LD Tonny Mulia Hutabarat
Minggu, 1 September 2024
Mendahulukan Kepentingan TUHAN … Hagai 1:1-14
Pesan Hagai bergema diawal kitabnya: “mendahulukan yang utama yaitu membangun “rumah Tuhan”. Namun mereka telah menyimpang dari kebenaran ini. Mereka hidup dengan prioritas yang salah. Pembangunan rumah Tuhan berhenti kurang lebih 16-17 tahun.
Seiring berlalunya waktu, perlahan tapi pasti, Yerusalem hidup kembali. Rumah-rumah dibangun, toko-toko dibuka, perdagangan dibuka, ladang-ladang ditanami, tanaman dipanen, dan kehidupan mulai menyerupai kehidupan normal. Namun, Israel terbiasa hidup tanpa Bait Suci (hidup tanpa Tuhan).
Bait Suci adalah pusat penyembahan kepada Tuhan. Bait Suci melambangkan hati dan jiwa kepercayaan Perjanjian Lama. Meskipun Tuhan ada di mana-mana, Bait Suci adalah tempat di bumi tempat Tuhan tinggal dalam arti khusus. Jika Bait Suci hancur, berarti mengabaikan penyembahan kepada Tuhan.
Berikut ini adalah beberapa langkah praktis tentang mendahulukan hal-hal yang utama: (1) Berhenti membuat alasan. Hagai menghadapi berbagai alasan mengapa Bait Suci tetap dalam reruntuhan. Mereka berkata: “membangun bait suci penting, tetapi keluarga terlebih dahulu”. Kita akan membangunnya nanti, tetapi tidak sekarang.” Mereka mencari-cari alasan. Billy Sunday mendefinisikan alasan sebagai “kulit alasan yang diisi dengan kebohongan.” Kita selalu mudah untuk mencari alasan (pembenaran rasional) ketika tidak mau menaati Tuhan.
(2) Berhentilah bersikap egois. Pola pikir egois yang merasuki segala hal sangat erat kaitannya dengan mencari-cari alasan. Hagai menantang perilaku egois penduduk. Rumah-rumah mereka telah selesai sementara Bait Suci tetap tidak ada.
Harap dipahami: Tidak ada yang salah dengan memiliki rumah yang bagus. Pernyataan ini bukan serangan terhadap kekayaan atau rumah besar. Yang salah adalah memiliki rumah yang bagus sementara rumah Tuhan masih dalam reruntuhan. Yang salah adalah menghabiskan semua uang Anda untuk kebutuhan yang egois sambil mengabaikan hal-hal yang berkaitan dengan Tuhan. Yang salah adalah menghabiskan waktu, waktu terbaik, dan bakat sementara hal-hal yang berkaitan dengan Tuhan terbengkalai. Ini adalah dakwaan terhadap prioritas yang salah tempat.
Mudah untuk menjauh dari rencana Tuhan dan mengikuti rencana kita sendiri. Mudah untuk mengejar keinginan yang egois sambil mengabaikan rencana Tuhan. Kecenderungan hati kita selalu mengarah pada keegoisan. Inilah yang terjadi pada orang-orang Yahudi yang disapa Hagai.
(3). Jangan Lewatkan Berkat Tuhan. Akibat dari sikap mencari-cari alasan dan hidup yang egois, orang-orang di zaman Hagai mengalami kesulitan. Mereka menabur banyak benih, tetapi terjadi kekeringan dan panen tidak sebanyak yang mereka harapkan. Mereka menjalani gaya hidup yang aktif, tetapi tidak merasakan kepuasan. Mereka bekerja keras, tetapi tidak menunjukkan hasil. Mereka tampaknya hanya berputar-putar di tempat. Karena keegoisan, umat kehilangan berkat Tuhan. Karena umat telah menyingkirkan Tuhan dari pusat hidupnya, mereka menderita di setiap area.
Mereka tidak melihat bahwa Tuhanlah yang menyebabkan kesulitan. Mereka tidak berhenti untuk mempertimbangkan bahwa Tuhan sedang mencoba memberi tahu mereka sesuatu. Hagai berteriak: “Hei! Tuhanlah yang mengendalikan hujan dan panen. Dia menahan berkat-Nya karena prioritas kalian tidak benar”
(4). Luangkan waktu untuk mengevaluasi. Dengan dakwaan yang kuat dan keadaan yang menghancurkan ini, orang-orang menyadari bahwa mereka telah menyebabkan malapetaka mereka sendiri. Orang-orang siap untuk mengevaluasi situasi mereka. Dua kali Hagai memerintahkan orang-orang, “Perhatikanlah jalan-jalanmu” (1:5, 7). Kata “perhatikanlah/ pertimbangkanlah” berarti memikirkan dengan saksama. Pemeriksaan diri yang serius di hadapan Tuhan. Socrates menulis: “Hidup yang tidak diuji tidak layak dijalani.”
Bagaimana kita akan tahu bahwa Tuhan adalah yang utama? Berikut ini tiga indikasinya: (1) Aktif dalam hal yang benar – 1:8. (2) Tuhan dimuliakan. Mengapa Bait Suci harus dibangun? Agar TUHAN dimuliakan. Ketika TUHAN menjadi yang pertama, kita peduli dengan kemuliaan-Nya—ketenaran dan reputasi-Nya akan tersebar. (3) Tuhan memberkati kita. Ketika umat itu taat, TUHAN berfirman: “Aku menyertai kamu” (1:13). Ia memberkati kita. Dan tanda pasti dari berkat-Nya adalah kehadiran-Nya yang nyata.