I Samuel 2:27-36
Peran “a man of God” (versi JPS, KJV, NAS), abdi Allah (LAI) mengoreksi kesalahan fatal Imam Eli. Tidak disebutkan namanya. Ia sudah mengamati perilaku menyimpang Imam Eli dan harus memberikan ultimatum. Perhatikan cara ironi koreksinya dengan memproklamasikan perbuatan ajaib masa lalu bagi umat Israel, secara theologis:
a. Makna pernyataan “Aku menyatakan diri-Ku kepada nenek moyangmu”. Tuhan sangat mengasihi umatNya dan mempertaruhkan reputasiNya di hadapan Firaun. Tetapi sekarang Imam Eli tidak mengasihi Israel bahkan menggemukkan dirinya sendiri. Padahal tugas seorang imam adalah mengasihi dan mempertaruhkan seluruh hidupnya agar melalu pelayanan imam semua umat datang mengenal Tuhan. Tuhan dimasa lalu merangkul, memelihara, menjaga, melindungi umatNya dari waktu ke waktu sampai mereka memasuki tanah Perjanjian. Eli justru dengan merendahkan dan mencuri kurban persembahanNya, merusak, menghancurkan sendi-sendi iman dan nilai religius sakral yang telah ditetapkanNya. Abdi ini mengingatkan bahwa dalam sejarah panjang perjalanan Israel dari Mesir, padang gurun sampai tanaah Kanaan banyak yang dihukum mati karena penyelewengan, pemberontakan kepada ketetapan Tuhan mengenai ibadah.
b. Makna pernyataan “Aku telah memilihnya dari segala suku Israel menjadi imam bagi-Ku”, Tuhan tidak memandang syarat kualifikasi Israel untuk menjadikan mereka anak-anak kerajaan sorga agar mereka menjadi saksi, mediator untuk memproklamasikan namaNya di seluruh dunia. Eli dan keluarganya menindas pemilihan itu. Mereka merusak reputasi imam sebagai mediator dan fasilitator keharuman namaNya di tanah Israel. Tuhan memilih imam-imam dengan kemurahan hati Tuhan, namun Eli dan keluarga memandang “murahan” tugas pelayanan itu. Siapakah kita hamba-hamba Tuhan pada masa kini yang menganggap sepele pelayanan di gereja saat ini. Tidak serius melaksanakan tugas-tugas rutin. Menganggap enteng pelayanan. Tuhan ingin agar kita melaksanakan tugas pelayanan rutin dengan serius sungguh secara rutin dalam masa jabatan pelayanan kita. Atau tak berjabatan pun harus dilakukan dengan sikap hormat dan mulia semua pelayanan. Tuhan memilih menjadi imam adalah suatu kehormatan yang paling agung dan status ini harus dijaga seumur hidup.
Dengan dasar theologis pewahyuanNya dan pemilihan Israel diatas (poin a dan b) menjadi acuan “A Man of God” ini untuk mengoreksi dan menyampaikan disiplin kerasnya (kritik “pedas”):
a. Koreksi dosa Eli dan anaknya
1) Ketika mempersembahkan korban persembahan, (ay 29a), Eli atau pun anaknya pernah menendang (Ibrani: tiv’atu artinya kamu sekalian pernah menendang atau menginjak2), menghina, mengeluhkan, meremehkan kurban. Perhatikan dasar nasehat abdiNya, bahwa seorang imam adalah pilihan khusus untuk melakukan pelayanan dengan benar dan baik. Mestinya ketika seorang imam mempersembahkan kurban dan masuk ke ruang kudus dan maha kudus Bait Suci dengan cara yang tidak sopan (tidak beretika) sudah mati di tempat. “A Man Of God” datang ini mengingatkan Eli dimana ia sudah tahu bahwa ia harus dihukum mati Tuhan karena oleh perbuatannya yang sangat keji (menendang). Bagi saya menendang kurban persembahan = melawan Tuhan. Namun mengapa tidak langsung mati ditempat. Karena Tuhan masih memberikan kesempatan untuk bertobat, tetapi ternyata ia tetap mengabaikan peringatan itu. Sehingga abdiNya sekali lagi datang menyampaikan hukuman yang tak dapat ditunda. Pertanyaan yang tersisa bagi saya adalah: “Mengapa Eli menendang kurban persembahan Tuhan?”