LD Tonny Mulia Hutabarat
Kamis, 30 Mei 2024
Pasangan Seiman — 2 Korintus 6:14
Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?
Umat Kristen di Korintus hidup di tengah masyarakat yang sangat duniawi, tidak bermoral dan penyembah berhala. Gereja Korintus terpenaruh dengan situasi ini. Paulus menggunakan argumen kuat untuk meyakinkan hubungan mereka dengan Tuhan. Menuntut perubahan radikal dalam hubungan mereka dengan orang-orang yang tidak beriman.
Kontras antara Tuhan dan orang-orang kafir ditunjukkan dalam lima perbandingan yang mencolok secara retoris: (1) Kebenaran dan Ketidakbenaran, (2) Terang dan Kegelapan, (3) Kristus dan Belial, (4) Orang Beriman dan Kafir, (5) Bait suci dan Berhala. Jawaban untuk semuanya jelas – Tidak ada! Tidak boleh ada persekutuan, tidak ada kerukunan, tidak ada bagian dan kesepakatan di antara keduanya. Oleh karena itu hubungan kita dengan Tuhan menuntut perubahan dalam cara kita berhubungan dengan orang-orang yang tidak percaya.
Percaya Kristus artinya masuk ke dalam hubungan perjanjian yang permanen, tidak dapat dipatahkan dengan-Nya. Kita mungkin masih menikmati kebersamaan dan percakapan satu sama lain untuk sementara waktu, namun ketika kita bertumbuh dalam kasih kita kepada Kristus, sementara sebagian besar teman kita yang non-Kristen tetap tidak mau menerima Injil, perpisahan yang menyakitkan pasti akan terjadi.
Tuhan tidak pernah bermaksud agar kita mengasingkan diri sepenuhnya dari masyarakat. Nyatanya Tuhan ingin kita tetap berada di dunia, dan menjadi garam dunia dan terang dunia (Matius 5:13,14). Karena hanya melalui hubungan mereka dengan kita mereka akan mempunyai kesempatan untuk belajar tentang Kristus dan diselamatkan.
Namun meskipun Tuhan ingin kita berada di dunia, Dia juga ingin kita berhati-hati agar tidak menjadi bagian dari dunia (Yohanes 17:15,16). Artinya, pada akhirnya kita harus menjaga keseimbangan dalam hubungan kita dengan mereka. Di satu sisi kita harus cukup dekat dengan mereka untuk mempengaruhi mereka bagi Kristus, namun di sisi lain kita tidak boleh terlalu dekat dengan mereka sehingga kita bisa terpengaruh oleh mereka sehingga menjauh dari Kristus. Mencapai keseimbangan ini bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan.
Ttidak boleh membiarkan siapa pun mengkompromikan hubungan kita dengan Tuhan, meskipun mereka adalah orang yang sangat dekat dengan. Ingat pelajaran dari Raja Salomo dari masa keemasan dan jatuh dalam kegelapan karena dipengaruhi huungan yang buruk dengan orang non percaya. betapa pun besarnya keinginan anda untuk menyenangkan orang yang anda kasihi (teman, kerabat, rekan kerja, teman kuliah, pacar) tidak boleh mengkompromikan kesetiaan kepada Tuhan.
‘Kencan misionaris’ (dia bermaksud akan membawanya menjadi Kristen) lebih sering tidak membawa hasil walau ada satu dua yang berhasil. Kebanyakan prosesnya, kehidupan rohani orang percaya mengalami kemunduran yang parah.
Titik kritis ketika iman orang-orang Kristen yang lajang diuji adalah ketika persahabatan melewati batas dan berubah menjadi hubungan pacaran, suatu hubungan yang sampai batas tertentu bersifat eksklusif.
Ketika seorang Kristen dengan sengaja mengawini seorang non-Kristen, ia telah terjerumus ke dalam dua kesalahan besar: (1) orang Kristen tersebut telah melanggar perintah Tuhan. (2) orang Kristen telah melanggar Dasa TitahPertama, “Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.” Karena dia telah menjadikan orang berdosa yang tidak suci dan belum diselamatkan sebagai sasaran kasih yang lebih besar daripada TUHAn, dia telah mengejek TUHAN di hadapan-Nya!
Pemikiran mendasarnya adalah: “apakah pasangan saya (teman hidup) adalah pasangan yang Tuhan inginkan saya nikahi sesuai dengan firman Tuhan”. Apa yang harus dilakukan jika sudah menjalin hubungan pacaran dengan orang non-Kristen? Meski putus cinta akan menjadi pengalaman yang menyakitkan, namun lebih baik menanggung rasa sakit itu daripada mendukakan Tuhan.