22 Januari 2021
Hakim 8:1-3
Cerita terdahulu di pasal 6:35 Gideon memanggil suku suku Manasye suku Asyer, Zebulon dan Naftali untuk berperang melawan Midian-Amalek. Mengusir musuh adalah kehormatan karena perintah Tuhan. Namun suku Efraim tidak dipanggil (tidak ikut serta) tanpa disebutkan alasannya. Hal ini menyebabkan “penyesalan sangat” baginya. Mereka mengeluh karena merasa tidak berbagian dalam kemenangan. Hati terluka, harga diri terkoyak dan karena kekesalan hatinya maka “menyerang” Gideon.
Tuhan sudah mengecilkan jumlah pasukan dari 32.000 menjadi 300 orang. Maka ‘kemarahan” atau “penyesalan” Efraim dipicu oleh kesombogan dan kecongkakan. Mereka tidak dibutuhkan untuk membantu Tuhan. Tidak diperlukan semua suku untuk merebut kemenanganNya, cukup hanya orang2 pilihanNya. Mereka marah karena tidak dilibatkan (dipilihNya). Sebenarnya mereka marah/menyesal kepada Tuhan.
Kata “menyesali” dalam bahasa Ibrani dipakai kata “wayerivuv” artinya berselisih atau bertengkar. Efraim datang bertengkar/berselisih (menegur) dengan tajam (sengit) kepada Gideon. Efraim mendatangi Gideon dengan antusisas memperjuangkan hak mereka dengan emosi marah (tinggi/meluap2). Mereka datang mengeroyok Gideon. Ketidakpuasan mereka tidak berdasar, sebab Gideon melakukan perintah Tuhan.
Bagaimana cara Gideon mengatasi kemarahan Efraim? Gideon menyampaikan kata2 bijak. Tidak membalas, tidak menuding, tidak menuduh. Ia meyampaikan perkataan yang lembut. Ia berkata dengan kemurahan hati, bahwa:
- Kemenangan melawan Midian (135.000) bukan atas jasa dirinya tetapi kontribusi Tuhan
- Efraim lebih baik dari dirinya yang ada di medan perang sebab merekalah yang menangkap dua raja Midian dan membunuhnya.
- Tuhan memakai Efraim memakai tangan mereka untuk menghentikan kebrutalan Midian-Amalek.
Gideon memberikan pujian, apresiasi, penghargaan kepada Efraim. Ia tidak terpancing (tersulut) emosi kemarahan orang banyak. Kuasa perkataan Gideon dapat menenangkan hati Efraim. Pengakuan kemenangan Israel juga adalah kontribusi Efraim yang membuat amarah mereka berubah menjadi ramah-ramah. Gideon rendah hati, mengakui “kehebatan” orang lain. Efraim melihat kebesaran jiwa Gideon sehingga otot kemarahan mereka menjadi kendor. Mereka terhibur, disenangkan oleh karakter/roh Gideon. Kelemahlembutan telah mengempeskan kesombongan, keangkuhan dan kecurigaan.
Perkataan yang penuh roh kelemahlembutan meredakan api amarah menjadi ramah-ramah. Ramah adalah ciri karakter Kristus. Spirit ramah adalah bersedia menjadikan orang lain lebih utama dan memperhatikan kepentingannya. Senyum ramah akan membuat orang disekitar menjadi semangat. Luapan amarah akan diredam oleh roh ramah. Keramahan akan menuai kebaikan yang tak terduga. Roh ramah akan dapat mempertahankan relasi sosial. Yang ramah yang memiliki banyak teman. Senyum ramah yang tulus akan menularkan rantai kasih kepada orang lain. Pribadi yang ramah dan hangat akan menghilangkan kecurigaan. Jadilah teladan dalam keramahan yang akan dapat membuka ruang komunikasi mendalam sehinga terjalin hormat menghormati. Keramahan yang tepat adalah cara menyebarkan cinta kasih Kristus kepada orang lain agar mereka berbahagia.
Salam ramah-ramah
Tonny Mulia Hutabarat
22 Januari 2021