Masa Sulit & Doa … Habakuk 3:16-19

LD Tonny Mulia Hutabarat
Minggu, 22 September 2024

Masa Sulit & Doa … Habakuk 3:16-19

Masa-masa sulit akan datang, tetapi di akhir kitabnya, Habakuk menunjukkan kepada kita bagaimana orang percaya harus menghadapi ujian masa-masa seperti yang sedang kita alami. Mari kita lihat Habakuk 3:16-19.

  1. Menunggu Tuhan

Pada bagian pertama dari pasal 3 Habakuk menyatakan kebesaran TUHAN dan caraNya menghakimi kejahatan di masa lalu. Namun saat menghadapi masa kesusahan di aberkata: ‘jantungku berdebar-debar…kakiku gemetar’ (ayat 16). Dia hampir tak berdaya karena ketakutan.

Seorang nabi pun merasa kewalahan dengan yang sedang dilakukan Tuhan. Namun, perhatikan juga perkataannya, “Aku akan menanti dengan sabar hari malapetaka” (ayat 16). Ia memiliki sumber daya untuk menghadapi cobaan, dan kita dapat memperoleh bantuan yang sama di saat-saat kita membutuhkan.

  1. Bersukacita di dalam Tuhan

Dalam ayat 17 dan 18 kita memiliki kesaksian tentang kuasa iman dalam diri orang yang takut. Habakuk mampu mengatasi ketakutannya karena kekuatan yang diberikan oleh iman yang diberikan TUHAN kepadanya. Karena alasan ini, ia akan mampu bersukacita, bahkan dalam kesulitan yang paling berat sekalipun.

Pertama-tama, sang nabi menghadapi kemungkinan terburuk yang mungkin terjadi – ‘Sekalipun pohon ara tidak berbunga, dan pohon anggur tidak berbuah…’ (ayat 17). Ia menggambarkan situasi terburuk yang dapat dibayangkan karena buah ara, pohon anggur, dan pohon zaitun merupakan tanaman pokok bagi orang Israel. Jika tanaman-tanaman ini gagal, tidak akan ada makanan dan tidak ada pendapatan. Hal yang sama berlaku bagi kawanan ternak yang ia sebutkan. Ini adalah gambaran bencana ekonomi yang pasti diikuti oleh kelaparan, dan mungkin juga kelaparan dan kematian. Semua ini dapat terjadi sebagai akibat dari invasi Babel. Mungkin tidak seburuk ini, tetapi Habakuk mempertimbangkan ‘skenario terburuk’. Ia tidak menghibur dirinya dengan harapan palsu, mengatakan kepada dirinya sendiri ‘itu tidak akan pernah terjadi.

Perhatikan bahwa Habakuk bersukacita ‘dalam Tuhan’, yaitu ‘dalam Juruselamatku’ (ayat 18). Betapa pun buruknya keadaan, Tuhan tidak akan meninggalkan umat-Nya. Apa pun yang mungkin harus dialami Habakuk, ia yakin bahwa Tuhan akan bekerja dalam situasi tersebut. Karena alasan itu, ia tidak hanya dapat menerima apa pun yang datang – ia dapat bersukacita dan memuji TUHAN. Dengan iman kepada Tuhan, kita juga dapat bersukacita bahkan dalam kesengsaraan.

  1. Dikuatkan oleh Tuhan

Dalam ayat 19 Habakuk membuat pernyataan hebat:: ‘Tuhan adalah kekuatanku’. KekuatanNya diperlukan menanggung ujian yang akan datang. Ia menggunakan gambaran rusa – ‘Ia membuat kakiku seperti kaki rusa’ – hewan yang terkenal karena kecepatan dan kelincahannya. Dalam ayat 16 kakinya goyah, tungkainya gemetar, tetapi sekarang Tuhan memampukannya untuk berdiri teguh. Kedatangan orang Babel yang menakutkan tidak akan menyebabkan nabi itu tersandung dalam keraguan mengenai kebaikan rencana TUHAN.

Di akhir ayat tersebut, Habakuk mengungkapkan keyakinan yang kuat kepada Tuhan: ‘Ia memampukan aku untuk naik ke tempat yang tinggi’. Bahasanya menunjukkan tingkat kendali atas situasinya – memandang rendah pencobaan dari tempat yang tinggi. Ia juga mengungkapkan kebebasannya dari rasa takut – jika ia berdiri di tempat yang tinggi, ia tidak perlu bersembunyi. Di masa-masa sulit, kita mungkin tergoda untuk mencoba bersembunyi dari pergumulan yang kita hadapi. Mungkin tampak lebih aman, tetapi itu salah arah.

Habakuk telah menemukan rahasia kekuatan sejati. Rahasia itu tidak terletak pada rasa percaya diri, tetapi pada kepercayaan kepada Tuhan. Itulah sebabnya ia yakin akan mampu melewati cobaan dengan iman yang utuh.

Berikut ini adalah pelajaran yang perlu dipelajari setiap orang percaya. Keselamatan dimulai dengan meninggalkan kepercayaan pada diri sendiri dan berpaling kepada Kristus. Begitulah seharusnya kita menjalani kehidupan Kristen – bergantung pada kekuatan Tuhan. Hanya dengan demikian kita dapat menghadapi masa-masa ujian. Apa pun yang datang kepada kita – entah itu ketakutan, kecemasan, penyakit, kehilangan, atau pengalaman sulit lainnya – kita dapat menghadapinya dengan keyakinan kepada Tuhan yang memberi kita semua kekuatan yang kita butuhkan. Seperti yang dipelajari Rasul Paulus, kekuatannya disempurnakan dalam kelemahan kita (2 Korintus 12:9). Semoga kita mengetahui kekuatan itu di hari-hari ujian hidup.