Merobohkan Monster

LD Tonny Mulia Hutabarat
Senin, 17 Juni 2024

Merobohkan Monster … 1 Samuel 17

dan supaya segenap jemaah ini tahu, bahwa TUHAN menyelamatkan bukan dengan pedang dan bukan dengan lembing. Sebab di tangan Tuhanlah pertempuran dan Iapun menyerahkan kamu ke dalam tangan kami.” (1Sa 17:47 ITB)

Daud karena iman memenangkan pertempuran dan Israel diselamatkan. Daud adalah tipikal Yesus dalam menaklukkan maut. Empat pelajaran dari kisah Daud mengalahkan “monster” Goliat.

I. Manusia melihat penampilan luarnya: 1 Samuel 16: 7: “Manusia melihat apa yang tampak luar; Tuhan melihat hati.” Daud dipilih sebagai penerus Saul. Samuel lebih memilih Eliab. Tuhan berkata kepada Samuel, “Jangan melihat penampilan luar, lihatlah hati.”

Goliat tinggi, memiliki baju besi seberat seratus dua puluh enam pon. Kepala tombaknya berbobot enam belas pon. Orang-orang Israel memandang orang ini dan mereka ketakutan. “Jika menilai berdasarkan penampilan luar, kita tidak
menilai berdasarkan cara TUHAN menghakimi.”

II. Tergerak oleh kehormatan Tuhan: Goliat menentang tentara Israel atas nama dewa-dewanya, mengejek mereka. Dia mengejek Tuhan dengan mengatakan “Tuhanmu tidak berharga bagimu” dan perkataan ini sampai ke tangan Daud. Hal ini sangat mempengaruhinya sehingga dia tidak peduli apa konsekuensinya, dia akan membela kehormatan dan integritas Tuhan.

III. Iman: Daud menjadi pejuang sepanjang hidupnya karena imannya kepada Tuhan. Anak gembala, melawan singa dan beruang.Tuhan telah membantunya di masa lalu. Tuhan tidak akan pernah meninggalkannya. Tuhan adalah sandarannya untuk merobohkan Goliat.

IV. Kemanunggalan dengan Tuhan: Daud seorang pria muda; dia seorang gembala; dia mempunyai ketapel dan beberapa batu dan raksasa setinggi sembilan kaki enam ini adalah mesin perang. Ini adalah kelemahan melawan kekuatan.

Dalam segala kelemahannya Daud berkata: “pertempuran ini adalah milik Tuhan”. Ini bukan pertarungan Daud. Ini tidak memuliakan Daud. Segala kemuliaan, segala kehormatan di sini adalah milik Tuhan. Bersama Tuhan, bisa menjadi segalanya. Dalam kelemahan, kita kuat di dalam Tuhan. Kita mungkin lemah dalam diri kita sendiri, kita tidak mempunyai kekuatan dalam diri kita sendiri, namun dengan Tuhan di sisi kita, dalam persatuan dengan Tuhan Yesus, kita adalah pangeran. Kita adalah anak-anak Tuhan. Kita adalah ahli warisNya. “Benteng yang perkasa adalah Tuhan kita, benteng yang tidak pernah runtuh”