. Adakah orang-orang masa kini yang dipanggil melayani Tuhan masih “menginjak” kurban persembahan pelayanan Tuhan? [kiranya Tuhan akan membuka jawaban atas pertanyaanku ini]. Tindakan tersebut adalah sikap tidak sopan, tidak hormat, sikap preman, sikap jahat, sikap iblisi, sikap anti Tuhan. Tugas Yang Mulia ini yang dianugerahkan Tuhan kepada Eli dan keluarga dianggap sampah, kotoran yang harus ditendang dan disingkirkan. Mereka menolak tugas pelayanan rutin yang memberatkan itu. Bayangkan setiap hari mereka membelah perut binatang dari ratusan kurban orang-orang, mungkin ada saatnya mereka lelah, stress, bosan, jemu dan akhirnya mereka pernah berkali-kali menendang korban sembelihan itu. Mereka jemu dan bosan melayani/mengerjakan pekerjaan seperti itu. Saya menjadi sangat berhati-hati dengan point ini, ketika mengerjakan pekerjaan pelayanan di gereja untuk setiap hal kecil dan besar harus dikerjakan dengan hati yang bersukacita dan rasa hormat yang tinggi kepada Tuhan.
2) Lebih menghormati manusia (anaknya) dari pada Tuhan, (ay 29b). Anak penting, keluarga penting. Namun yang lebih penting dan utama adalah TUHAN. DIALAH TUHAN SEGALANYA. Kepentingan Tuhan dan kelaurga tidak dapat disejajarkan atau kepentingan keluarga di atas kepentingan Tuhan. Sebagai seorang hamba Tuhan siapakah yang harus saya dahulukan, utamakan. Secara teoritis adalah Tuhan. Dalam praktek dan kenyataan saya harus mengutamakan Tuhan di atas kepentingan keluarga dan anak. Sekalipun akan terjadi konflik kepentingan. Jemaat akan melihat segala gerak-gerik saya entah kah saya lebih menghormati anak-anak/istri atau menomorduakan Tuhan. Saya harus mampu mengabaikan mereka demi hormat kepada Tuhan. Tak mungkin saya menyenangkan keduanya. Saya harus lebih menyenangkan hati Tuhan.
3) Menggemukkan diri dari kurban persembahan (ay 29c). Salah satu musuh terberat dari hamba-hamba Tuhan adalah masalah perut yang akan berkaitan dengan kerakusan, keegoisan, hawa nafsu. Tanpa pengendalian diri yang ketat terhadap kebutuhan perut. Perut menjadi sumber dosa dan perut menjadi “allah”. Perut sangat berkaitan dengan materialisme. Perut yang tak terkendali menjadi “neraka”. Hamba-hamba Tuhan masa kini banyak jatuh karena kebutuhan pemuasan perut. Maka kantong kolekte dicuri, dimanipulasi, dsb. Maka dalam hal ini menggemukkan perut (buncit) hamba-hamba Tuhan harus melatih diri untuk mengosongkan (perut) diri dengan banyak berpuasa (minimal mengurangi makan dan minum). Ahli gizi mengatakan lemak dipinggang yang tak dikendalikan akan membuat orang semakin doyan makan. Sekalipun kenyang bila mencium aroma makanan, maka syaraf-syaraf di pinggang akan menstimulasi otak untuk menggerakkan pikiran untuk makan. Dosa terbesar di padang gurun adalah dosa hal makanan. Dalam konteks pelayanan Eli , kurban-kurban daging domba, lembu sangat tergoda untuk dijadikan soto, rawon, sate, gulai, panggang dll. Penulis kitab ini dengan sangat ironi menyatakan bahwa Eli menggemukkan diri. Ia sengaja melampiaskan hawa nafsunya. Tidak ada rem, tidak ada pengendalian diri terhadap perut dan makanan. Kita harus terus berjuang dalam hal kecil tentang pengendalian diri perut dan hawa nafsu makanan yang membawa malapetaka dalam pelayanan. Semoga kami mawas diri terhadap salah satu tujuh dosa maut ini, kerakusan atas makanan daging.
