Minggu, 12 Februari 2023 – Ev. Tonny Mulia Hutabarat
Dikuduskanlah Nama-Mu (Matius 6 : 9c)

Yesus mengajar sikap tubuh yang datang ke hadapan Tuhan dalam doa, harus dimulai dengan
TUHAN. Pernyataan “dikuduskanlah nama-Mu” membawa kita keluar dari diri kita sendiri, keluar dari
kebutuhan kita, keluar dari visi kita yang terbatas, dan hanya memusatkan hidup kita pada Tuhan. Doa Bapa
Kami membawa kita keluar dari panggung utama kehidupan Kristiani kita dan menegaskan bahwa
panggung itu adalah milik Tuhan. Bukan kisah kita tetapi kisah Tuhan dan kita dipanggil ke atas panggung
untuk memainkan peran kita dalam drama agung-Nya. Seruan doa dikuduskanlah nama-[Mu mengingatkan
doa Kristiani tidak dimulai dengan melihat jauh ke dalam pusat kita, perasaan kita, pengalaman kita atau
harapan pribadi kita, tetapi dengan memusatkan pandangan kita pada TUHAN. Kita datang ke hadapan
wajah TUHAN (Coram Deo). Ketika mata kita tertuju kepada Tuhan, maka kita dapat melihat hidup dan
kebutuhan kita.
Ketika berdoa “Dikuduskanlah nama-Mu , dimulai dengan mengakui bahwa TUHAN kudus. Awal
kerendahan hati dan pengakuan dosa. Maka frasa ini mencakup permintaan pengampunan dosa secara
teratur. Melihat Tuhan Yang mahasuci maka kita pasti melihat diri kita yang najis.
“Dikuduskan nama-Mu” lebih dari sekedar pengakuan, tetapi permintaan yang mengungkapkan
identitas-Nya. Kita meminta agar Tuhan dikenal sebagaimana Ada-Nya. Bahwa identitas-Nya, yang
terungkap dalam nama-Nya, akan diungkapkan di hadapan dunia. Semua cara Tuhan itu suci, berbeda dari
kita, dipisahkan dari kita, dan akan diketahui dunia. Dengan kata lain, Dikuduskanlah nama-Mu adalah cara
untuk mengatakan keinginan kita kepada dunia agar mengetahui kebesaran, kekuatan, dan kebaikan dan
betapa sucinya Tuhan kita.
Kita, orang percaya, yang adalah milik Kristus, dipanggil untuk hidup sedemikian rupa sehingga
nama Tuhan dimuliakan dan tidak dipermalukan melalui kita. Tindakan-tindakan Kristen, tidak
mencemarkan nama Tuhan. Orang Kristen tidak mencuri, tidak menipu, tidak membunuh, tidak bergosip
atau memfitnah, bukan karena kita pikir kita lebih baik dari orang lain atau mencoba mendapatkan poin dari
Tuhan. Sebaliknya, hanya untuk menghormati Bapa.
“Dikuduskanlah nama-Mu”, artinya mengakui TUHAN kudus; TUHAN terpisah/berbeda dengan
yang lainnya, dan pengakuan penghargaan pada TUHAN yang mahasakral. Tidak ada yang bisa
menyucikan nama Tuhan. Nama Tuhan itu suci tak terlukiskan. Tidak ada yang bisa menambah kekudusan
atau menguranginya. Tapi ketika kita mengatakan, “Dikuduskanlah nama-Mu,” bahwa kita ingin dunia
melihat-Nya sebagaimana Ada-Nya bahwa TUHAN MAHABESAR. alat untuk memperlihatkan benda
menjadi besar ada dua yaitu mikroskop dan teleskop. Pemazmur berkata kita harus memperbesar Tuhan
seperti teleskop dan bukan seperti mikroskop. Kita tidak membuat Dia lebih besar dari sebenarnya, tetapi
kita melihat Dia mahaagung, mahasuci, mahabesar yang sebenarnya. Jadi ketika kita berdoa,
“Dikuduskanlah nama-Mu,” kita tidak menjadikan Tuhan lebih suci tetapi mengakui kekudusan, keagungan,
kemuliaan TUHAN sebagaimana Ia layak untuk dikenal.
Ketika kita berdoa, “Dikuduskanlah nama-Mu,” sebenarnya kita meminta rahmat di saat
menyembah Tuhan karena Dia layak untuk dihormati yang tidak terhampiri. Kasih karunia-Nya
membangkitkan cinta di dalam hati kita, maka kita sadar dengan SIAPA kita berhadap-hadapan. Menyadari
kesucian-Nya maka kita menyadari keborokan kita maka dengan rendah hati kita memohon belas kasih
pengampunan-Nya agar kita dilayakkan memasuki hadirat-Nya. Dan karena DIA mahasuci maka kita
datang dengan dilayakkan-Nya di dalam kesucian. Dan karena status “kudus” maka kita semakin lebih
mencintai kekudusan dengan konsisten dan kontinu di setiap aspek kehidupan. Ketika dari sorga ada
mikroskop dan teleskop dipakai untuk melihat kita di bumi mengucapkan: “Dikuduskanlah Nama-Mu” maka
mestinya terlihat kudus dalam keseharian di mata-Nya karena karya Kristus.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *