TUHAN MENGHENTIKAN KEJAHATAN
Hakim 9: 50-57
Sistem korban keselamatan dalam hukum Musa selalu menuntut korban kematian, berupa binatang. Dan setelah terjadi rekonsiliasi maka dituntut etika hidup suci. Dan bilamana tuntutan itu tidak dilaksanakan maka Tuhan akan bertindak dengan caranya sendiri. Misalnya nyawa diganti dengan nyawa. Teks yang kita baca kali ini, Tuhan berkarya membalas kejahatan Abimelek yang melampaui batas-batas kemanusiaan dengan menyusupkan roh (kekuatan) jahat pada dirinya.
Abimelek dengan segala kuasa yang dimilikinya memperluas daerah jajahannya (ay 50). Dalam kepemimpinannya ia sangat biadab dengan membakar menara yang dipenuhi warga kota (ay.52). Kejahatannya hanya dapat dihentikan oleh seorang wanita yang memecahkan kepalanya dengan batu (ay 53). Dan dalam keadaan sekarat, ia meminta untuk dibunuh oleh pasukannya sendiri (ay 54). Matinya Abimelek semacam pembalasan karena kejahatannya sendiri dan pemenuhan nubuat Yotam (ay 20). Sejak itu berhentilah kelaliman di Israel.
Peristiwa ini dimaknai oleh penulis kitab Hakim-hakim sebagai pekerjaan Tuhan untuk menghentikan kejahatan Abimelekh dan orang Sikhem (ay 56,57). Disini kita tahu bahwa Tuhan mengontrol jalan hukum atau penghakiman kepada kejahatan yang teroganisir. Tuhan segera memotong karir Abimelekh agar tindak kriminalitas tidak berkembang di tanah suciNya.
Memang Abimelek dibunuh bukan dengan api, tetapi terlihat jelas kedaulatan Tuhan yang nyata untuk pribadi si jahat agar bangsa Israel dapat kembali beribadah kepadaNya dan memiliki relasi yang benar dengan Tuhan. Di dalam kebusukan moral Abimelekh, Tuhan tetap bekerja dalam hidup orang Israel untuk menunjukkan kemurahanNya, dimana anugerahNya mendatangkan keuntungan dan kehidupan. Satu mati untuk kehidupan banyak orang Israel.
Tuhan Yang Maha Murah harus juga menjalankan keadilannya untuk menghukum semua dosa-dosa bejat manusia. Sebagaimana di atas Kalvari, Yesus harus dikorbankan sampai mati untuk melenyapkan kuasa kejahatan umat manusia. Ia harus menebus dengan kasihNya untuk menghancurkan kuasa dosa.
Sampai sekarang (2021) kejahatan masih sedang berlangsung dan merajalela, entah diorganisir kelompok orang atau atas nama pribadi. Ironinya ada kejahatan masif yang didasarkan atas nama agama, ideologi. Kejahatan politik, kejahatan ekonomi, kejahatan teknologi, hampir di semua bidang selalu ada. Manusia mengeluh tanpa dapat berbuat menghentikannya. Lembaga keamanan resmi, legal (pemerintah) pun tidak dapat berbuat banyak, sebab hampir setiap saat ada saja kejahatan di setiap daerah. Tuhan secara tersembuyi bergerak membasmi (melumpuhkan) kejahatan (tertentu) yang membahayakan kehidupan orang banyak, dengan caraNya sendiri.
Di sekitar kita banyak bergentayangan “roh2” kejahatan jangan sampai batin kita disusupinya, dirasukinya, diracuninya. Bila hati manusia sudah dicemari benih kejahatan di jiwanya, ia harus datang meminta Tuhan “membasmi” agar hatinya bersih dan memperoleh roh kebenaran.
Gereja (umat Tuhan) selalu juga terancam dari banyak pembenciNya. Orang-orang percaya berdoa memohon agar pelaku kriminal berhenti melakukan aksinya. Di beberapa tempat, gereja mengalami penganiayaan untuk maksud pemurnian dan untuk menggenapi rencanaNya. Namun sebagian besar gereja (umatNya) dilindungiNya dari tindak kejahatan.
Rasul Petrus mengingatkan orang percaya yang sudah lahir baru agar sadar terhadap kekuatan jahat yang menggempur “bayi2” rohani … : “Karena itu buanglah segala kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah”. (1Pe 2:1). Agar kiranya nasehat bijak sekalipun yang keluar dari perkataan orang percaya tidak ada modus dan motiv kelicikan, kemunafikan, kedengkian dan fitnah yang tersebar.
Ev. Tonny Mulia Hutabarat
12 Februari 2021