Pernikahan Yang Diberkati — Markus 10:1-16

LD Tonny Mulia Hutabarat
Rabu, 18 September 2024

Pernikahan Yang Diberkati — Markus 10:1-16

Verily I say unto you, Whosoever shall not receive the kingdom of God as a little child, he shall not enter therein (Mark 10:15 KJV)

Perikop 10:1-16 bukan pesan tentang menentukan kapan perceraian diperbolehkan. Yesus sedang mengajarkan tentang pernikahan yang diberkati dan anak-anak kecil yang diberkati.

I. Pernikahan yang Diberkati (1-12)

Yesus mengajar tentang prinsip hidup kerajaan sorga di pasal sebelumnya 1-9. Konteks yang paling dekat adalah menjadi seorang murid harus menyangkal diri dan memikul salibnya (8:34)

Salah satu yang harus disangkali dan perlu menyalibkan diri dalam perikop ini adalah mengenai nafsu bercerai dengan pasangan. Yesus sangat menentangnya. Bahkan Musa pada awalnya tidak menyetujuinya. Farisi menghadapkan “surat cerai” yang dikeluarkan Musa yang membuat partai2 agama Yahudi melegalkan perceraian yang padahal menurut ordo penciptaan dilarang keras bercerai kecuali karena kematian.

Cerita terdekat di Markus, Yohanes Pembaptis mengkritik Herodes yang mengambil istri saudaranya hingga kepalanya dipenggal (6:18). Memberitakan pernikahan untuk setia pada pasangan menjadi jalan aneh hingga Yohanes harus dibunuh. Farisi pun mengupayakan pembunuhan karena berbeda dengan tradisi perceraian yang dipermisifkan.

Atas uji kritik Farisi terhadap Yesus, Dia mengarahkan mereka kembali kepada Alkitab PL dari Ulangan 24. Yesus tidak tertarik ke dalam perdebatan itu. Dan menyatakan bahwa kaum Farisi dan pengikut setuju perceraian adalah orang yang “keras hati”. Artinya mereka yang melakukan perceraian dengan segala alasan pembenaran adalah penolak Tuhan (firmanNya). Pernikahan adalah ide TUHAN: menjadi satu daging.

Pernikahan adalah urusan Tuhan. Pernikahan bukan hanya tentang dua orang yang bersatu. Pernikahan disahkan dan diberkati oleh Tuhan sebagai perjanjian suci, perjanjian yang mengikat antara pria dan wanita untuk saling melindungi, memenuhi kebutuhan, dan mencintai selama mereka berdua hidup. Inilah tujuan Tuhan untuk pernikahan yang diberkati. Yesus berkata, “Karena itu, apa yang telah dipersatukanNya, tidak boleh diceraikan manusia.”

Yesus tidak berbicara kepada mereka tentang perceraian. Jelas, Yesus tidak senang dengan budaya perceraian yang dialaminya. Perceraian adalah konsekuensi yang menyakitkan dan berat bagi orang-orang yang telah jatuh. Mengapa orang bercerai? Alasan utamanya bukan karena perselingkuhan tetapi karena: (1) Tidak ada komitmen/pengorbanan (2) Pertumbuhan dan perubahan perkembangan yang berbeda (3) Perubahan siklus hidup (4) Faktor situasional (5) Masalah individu (6) Urusan pribadi.

Semua alasan perceraian ini dapat diatasi dengan komitmen serius untuk menghormati perjanjian pernikahan di hadapan Tuhan. Jadi pertanyaan yang lebih besar adalah mengapa orang menikah. Berikut adalah 5 mitos umum yang dipercayai orang sebelum menikah: (1) Harapan kami berdua sama (2) Hubungan akan tumbuh dan menjadi lebih baik (3) Kita akan mengatasi hal buruk/sulit (4) Kita akan selalu merasakan dan mengalami cinta, gairah, keintiman dan komitmen (5) Bahagia selamanya… (seperti banyak film).

Yesus mengajarkan tujuan awal dan ideal Tuhan tentang pernikahan berdasarkan Kitab Kejadian pasal 1 dan 2. Perceraian tidak dapat membalikkan proses pernikahan. Dalam perceraian, seseorang menjadi dua bagian, yang keduanya tidak lengkap dan terkoyak. Putusnya ikatan pernikahan adalah pengalaman traumatis yang meninggalkan luka permanen, karena tidak akan pernah melupakan pasangan pernikahan.

Seorang sarjana Kristen meringkas pernikahan yang kuat menjadi satu unsur penting: mereka MEMPERBAIKI dengan baik. Setiap hubungan memiliki masalah dan tantangan yang mengakibatkan kerusakan. Pernikahan yang kuat dan hubungan yang kuat mengatasi perbedaan melalui komunikasi yang penuh rasa hormat, dan memberi serta menerima pengampunan.

II. Anak-anak kecil yang diberkati (13-16)

Pada saat Yesus membahas topik pernikahan dan perceraian yang serius dan berat. Orang-orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus agar Yesus meletakkan tangan-Nya atas mereka dan memberkati mereka.

Seperti yang kita ketahui, anak-anak terkadang sangat menggemaskan dan membuat kita tersenyum, tetapi mereka juga bisa sangat menyebalkan dan mengganggu, terutama saat mereka menginginkan sesuatu dan mengamuk. Selain itu, mereka umumnya tidak terlalu membantu dalam menyelesaikan tugas-tugas besar atau memecahkan masalah-masalah sulit. Mereka terlalu lemah dan terlalu bodoh.

Yesus berkata, “Barangsiapa menyambut salah seorang dari anak-anak kecil ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku; dan barangsiapa menyambut Aku, bukan Aku yang menyambut Dia, melainkan Dia yang mengutus Aku.” — 9:37

Mengapa kerajaanNya adalah milik anak-anak kecil? Anak-anak pandai menerima. Mereka menerima hampir apa pun yang ingin kita berikan kepada mereka, karena mereka percaya pada kasih pemberi, dan mereka ingin tahu. Anak-anak kecil lemah dan rentan. Mereka ingin seseorang melindungi mereka, memberi mereka nafkah, dan mencintai mereka. Perlindungan, pemberian nafkah, dan kasih sayang adalah 3 hal yang dibutuhkan dan seharusnya dimiliki semua orang dan harus belajar memberi saat kita dewasa.

Ada alasan lain mengapa Yesus memberkati anak-anak kecil. Alasannya adalah karena mereka datang kepada Yesus atau dibawa kepada Yesus untuk mendapatkan berkat-Nya. Yesus senang memberkati mereka yang datang kepada-Nya dengan rendah hati, sebagaimana adanya, untuk mendapatkan berkat-Nya. Yesus mengundang kita untuk datang kepada-Nya, dengan iman dan kerendahan hati. Yesus menjadikan anak-anak kecil sebagai standar untuk surga.

Orang-orang Farisi datang untuk menguji, menjebak, mempermalukan dan mengalahkan-Nya. Mereka merasa terancam oleh Yesus. Mereka tidak siap untuk menyerahkan apa pun. Tidak terbuka untuk menerima Yesus. Orang-orang Farisi tidak percaya dan keras hati. Sebaliknya, anak-anak kecil itu percaya dan berhati murni.