjang. 

Antara takut dan taat bercampur aduk. Ia tetap maju perlahan2 dengan seorang pelayannya, Pura (ay 10). Ia akan mendengar pembicaraan dua tentara. Mereka mengendap2 sampai di posko terdepan dari barak kemah militer Midian-Amalek (ay 11). Perasaan berjuta rasa campur aduk (takut-khawatir-ragu antara berani-tenang-aman), dimana  2  (Gideon dan Pura) menghadapi 135.000 namun Gideon dan Pura  bisa dengan aman (rasa tidak aman) mendengar jelas pembicaraan dua tentara. Tuhan melindungi mereka dari kecerobohan kaki yang tidak menendang kaleng sehingga mencurigakan bagi penjaga. Sangat senyap sehingga mereka dapat leluasa mendengar percakapan dua  tentara Midian. Kesenyapan dan kesuyian malam diciptakan Tuhan agar Gideon leluasa mendengar mimpi tentara. 

Tuhan berdaulat atas waktu dan ruang. Tentara Midian yang sigap, siaga tidak dapat mendeteksi Gideon. Mereka tidak dapat melihat dan mencium bau keringat Gideon (menuruni lembah pasti berkeringat). Ya, Tuhan mengendalikan situasi dengan cermat hanya untuk suatu pembelajaran iman bagi Gideon. Pelajaran iman dari musuh yang didengarkannya. Ternyata musuh sudah mendengar nama Gideon, mengenal Tuhan yang akan menyerahkan (menaklukkan) mereka. Mereka sudah tahu bahwa mereka pasti kalah di tangan Tuhan. Barangkali tentara ini sudah mendengar bisikan alam (wahyu umum) atau bisikan langsung dari sorga. Musuh dipakaiNya untuk menyampaikan berita kemenangan kepada Gideon sang pahlawan yang ketakutan. Musuh memberikan konfirmasi sukacita kepada Gideon dan Pura. 

Mimpi (penglihatan) menakjubkan mengenai sekeping roti jelai (ay 13-14). Roti yang sangat kecil, makanan (roti murah) orang kecil/miskin terguling ke kemah tentara musuh. Kata terguling, kata kerja pasif, berarti ada tenaga aktif yang mendorongnya. Sebenarnya ini tidak  masuk akal bagaimana roti kecil bisa jatuh (siapa yang menjatuhkannya?) dan berputar (siapa yang memutarnya) bagaikan roda untuk menggilas kemah2 dengan patok yang kuat. Mimpi di dunia timur kuno adalah alat pemberitahuan cara kerja Tuhan Yang Ajaib. Mimpi tentara adalah Tuhan memberitahukan bahwa ada Tenaga Ilahi yang memakai orang kecil/tak berdaya untuk merobohkan tenda2 Midian yang kuat dengan kekuatan kecil (pengandaian sekeping roti jelai). Dua tentara Midian-Amalek sudah mengetahui bahwa Tuhan menyerahkan (menaklukkan, memukul) mereka sementara Gideon masih ragu. Dua tentara ini bagaikan *Malaikat*  bagi Gideon yang berbicara padanya di malam gelap.  Tuhan menghiburkan dan menguatkan hati Gideon. Di area (di lembah kegelapan) musuh Gideon memperoleh konfirmasi kemenangan (ay 15). 

Tuhan mengijinkan Gideon menguping cerita mimpi dan interpretasi tentara Midian. Gideon berhasil memata-matai perkemahan musuh bahwa mereka akan menaklukkannya. Ia mendapat dukungan penuh dari Tuhan untuk mengalahkan musuhnya. 

Ketakutan tak pernah sirna dalam realita hidup beriman, mungkin kita pada masa kini menghadapi “kegentaran” yang berbeda, antara lain:

  1. usia bertambah tetapi kesehatan/imun tubuh menurun
  2. gelar/jabatan prestise bertambah tetapi penyakit bertambah juga
  3. harta bertambah tetapi kekhawatiran juga tidak berkurang

atau kita *tidak* menghadapi musuh 135.000 tentara yang kuat tetapi mungkin sedang menghadapi persoalan yang berbeda, antara lain:

  1. untuk gereja masa kini (2020) yang  mengandalkan jumlah jemaat besar (dibangga2kan) dan tiba2 Tuhan menguranginya/mengupasnya sampai sangat kecil sehingga kita hanya mengandakan Tuhan. Dan khawatir gereja akan *habis*.
  1. keuangan di bank yang terjamin, namun tak terduga Tuhan menguranginya secara drastis (raib), sehingga kebanggaan kita hilang demi membuat bergantung penuh pada DIA, bukan pada jumlah rupiah yang besar.
  1. wabah covid19 yang mengurangi jumlah pengunjung gereja, yang berpengaruh langsung kepada pemasukan persembahan yang mengkwatirkan pemenuhan biaya2 sarpras gereja, termasuk pembiayan atau tunjangan kehidupan para staff gereja. Akankah PHK terjadi di lingkungan para manager rohaniawan?

Pada awalnya Gideon memperbesar jumlah tentara, memperbesar logistik, mempebesar sukarelawan dari setiap suku, menambah jumlah tenaga, namun Tuhan mengurangi/memperkecil/memangkas/mengupas semua yang diperbesar agar dia mendapatkan iman, kepercayaan kepada Tuhan. Ketika Gideon mendengar konfrimasi kemenangannya, ia hanya sujud menyembah Tuhan (ay15). Inilah sebenar inti berita perikop ini *kita diperkecilnya (sampai hampa) hanya untuk menyembahNya, Tuhan Yesus, seumur hidup”

Para rohaniawan, mahasiswa teologi ingin memperbesar IPK-nya (mahasiswa menjadi minder kalau IPK-nya kecil, bukan karena kebodohannya), memperbesar link popularitasnya agar cepat mendapat lahan kerja. Hamba2 Tuhan ingin (antusias) memperbesar jumlah khotbah kelilingnya dan ingin memperbesar pendapatan keuangannya, antusias (mati2an) menambah jumlah pengunjung mingguannya, memperbesar kemakmurannya dll. Dosen2 teologi ingin memperbesar gelar dan jabatannya. Hati2! Tuhan akan mengempeskannya suatu saat secepat kilat. Tuhan dengan segala caranya akan mengurangi kekuatan kita, merendahkan sandaran2 kita, membuat kita semakin lebih sedikit/berkurang agar kita semakin mengandalkan Dia sepenuhnya. Tuhan melakukan pengurangan2 dalam diri kita untuk menghempaskan kecongkakan kita, mencekik kesombongan kita agar kita selalu datang mengandalkan DIA, agar kita hanya sujud dan menyembah DIA (ay 15). Tuhan menggunakan kelemahan Gideon agar ia sepenuhnya bergantung kepada Tuhan. 

Kita “dikecilkanNya” agar kita menyembahNya

Kita “dikurangiNya” agar kita bergantung kepadaNya

Kita “dipangkasNya” agar kita melekat padaNya

Kita “diminimkanNya” agar kita membesarkanNya

Kita “dikempeskanNya” agar kita mencariNya

Kita “dikeratNya” agar kita memuliakanNya

Salam mengecil dan memaksimalkan daya kebergantungan kepada Tuhan

Ev. Tonny Mulia Hutabarat

18 Januari 2021