4) Merampas persembahan umatNya (ay 29d). Seluruh persembahan adalah milik Tuhan. namun dengan kuasa keimaman Eli, ia mengatasnamakan kuasa jabatannya yang notabene rohani merampas yang bukan haknya.
5) Menghina Tuhan (ay 30), kata menghina disini sama dengan istilah diawal yaitu menendang kurban. Berarti menginjak kurban sama dengan menghina Tuhan. Meremehkan kurban adalah penghinaan kepada Tuhan. Mengapa? pelayanan kurban adalah ketetapan dan rencana Tuhan agar umat datang menyembah dan berskutu denganNya. Tetapi Eli menendangnya. Menjauhkan kurban umat dari Tuhan. Inilah penghinaan terbesar. Imam ditetapkan sebagai sarana/fasilitator agar umat bisa dekat dengan Tuhan. Tetapi Eli menendangnya sejauh mungkin. Eli tidak berfungsi sebagaimana mestinya dalam pelayanan keimaman.
b. Hukum dosa kepada Eli dan anaknya:
1) Janji keluarga hidup selamanya dibatalkan (ay 30)
2) Keluarganya akan direndahkan. Generasinya akan dilenyapkan. Keturunan Eli akan dimusnahkan dari muka bumi.
3) Mematahkan tangan Eli dan keluarganya (ay 31)
4) Melihat kebaikanNya sebagai musuh (ay 32)
5) Seseorang akan ditinggalkan untuk merusak mata dan jiwa sampai merana (ay 33)
6) Semua keluarganya akan mati oleh pedang
7) Hofni dan Pinehas akan mati pada hari yang sama (ay 34). Dalam tradisi masyarakat Timur Tengah Kuno ini adalah kematian yang tidak wajar, menyakitkan dan hukuman ilahi. Bagi keluarga ini hal yang memalukan.
8) Kalau pun ada keluarga yg tersisa akan menjadi pengemis (ay 36), keadaan yang sangat tragis. kutuk diterima oleh generasi selanjutnya.
c. Ada jalur keturunan lain untuk meneruskan pelayanan Tuhan di Israel. Tuhan akan memakai orang lain untuk menggenapkan kehendakNya. Tuhan tak dapat gagal kalau orang kepercayaannya fail melaksanakan amanatNya.
1) ada seorang imam yang baik menggantikan
2) hidup sesuai kehendakNya
3) Tuhan membangun keturunannya yang setia
4) hidup dihadapan yang diurapiNya
d. Peran “A Man Of God”
- Istilah “A Man Of God” sering dikenakan kepada nabi. Gelar mereka sering disebut bervariasi dalam PL, antara lain abdi Allah, pelihat Allah, wakilNya, perantaraNya, utusanNya. Penulis kitab ini tidak menyebut namanya. Entah apa maksud penulis. memang banyak nabi yang dipakai Tuhan, yang dikenal/disebut namanya atau tidak. Peran mereka hanya menyampaikan Firman Tuhan, dalam bentuk:
> pernyataan kehendakNya, penjelasan kehendakNya
> menyatakan hal-hal yang akan datang
> menyampaikan hukuman, menyampaikan kritikan
> menegur langsung kepada pribadi atau publik
> menyampaikan khotbah
> menyampaikan orasi.
- Peran kritik dan menghukum untuk imam Eli dan keluarganya:
> Kesalahan tidak boleh dibiarkan merajalela, pembiaran adalah kemunafikan
> Dosa pemimpin rohani yang terang2an di publik harus dihentikan. biasanya kaum rohaniawan bila ditegur akan membela diri. maka belajar dari A Man Of God ini, teguran2 harus disampaikan secara theologis etis.
> Membongkar dan memberitahukan dosa rohaniawan juga disampaikan Tuhan melalui rekan kerja rohaniawan (A Man Of God).
> Peran menilai kekeliruan etika pelayanan imam harus dilaksanakan akan tidak semakin merusak pelayanan Tuhan yang lebih besar.
> Peran memangkas imam yang tidak bertumbuh bahkan bersifat meracuni sangat dubutuhkan. Fungsi A Man Of God adalah memotong pelayan yang tak dapat menghasilkan buah kebenaran sorgawi.
Mendengar Nasehat dari Hamba Yang Anonim (tanpa nama)
Ev. Tonny Mulia Hutabarat
24 November 2021