Membangun Rumah-Nya —- Hagai 1:8

LD Tonny Mulia Hutabarat
Senin, 2 September 2024

Membangun Rumah-Nya —- Hagai 1:8

Jadi naiklah ke gunung, bawalah kayu dan bangunlah Rumah itu; maka Aku akan berkenan kepadanya dan akan menyatakan kemuliaan-Ku di situ, firman TUHAN. (Hag 1:8 ITB)

Apa yang paling penting dalam hidup adalah persatuan autentik dan layak dengan pribadi TUHAN, rencanaNya serta prioritasNya. Bagi Israel, ini dilambangkan dalam bait suci, pembangunan kembali yang telah mereka abaikan selama enam belas tahun setelah kembali dari pembuangan di Babel. Hagai sang nabi telah diutus untuk memanggil mereka membangun, memulihkan yang paling penting. Tapi bagaimana memulainya?

(1) Pergilah ke tempat yang paling kondusif untuk memulihkan hubungan dengan Tuhan — 1:8

Perintah-Nya melalui nabi Hagai adalah (a) meninggalkan yang sedang mereka lakukan dan (b) pergi ke tempat di mana TUHAN dapat mulai melakukan pekerjaan besar melalui mereka. Dan tempat itu adalah “bukit-bukit,” tempat di mana mereka akan menemukan kayu yang dapat mereka gunakan untuk membangun bait suci.
Mengapa diperintahkan untuk mengambil kayu dan bukan batu? Semua kayu bait suci dibakar pada tahun 587 SM, maka yang diperlukan hanyalah memperoleh sejumlah besar kayu dari hutan di perbukitan sekitar Yerusalem.

Mendaki “gunung” tanpa beban sudah sangat melelahkan. Ditambah dengan beban kayu ketika mendaki perbukitan bisa mendatangkan keputusasaan (frustasi). Maka diperlukan rancangan, hikmat, doa, komitmen dan semangat berkobar bagi Tuhan. Untuk memperoleh hubungan yang baik dengan Tuhan diperlukan usaha keras.

  1. Pandanglah usahamu sebagai persembahan, dan perkenananNya sebagai hadiah.

Hagai memberikan dua hasil dari ketaatan, yatiu kesenangan Tuhan – perkenananNya. Gagasan tentang kesenangan/perkenanan Tuhan mengacu pada penerimaan-Nya yang penuh kemurahan hati karena persembahan. Kesenangan Tuhan tidak hanya merujuk pada rasa bahagia-Nya tetapi juga penerimaan-Nya yang penuh sukacita atas persembahan yang diberikan dengan sukacita. Jadi Kita harus membangun bait suci karena Tuhan menginginkan sebuah bait suci.

Kita hendaknya melayani bukan terlebih dahulu karena apa yang kita pikir akan kita dapatkan, tetapi terlebih dahulu karena betapa TUHAN berkenan dengan hal itu! Inti dari bait suci, dan inti dari hubungan yang benar dengan Tuhan, adalah kesenangan Tuhan. Itu berarti menyelaraskan hidup dan prioritas kita dengan prioritas Tuhan.

Ini bukan berarti tidak ada kesenangan di pihak kita dalam membangun dan melayani. John Piper menulis bahwa: “Tuhan paling dimuliakan di dalam kita ketika kita paling puas di dalam Dia.” Kesenangan yang kita terima berasal dari kesenangan Tuhan sehingga hanya DIA yang dipermuliakan.

Pembangunan bait suci adalah tindakan yang mencerminkan kemuliaan. Pembangunan bait suci adalah tindakan yang disasar kepada Tuhan. MULAILAH! COBALAH! NAIK KE PERBUKITAN! Lihatlah di sana kesenangan Tuhan diagungkan! Lihatlah di sana keindahan Tuhan kita yang mahaagung! Tuhan sedang bekerja dan Dia telah mengundang kita untuk bergabung dengan-Nya dalam realitas yang menakjubkan ini. Mari kita mulai hari demi hari.