Ayub 35:1-16

tetapi masih juga engkau menanti-nantikan Dia (ay 14)

Kata “menanti-nantikan” dalam bahasa Ibrani dipakai kata “khyl”. Arti kata ini adalah seseorang yang terus-menerus menggeliat (berguling-guling) dengan usaha keras hingga bergetar (menari-nari) di hadapan seseorang (Tuhan) untuk memperoleh sesuatu sampai merasakan sakit, ia tidak akan menghentikan upaya permohonannya bila ia tidak diperhatikan (tidak dijawab). Akar kata yang lebih kuno dari “khyl” adalah menari-nari dan melahirkan. Alkitab versi King James, Geneva Bible dan American Standar menterjemahkan kata ini dengan “trust”.

Ayub terus menerus menaruh percaya kepada Tuhan, di saat mengalami penderitaan. Ia tidak kecewa, tidak putus asa, tidak meninggalkan Tuhan. Ayub berjuang keras menunggu Tuhan. Ayub menari-nari di hadapan Tuhan sekalipun ia menanggung sakit luar biasa. Ayub “melahirkan” banyak pengertian iman di kala derita melanda. Ayub memperoleh pengetahuan iman, penghayatan iman dalam penantiannya di hadapan Tuhan. Ia membagikan yang dilahirkannya kepada pembaca yaitu rahasia-rahasia iman di kala derita tercurah dari atas.

Ayub menyadari bahwa ia benar dan dibenarkan oleh Tuhan. Sementara Elihu datang menasehati agar Ayub tetap rendah hati dan tidak congkak.

Elihu menyaksikan kedalaman pengertian iman Ayub dikala menderita, demikian tesis iman Ayub yang dipaparkan dalam perikop pendek pasal 35, antara lain:

  1. Dosa, kefasikan akan merugikan manusia tetapi kebenaran akan menguntungkan manusia (ay 6- 9). Tuhan sudah memberikan hukumNya, prinsipNya, instruksiNya di hati setiap orang untuk dipatuhi. Manusia harus berjalan pada ketetapanNya. Justru pada saat menderita harus lebih melekat pada perintah2Nya.
  2. Tuhan yang membuat manusia dan memberikan nyanyian di hatinya (ay 10). Elihu tersentak (terbelalak matanya) ketika melihat Ayub menari-nari di saat susah. Bagi manusia duniawi pastilah ia memandang Ayub sebagai orang gila. Manusia beriman tatkala susah justru menari bersuka di hadapan Tuhan. Sebab Tuhan datang berbicara, melayaninya. Ketika anda dalam susah oleh karena sesuatu hal, bernyayilah dengan nyanyian rohani, kidung iman, mazmur pujian, saya boleh pastikan anda akan memperoleh kekuatan, mendapatkan pencerahan . Umat Tuhan dalam sejarah penganiayaan ketika mereka mendendangkan pujian kepadaNya, mereka memperoleh kekuatan baru (perhatik
    an Mazmur 137, Umat pembuangan yang disiksa tentara Babel, mereka mengambil kecapi dan memuji Tuhan). Tuhan mempersembahkan nyanyian bagi Ayub dikala susah. Tuhan melayaninya sehingga Ayub bergetar dan menari2 dan imannya semakin mantap.
  3. Tuhan yang memberi akal budi dan hikmat (ay 11). Bukan hanya nyanyian sukacita yang diberikanNya, tetapi juga akal budi dan hikmat. Ketika penderitaan datang bertubi-tubi, seseorang bisa kalap, pendek pikiran, dan hilang pegangan, gelap matanya maka ia bisa bunuh diri. Ayub menerima serangan derita bertubi-tubi hingga tersisa hanya tulang kering, daging dan kulit yang busuk. Ia memperoleh akal budi surgawi, sehingga ia disanggupkan bertahan bahkan pengertiannya tentang Tuhan, dan psikologi manusia bertambah dalam, bertambah luas. Akal budi surgawi membuat mata hatinya terang benderang. Ia dapat bersukacita menjalani hidupnya yang terseok-seok karena sakit perih.
  4. Tuhan tidak menjawab dan mendengar doa orang fasik serta tidak menghiraukan permintaan orang congkak (ay 12-13). Ayub dan Elihu menegaskan bahwa doa orang fasik pasti dicancelNya. Tuhan hanya menanti-nanti pertobatan orang fasik. Tuhan menunggu perubahan hidup mereka. Mereka harus berpaling kepada Tuhan. Mereka harus berupaya keras (berjuang mati-matian) meninggalkan segala bentuk berhala di hati mereka. Tatkala Tuhan menunggumu, mengapa engkau berlari meninggalkan DIA.

Selamat menantikan Tuhan


Tonny Mulia Hutabarat
13 September 2021